JAKARTA, KOMPAS - Presiden Joko Widodo mengajak para pelajar untuk turut menjaga kerukunan, persaudaran, dan persatuan bangsa. Salah satu caranya adalah dengan menghindarkan diri dari jebakan ujaran kebencian, hoaks, dan fitnah yang marak beredar di media sosial.
Ajakan itu disampaikan Presiden Jokowi saat meresmikan pembukaan Kongres XIV Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Kongres XVIII Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (21/12/2018). "Saya ajak semuanya menjaga kerukunan, persatuan, dan persaudaraan," tuturnya.
Kepada para pelajar, Presiden Jokowi menyampaikan kerukunan, persaudaran, dan persatuan merupakan tiga asset terbesar bangsa. Sehingga semua warga negara, termasuk para pelajar, wajib menjaga ketiga aset tersebut.
Upaya menjaga kerukunan itu juga penting karena negara Indonesia merupakan negara besar dengan banyak keragaman. Tak hanya berbeda daerah, tetapi juga suku, agama, ras, bahasa, dan tradisi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, keragaman bangsa Indonesia merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. "Sudah jadi hukum Allah SWT, sudah sunatullah, kita itu berbeda-beda," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Presiden, untuk mempertahankan persatuan bangsa, semua elemen masyarakat, tak terkecuali para pelajar muslim, harus menjaga ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan antar sesama pemeluk agama Islam dan ukhuwah wathaniyah persaudaraan antar sesama warga bangsa. Jangan hanya karena perbedaan pandangan serta pilihan politik, kerukunan, persaudaraan, dan persatuan rusak.
Salah satu cara untuk menjaga tiga aset besar bangsa adalah dengan menghindari ujaran kebencian, hoaks, dan fitnah. Para pelajar diminta untuk merespons dengan bijak setiap informasi serta berita, apalagi jika ada indikasi hoaks atau fitnah.
"Jangan sampai pelajar NU malah terjebak jadi ahli hoaks," tuturnya.
Akan lebih baik jika para pelajar mempersiapkan diri menghadapi perubahan dunia, terutama perubahan teknologi yang berjalan relatif cepat. Sebab menurut Jokowi, perubahan akan turut mengubah perilaku manusia. Para pelajar harus bisa menjadi manusia yang memiliki kompetensi dan inovatif.
"Pelajar NU harus menjadi ahli robotik dan artificial intelligence serta memahami internet of things hingga virtual reality untuk merespons perubahan global," katanya.
Sementara dalam kesempatan itu Ketua Umum IPNU Asep Irfan Mujahid menyampaikan komitmen para pelajar NU untuk membangun bangsa. Kongres yang dilaksanakan di Pesantren KHAS Kempek, Cirebon, juga akan membahas berbagai persoalan bangsa sekaligus gagasan-gagasan sebagai jalan keluar.
Peresmian pembukaan Kongres IPNU dan IPPNU dihadiri Ketua PBNU H Marsudi Syuhud, Ketua PBNU Eman Suryaman, Menteri Pemuda dan Olahraga H Imam Nahrawi, Deputi Bidang Pemuda Kemenpora H Asrorun Ni\'am, dan Sekretaris MUI H Zainut Tauhid, Komisioner KPAI Susiana Affandi.