JAKARTA, KOMPAS – Partai Golkar memprioritaskan kadernya untuk maju menjadi calon anggota legislatif di Pemilihan Umum 2019. Daftar caleg yang masih difinalisasi oleh tim seleksi partai itu, lebih banyak terdiri dari kader dan fungsionaris dibandingkan pendaftar dari luar partai.
Kendati demikian, Golkar masih menghadapi sejumlah masalah hingga detik-detik terakhir sehingga belum dapat mengajukan daftar calegnya sesuai target waktu, yaitu Senin (16/7/2018) ini.
Anggota tim seleksi caleg Partai Golkar, Hetifah Sjaifudian saat dihubungi dari Jakarta, mengatakan, dari daftar caleg yang tengah difinalisasi oleh partai, mayoritas diisi oleh kader partai.
“Kami termasuk konservatif. Proses caleg seperti ini panjang tahapannya, harus mengikuti orientasi fungsionaris terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. Jadi sepertinya tidak ada tokoh nasional atau prominent yang baru mendaftar masuk Golkar untuk jadi caleg,” kata Hetifah.
Meski demikian, masih ada beberapa masalah yang muncul di detik-detik terakhir sehingga Golkar belum siap mengajukan daftar calegnya ke Komisi Pemilihan Umum. “Ada beberapa caleg yang membatalkan diri di detik-detik terakhir. Masalahnya macam-macam,” kata Hetifah.
Beberapa kasus yang muncul adalah ketidakpuasan caleg dengan nomor urut dan daerah pemlihan yang ditentukan partai. Sehingga, ada yang mengancam mundur, atau dengan tegas menyatakan batal mencalonkan diri. Partai pun akhirnya harus mencari caleg lain untuk mengisi slot kursi di daerah pemilihan terkait.
“Ada yang merasa dia caleg petahana jadi seharusnya dapat nomor urut satu, tetapi ternyata di nomor urut dua. Ya partai harus cari calon penggant, ada pemain-pemain cadangan, tetapi menentukannya butuh waktu,” kata Hetifah.
Masalah lain muncul di daerah pemilihan Jawa Timur X yang merupakan dapil anggota DPR Eni Maulani Saragih, yang pekan lalu ditetapkan sebagai tersangka akibat diduga menerima suap Rp 4,8 miliar terkait proyek pembangunan PLTU Riau-1 di Provinsi Riau. Hetifah mengatakan, posisi itu kini kosong sehingga partai harus mencari caleg perempuan lain untuk mengisi slot kursi di dapil itu di tengah keterbatasan pendaftar bakal caleg perempuan.
“Ini juga menjadi masalah di dapil lain, di mana caleg perempuan mengundurkan diri. Karena, caleg perempuan harus diganti dengan caleg perempuan juga. Sehingga lebih rumit,” kata Hetifah.
PDI-P
Sementara itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menjanjikan kejutan di antara nama-nama calon anggota legislatif yang akan didaftarkan oleh partai ke Komisi Pemilihan Umum pada Selasa (17/7/2018). Namun, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, belum menyebutkan siapa saja figur yang akan memberi kejutan tersebut.
Dia hanya menyampaikan, figur tersebut berasal dari kalangan akademisi di mana banyak guru besar yang akan menjadi caleg PDI-P. Selain itu, ada pula tokoh nasional dengan pengalaman luas di bidang politik, hukum, kebudayaan, tokoh anti korupsi, dan mereka yang memiliki basis kuat di pemilih. “Para tokoh itu akan dimasukkan di sistem pencalonan KPU di saat akhir, agar elemen kejutannya semakin kuat,” tambah Hasto.
Hasto melanjutkan, pada Minggu (15/7/2018) dan Senin ini, PDI-P memberikan pembekalan singkat pada para caleg. Dalam pembekalan, semua caleg ditekankan untuk menjalankan perintah dari Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri yaitu bekerja keras memenangkan PDI-P dan capres yang akan diusung PDI-P di Pemilu Presiden 2019, yaitu Presiden Joko Widodo.