JAKARTA, KOMPAS - Berbagai aspek Indonesia bisa tampil dalam keindahan. Semangat perjuangan, keberagaman, kerja sama, kreativitas, serta Indonesia dari mata dunia ditunjukkan melalui karya seni koleksi Istana Kepresidenan Indonesia.
Sebanyak 45 lukisan serta karya seni kriya dan patung koleksi Istana Kepresidenan Indonesia dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta sepanjang 3-31 Agustus 2018. “Ini tahun ketiga pameran benda seni koleksi utama. Kali ini, lebih istimewa karena bukan hanya bagian dari bulan kemerdekaan saja, tetapi juga bagian dari Asian Games 2018. Karenanya, tema pameran ini “Indonesia Semangat Dunia”. Harapannya, sekaligus menggelorakan semangat kebangsaan dan sportivitas,” tutur Menteri Sekretaris Negara Pratikno kepada wartawan di Jakarta, Selasa (31/7/2018).
Koleksi istana yang ditampilkan kali ini dikurasi oleh Amir Sidharta dan Watie Moerany. Setidaknya terdapat enam subtema yang mengikat semua karya yang dipamerkan. Keenam subtema itu adalah perjuangan, keberagaman, kerja sama, kreativitas, mendunia, dan masa depan.
Salah satu karya yang menunjukkan perjuangan adalah lukisan ikonik karya Henk Ngantung, “Memanah”. Karya ini, kata Amir, memperlihatkan pemanah yang berkonsentrasi, fokus, dan mengandalkan ketepatan.
Selain itu, masih ada karya Karyono JS berjudul “WR Supratman” dan karya Sumitro berjudul “Sarinah”. Keduanya menampilkan figur. Bila dalam “WR Supratman” dihadirkan tokoh riil yang berperan dalam sejarah serta musik Indonesia, “Sarinah” menghadirkan tokoh teladan perempuan yang dipikirkan Soekarno seperti dalam buku “Sarinah” yang ditulis tokoh proklamator itu.
Semangat gotong-royong juga tampil dalam karya Itji Tarmizi “Menjemur Ikan” dan karya Kosnan “Kesibukan Petani”. Kedua lukisan ini, menurut Amir, menggambarkan kehidupan dan semangat kerja sama petani dan nelayan dalam latar yang kontras.
Di sisi lain, perupa Indonesia juga diapresiasi sampai mancanegara. Salah satu contohnya adalah seperangkat kriya kaca etsa yang diciptakan produsen kristal terkemuka Amerika Serikat, Steuben Glass. Dalam pameran Asian Artists in Crystal from Steuben Glass sepanjang 1956-1958, terdapat tiga karya etsa kaca yang dibuat berdasarkan karya tiga perupa Indonesia. Ketiga perupa itu adalah Basuki Abdullah yang menggambarkan Bima Melawan Ular, Agus Djaya yang menampilkan Penari Bali, dan I Made Jata yang melukiskan Upacara Ngaben. Ketiga karya etsa kaca itu pun bisa dinikmati pengunjung pameran koleksi istana sepanjang Agustus ini.
Keunikan Indonesia juga menghasilkan karya yang berbeda dari perupa asal Jepang, Ito Sinshui. Perupa ini pernah bertugas di Indonesia di masa pendudukan Jepang, tetapi pada tahun 1950-an, pemerintah Indonesia mengundangnya kembali untuk melukis.
“Hasilnya berbeda ketimbang yang biasa dilakukannya. Kalau di Jepang, dia lebih menghidupkan cetak blok, tetapi di Bali dia menggunakan gouache dalam melukiskan “Penari Bali”,” tutur Amir.
Tak hanya itu, tambah Pratikno, patung karya Zsigmond Kisfaludi Strobl berjudul “Pemanah” juga akan menjadi ikon pameran. Sebab, patung yang dibuat tahun 1919 ini biasanya ada di halaman Istana Negara dan menghadap ke Jalan Veteran, Jakarta. Patung seberat 1,5 ton ini pun diangkut dengan sangat hati-hati ke Galeri Nasional sejak beberapa hari lalu.
Pameran koleksi seni Istana Kepresidenan ini pun dipromosikan baik di dalam dan luar negeri melalui Kementerian Pariwisata. Adapun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata Menteri Muhadjir Effendy, mendorong pameran yang semakin menjadi tradisi ini melalui lomba lukis yang bisa diikuti para pelajar di 34 provinsi.