Ada kejutan dalam upacara serah terima jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Darat dari Jenderal Mulyono kepada Jenderal Andika Perkasa, Kamis (29/11/2018). Tak seperti biasanya, menjelang akhir acara, para prajurit peserta upacara bersujud bersama.
Upacara serah terima jabatan seorang kepala staf mengikuti tata upacara militer. Dalam tata upacara itu, bentuk dan susunan barisan, pangkat komandan, hingga susunan acara telah ada urutannya.
Sebelum ditutup, setelah acara pokok selesai, komandan upacara memerintahkan pasukan duduk. Ia lalu menyampaikan perintah selanjutnya, ”Sujud!”, yang dilaksanakan peserta upacara dengan merunduk hingga kepala menyentuh tanah.
Banyak tamu yang terkejut, baik sipil maupun militer. Peneliti militer Indonesia, Salim Said, mengatakan, sepengetahuannya, sejak dirinya menjadi wartawan militer pada 1960-an, ini baru pertama kali terjadi.
”Setahu saya, tidak ada militer di dunia ini yang ada sujudnya. Mungkin memang ada perubahan tata upacara,” katanya.
Beberapa perwira juga menyatakan kebingungannya. Pertanyaan utama, untuk siapa dan untuk apa sujud itu dilakukan. Hal ini menimbulkan spekulasi. Seorang perwira tinggi dari Mabes TNI mengatakan, format sujud tidak ada di dalam tata upacara militer. Ia pun heran. Seorang perwira tinggi dari Kementerian Pertahanan juga mempertanyakan fenomena ini. Sementara seorang perwira di bidang intelijen menyatakan akan mencari informasi lebih jauh latar belakang di balik gerakan sujud tersebut. ”Ini tidak lazim,” katanya.
Di level perwira menengah dan prajurit, tanggapan lebih cair. Sambil bercanda, mereka mengatakan, hal itu spontan saja. Sujud dilakukan sebagai ungkapan syukur. Namun, mereka enggan bercerita syukur tentang apa. Mereka pun mengakui bahwa gerakan sujud ini sebelumnya memang tidak dilakukan sebagai bagian dari upacara.
Asisten Personalia Kepala Staf TNI AD Mayor Jenderal Heri Wiranto saat dikonfirmasi mengatakan, sujud itu merupakan permintaan Jenderal Mulyono. Ia mengakui tanda syukur tersebut adalah tambahan dari upacara. Gerakan itu, tambahnya, tidak melambangkan sesuatu selain ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkahnya selama Mulyono menjadi KSAD.
Mulyono mengatakan hal yang sama. ”Penting, kan, untuk bersyukur kepada Tuhan atas semuanya,” ucapnya.
Kejutan kedua datang dari Mabes TNI, tepatnya lewat Keputusan Panglima TNI 1240/Kep/XI/2018 tentang mutasi. Keputusan tersebut dikeluarkan pada hari yang sama, beberapa jam setelah serah terima jabatan Kepala Staf TNI AD. Ada berbagai pertimbangan yang ditulis dalam surat tersebut, termasuk Sidang Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi 21 September 2018.
Mutasi yang dilakukan termasuk beberapa jabatan strategis di TNI AD, di antaranya Panglima Kostrad Mayjen Besar Harto Karyawan (Akmil 86), Panglima Kodam Siliwangi Mayjen Tri Soewandono (Akmil 86) yang menggantikan Mayjen Besar Harto. Juga ada Panglima Kodam Diponegoro Mochamad Effendi (Akmil 86) yang menggantikan Mayjen Wuryanto (Akmil 86).
Pergantian ini cukup menarik mengingat Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa baru saja menjabat beberapa jam. TNI AD adalah komando utama dengan fungsi pembinaan organisasi dan personel. Idealnya, KSAD yang baru ikut serta dalam proses wanjakti. Hadirnya pejabat-pejabat baru itu menjadi tantangan bagi Andika (Akmil 87) untuk soliditas internal TNI AD.
Hal ini menjadi catatan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam amanatnya saat serah terima jabatan. ”Jalin komunikasi intensif dengan senior dan purnawirawan,” kata Hadi.