Ada satu hal yang kerap mewarnai pengambilan keputusan penting di PDI Perjuangan, yaitu kehadiran simbol presiden pertama, Ir Soekarno, yang adalah ayah Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, menjelang atau saat pengambilan sebuah keputusan. Ini sebuah gestur unik yang bisa menandai proses pengambilan keputusan penting berikutnya pada tahun politik.
Pekan ini, PDI-P mengambil keputusan mencalonkan kembali kadernya, Presiden Joko Widodo, di Pemilihan Presiden 2019. Pengumuman Megawati Soekarnoputri disampaikan mendadak dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDI-P di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (23/2).
Deklarasi oleh Megawati yang membuat terkejut kader dan pengurusnya itu sebenarnya sudah diambil tiga hari sebelumnya saat pertemuan empat mata antara Megawati dan Jokowi di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/2).
Istana Batu Tulis yang merupakan tempat peristirahatan favorit Soekarno semasa hidupnya dipakai Megawati untuk bertemu Jokowi sebelum memutuskan pencalonannya. Keduanya bertemu dua kali, sebelumnya pada 21 Oktober 2017. Dalam kedua pertemuan itu, Megawati memasakkan sayur lodeh kegemaran Soekarno untuk dinikmati Jokowi. Pertemuan itu menjadi penentu akhir. Di bawah bingkai besar lukisan sosok Soekarno, di salah satu ruang Istana Batu Tulis, keputusan mencalonkan kembali Jokowi di Pemilu 2019 diambil.
Dalam perjalanan politik Megawati, istana yang semula diharapkan Soekarno menjadi tempat pemakamannya itu sering dijadikan tempat pengambilan keputusan. Selain pencapresan Jokowi, ada juga saat penentuan capres dan cawapres bersama Prabowo Subianto pada 2009.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto membenarkan, dalam pertemuan di Istana Batu Tulis antara Megawati dan Jokowi, dicapai keputusan mencalonkan kembali Jokowi di Pemilu 2019. Megawati lalu menggunakan hak prerogatifnya mengumumkan pencalonan Jokowi secara dadakan saat pidato pembukaan Rakernas III PDI-P.
Simbol Soekarno kembali muncul saat deklarasi pencapresan Jokowi pada pembukaan rakernas lalu. Hotel tua yang terletak di pinggir Pantai Sanur itu dibangun oleh Soekarno. Saat diresmikan pada 1966, Soekarno sedang menjadi tahanan pemerintahan Orde Baru di rumah di Wisma Yaso, Jakarta. Soekarno sendiri tak sempat menginap di hotel itu, tetapi ada kamar khusus yang dibangun untuk ruang semadi Soekarno, di kamar bernomor 327.
Hotel Inna Grand Bali Beach selalu jadi tempat ”berpulang” bagi PDI-P. Setiap kali PDI-P menyelenggarakan acara kepartaian di Bali, hotel itu selalu jadi tempat penyelenggaraan. Misalnya, Kongres IV PDI-P 2015 dan Rakernas II PDI-P 2017. Hotel itu menjadi saksi banyaknya pertemuan serta rapat politik rahasia dan tertutup, yang menghasilkan berbagai keputusan penting. ”Karena ini hotelnya Bung Karno. PDI-P itu tak bisa lepas dari Bung Karno,” kata politisi PDI-P, Alex Indra Lukman, soal lokasi hotel yang selalu dipakai untuk acara-acara akbar.
Sebagaimana biasanya, nama Soekarno juga tak luput diucapkan Megawati saat berpidato. Dalam sambutannya di pembukaan rakernas, Megawati berkata, ”Saya yakin Tuhan dan doa rakyat Indonesia pasti menemani perjuangan kita. Saya percaya, ada Bung Karno bersama kita. Dengan ini, saya nyatakan, calon presiden PDI-P adalah Pak Joko Widodo.”
Keputusan-keputusan penting yang diambilnya memang tak bisa dilepaskan dari Soekarno. Saat Pemilu Presiden 2014, misalnya, Megawati dalam pidatonya di Rakernas Partai Nasdem bahkan bercerita ia sempat ”berdialog” dengan Soekarno sebelum memutuskan PDI-P mengusung Jokowi di Pilpres 2014. ”Aku nanya, ’Pak, si kerempeng itu kayaknya bagus, loh, Pak’,” kata Megawati. Ia mengaku mendengar jawaban Soekarno, yang menurut dia mengatakan, ”Dia itu tahan banting.”
Pencalonan Jokowi di 2014 pun diumumkan setelah Jokowi diajak Megawati berziarah ke makam Soekarno di Blitar. Sehari sesudahnya, 14 Maret 2014, Megawati mengeluarkan surat perintah pencalonan Jokowi.
Cawapres Jokowi
Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Ahmad Basarah mengatakan, tradisi PDI-P sebagai partai yang berkomitmen memperjuangkan ajaran Soekarno membuat perjalanan partai itu selalu berada pada garis ideologis Soekarno. Kebetulan, pengejawantahan perjuangan ajaran Soekarno juga terlihat lewat kehadiran simbol-simbol Soekarno dalam berbagai keputusan.
”Jadi, kalau keputusan penting, seperti pencapresan Jokowi, selalu dikaitkan dengan simbol-simbol Bung Karno. Itu karena kami ingin mengingatkan, siapa pun kader PDI-P yang dapat tugas penting harus mengilhami pemikiran Bung Karno sebagai referensi praktik berbangsa dan bernegara,” katanya.
Adapun Jokowi dalam berbagai kesempatan menunjukkan rasa hormat dan kekagumannya kepada Sang Proklamator. Selain mengunjungi makam Soekarno sebelum pencalonan di Pemilu 2014, Jokowi juga sempat menempati kamar bekas Soekarno di Istana Merdeka, Jakarta.
Ketua DPP PDI-P Trimedya Pandjaitan mengatakan, sebelum tenggat akhir pendaftaran bakal capres-cawapres, Agustus mendatang, PDI-P akan menggelar rapat pimpinan nasional terakhir. Hasto Kristiyanto dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan, ”Ada momentum yang tepat mengumumkan cawapres.” Bicara momentum, Juni mendatang merupakan peringatan Bulan Bung Karno. Akankah ada keputusan penting lainnya? (Agnes Theodora )