BOGOR, KOMPAS - Keberhasilan sebuah negara besar tidak mungkin bisa dilakukan dengan cara instan. Terkait dengan hal itu, rakyat Indonesia harus memiliki sikap militan dalam memperjuangkan nasib bangsanya.
”Tidak mungkin enak-enak langsung menjadi negara besar, negara kuat, tidak ada rumusnya. Janganlah kita terbiasa instan, tidak ada, lupakan itu,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di depan relawan Galang Kemajuan (GK) di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/4/2018). Presiden Jokowi menghadiri konvensi GK tersebut didampingi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto; Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo; Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar; Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Teten Masduki; serta mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Sebagai bangsa besar, sudah sewajarnya tantangan yang dihadapi Indonesia juga besar. Meskipun persoalannya besar, bukan berarti tidak ada solusi untuk mengatasinya.
Apa yang dilakukan pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi adalah upaya untuk mencari solusi yang tepat dari persoalan bangsa. ”Kita carikan jalan keluar, pasti seperti itu. Kita harus tahan uji, harus tahan banting, harus kerja keras, harus berusaha. Jangan malah berbicara pesimisme, 2030 bubar,” kata Presiden Jokowi.
Presiden mengatakan, pemimpin harus memberikan optimisme kepada rakyat karena meskipun tantangannya berat, pasti ada solusi jika semua bekerja bersama memperjuangkan nasib dan kemajuan Indonesia.
Di tengah upaya pemerintah mencari jalan keluar dari berbagai persoalan, menurut Presiden, masih ada pihak-pihak yang ingin melemahkan bangsa ini dengan cara-cara yang tidak santun.
Presiden Jokowi pun turut menjadi sasaran, misalnya soal isu utang negara. Jokowi mengatakan, saat dilantik sebagai Presiden pada 20 Oktober 2014, utang negara sekitar Rp 2.700 triliun. ”Saya bicara apa adanya, bunganya setiap tahun Rp 250 triliun,” kata Presiden.
Mengenai kampanye sebagian orang yang mulai membuat kaus bertuliskan ganti presiden 2019, menurut Presiden, hal itu tidak akan mengurangi hak politik rakyat. Penggantian presiden hanya bisa dilakukan rakyat, bukan semata karena kaus. ”Yang bisa ganti presiden itu rakyat. Kalau rakyat itu mau berkehendak, ya, bisa. Tetapi kalau rakyat tidak mau, ya tidak bisa,” kata Presiden.
Di ujung pidatonya, Presiden kembali menekankan pentingnya militansi dalam bekerja. Sikap ini membuat setiap orang tidak mudah putus asa dalam mengatasi persoalan.
Dukungan relawan
Konvensi relawan GK digelar dalam rangka menyerap aspirasi, menyatukan visi, dan tekad GK se-Indonesia untuk mendukung kepemimpinan Jokowi pada periode berikutnya. Acara ini digelar untuk membahas dan merumuskan tiga poin strategis,
yaitu konsolidasi visi, menyosialisasikan capaian pemerintah, dan pembangunan manusia Indonesia yang sejalan dengan visi pemerintah.
Ketua Umum GK Jokowi Kelik Wirawan menyampaikan, kepemimpinan saat ini layak dilanjutkan. Selain kemajuan pembangunan fisik Indonesia, pemerintah juga getol membangun aspek nonfisik.