YOGYAKARTA, KOMPAS — PT Dirgantara Indonesia, Selasa (17/10), menyerahkan pesawat NU-200 Sikumbang ke Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. Pesawat produksi tahun 1954 itu akan menjadi koleksi pesawat ke-50 untuk Museum Pusat TNI AU Mandala Dirgantara di Yogyakarta.
Pesawat Sikumbang diserahkan oleh Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Dirgantara Indoneaia (DI) Sukat Wikanto kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto di Museum Pusat TNI AU Mandala Dirgantara di Yogyakarta. Sebelumnya, sejak purnatugas pada akhir dekade 1960-an, pesawat Sikumbang disimpan di kantor PT DI, Bandung.
Pembuatan pesawat Sikumbang diprakarsai oleh Mayor (Udara) Nurtanio Pringgoadisuryo pada tahun 1953 di Lipnur, Bandung, Jawa Barat, yang kemudian menjadi cikal bakal PT DI. Dalam pembuatan pesawat itu, Nurtanio dibantu oleh 25 teknisi. Pesawat Sikumbang pertama kali mengudara pada 1 Agustus 1954.
Hadi mengatakan, kehadiran pesawat Sikumbang menunjukkan bahwa upaya kemandirian di bidang dirgantara telah dilakukan di awal kemerdekaan.
”Keistimewaan pesawat Sikumbang, pertama dibuat oleh murni tenaga anak bangsa tanpa bantuan tenaga asing. Kedua, pesawat ini adalah pesawat tempur darat,” ujar Hadi, Selasa.
Lebih lanjut, Sukat berharap kehadiran pesawat Sikumbang di Museum Pusat TNI AU bisa menjadi wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih mengenal industri kedirgantaraan Indonesia. Ia memastikan, PT DI akan terus mengembangkan industri pesawat terbang, terutama menyesuaikan kebutuhan konsumsi dalam negeri dan dunia internasional.
Kini, PT DI sedang menyempurnakan produksi pesawat NU-219 yang akan menjadi pesawat kedua yang diproduksi oleh murni anak bangsa. Pesawat itu ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah terpencil yang tidak terjangkau dengan pesawat besar.
”Pembuatan NU-219 adalah langkah kami melanjutkan rancang bangun pesawat buatan anak bangsa yang dilakukan Nurtanio. Kami berharap dalam beberapa waktu mendatang pesawat itu telah mengudara di langit Indonesia,” kata Sukat.