Mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong tengah menjawab pertanyaan peserta konferensi internasional masa depan Asia ke-23 bertema "Globalisme di Simpang Jalan: Langkah Asia Selanjutnya" yang digelar harian Nikkei di Tokyo, Jepang, Senin (5/6/2017).
TOKYO, KOMPAS — Peperangan antara kelompok teroris afiliasi Negara Islam di Irak dan Suriah dan tentara Filipina di Marawi, Filipina, bukan merupakan ancaman bagi Filipina semata. Semua negara di Asia Tenggara dan Asia juga mesti mewaspadai ancaman serupa meluas sehingga mengganggu stabilitas kawasan.
Aksi militer yang berjalan untuk mencegah berkembangnya NIIS di Filipina juga harus diimbangi dengan antisipasi dunia maya. Ada kekhawatiran NIIS bakal mengembangkan kekhilafahan virtual untuk menarik pengikut lebih luas.
Mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong mengemukakan hal ini dalam konferensi internasional masa depan Asia ke-23 bertema ”Globalisme di Simpang Jalan: Langkah Asia Selanjutnya” di Tokyo, Jepang, Senin (5/6). Wakil Presiden Jusuf Kalla juga hadir menjadi salah satu pembicara dalam konferensi yang digelar harian Nikkei.
”Ini ancaman bersama. Mereka (NIIS) mencoba mengajak semua umat Islam di mana pun membangun khilafah,” kata Goh Chok Tong sebagaimana dilaporkan wartawan harian Kompas, Hamzirwan A Hamid, dari Tokyo.
Menurut Goh Chok Tong, Singapura sudah mengantisipasi hal ini dengan melibatkan masyarakat Muslim yang antiradikalisme. Hal ini penting, kata Goh Chok Tong, karena keterlibatan masyarakat dapat memberikan informasi yang cepat kepada pemerintah untuk mengantisipasi ancaman NIIS.
Kerja sama intelijen pun mesti dilakukan dengan negara lain. Saling tukar informasi akan memudahkan aparat keamanan melakukan upaya mencegah kelompok NIIS berkembang.