Jauh Berpiknik dengan Mobil Listrik
Mobil listrik berbaterai besar mumpuni mengarungi jarak jauh. ”Kompas” memakai Hyundai Ioniq 5 dan Ioniq 6 selama 4 hari dari Jakarta ke Bali. Biaya listriknya tak sampai Rp 700.000. Pengisi daya tersedia sepanjang rute.
Kurun waktu tiga tahun terakhir, pilihan mobil listrik semakin banyak di dalam negeri. Beberapa opsi lebih tepat dipakai dalam kota saja dan lainnya memungkinkan dipakai berkendara jarak jauh karena kapasitas baterai yang besar. Opsi terakhir yang kami pakai untuk berkendara sejauh 1.300 kilometer lebih dari Jakarta menuju Nusa Dua, Bali.
Pada 2022, Kompas telah beberapa kali mengendarai mobil listrik ke luar kota Jakarta dengan berbagai merek. Salah satu perjalanan panjang itu adalah menggunakan Hyundai Ioniq 5 dengan jarak 1.800 km dari Jakarta menuju Surabaya, pergi pulang. Kali ini, kami pakai Ioniq 6 yang baru meluncur di Indonesia pada Agustus 2023. Tujuannya lebih jauh ke timur, yakni Nusa Dua, Bali.
Inisiatif perjalanan kali ini sebenarnya berasal dari PT Hyundai Motors Indonesia (HMID). Distributor resmi merek asal Korea Selatan ini menggelar program Charge Set Travel: Media Drive Experience with Ioniq 5 dan Ioniq 6 pada 2-6 Oktober. Ada 6 unit Ioniq 5 dan 3 unit Ioniq 6 untuk dipakai 34 peserta bergantian.
Keberadaan Ioniq 6 lebih menarik rasa penasaran karena Kompas belum pernah mencobanya sama sekali. Maka, begitu diajak mengendarai jarak jauh langsung, ini adalah kesempatan emas. Bisa jadi, para pembeli Ioniq 6 malah belum membawanya bepergian jauh. Padahal, mobil ini berkapasitas baterai lebih besar dibandingkan Ioniq 5, yaitu 77,4 kWh. Di atas kertas, kapasitas baterai itu mampu menempuh 519 km. Namun, di atas aspal, kenyataan berbicara lain.
Bonar Pakpahan, Product Expert Asisstant Manager PT HMID, yang menemani kami sepanjang perjalanan membenarkan pendapat itu. ”Jarak tempuh mobil listrik dipengaruhi berbagai faktor, seperti kondisi suhu perjalanan dan gaya mengemudi,” kata Bonar. Selama empat hari di jalan, pernyataan itu terbukti benar.
Sejatinya, perjalanan dimulai dari Hyundai Driving Experience di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin (2/10/2023) pagi. Dari situ, baterai Ioniq 6 yang kami tunggangi terisi 98 persen. Tertera di layar jarak yang bisa ditempuh lebih dari 480 km, lebih dari cukup untuk berangkat langsung sampai kawasan Cirebon. Tapi namanya perjalanan korporat, kami diajak mampir ke pabrik perakitan mobil Hyundai di daerah Sukamukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jabar, atau sekitar 55 km dari titik berangkat.
Di pabrik yang juga merakit Ioniq 5 itu, baterai mobil diisi ulang. Ketika bertolak dari pabrik PT Hyundai Motors Manufacturing Indonesia itu, kapasitas baterai Ioniq 6 yang kami tunggangi kembali terisi 99 persen. Ruas Tol Trans-Jawa yang membentang panjang siap diterabas. Sekitar 70 persen rute ”piknik jauh” ini ada di dalam jalan tol.
Baterai mobil dan tenaga penumpangnya masih sama-sama segar. Fitur hiburan musik yang disambungkan dari ponsel mengiringi perjalanan kami. Satu mobil dihuni empat orang. Tas atau koper bawaan tersimpan rapi di bagasi yang lega. Ruang kabin hanya untuk manusia dan kudapannya.
Sekitar dua setengah jam berkendara, ada peringatan untuk rehat. Kami patuh. Kemih juga sudah meminta dibuang, apalagi setelah terombang-ambing di jalanan bergelombang yang dikebut dalam kecepatan relatif tinggi. Mobil kami tepikan ke area rehat di titik Km 228 ruas Kanci-Pejagan yang masih masuk wilayah Cirebon.
Di sini tersedia stasiun pengisi daya baterai berarus DC dengan daya maksimum 200 kilowatt (kW). Setelah dikemudikan dengan gaya cenderung agresif, sisa baterai Ioniq 6 tertera 30 persen dengan sisa jarak 116 kilometer. Sudah sewajarnya diisi sebab, Kota Semarang sebagai titik akhir hari pertama masih jauh.
Baca juga: 1.800 Kilometer Bersama Hyundai Ioniq 5
Kami memutuskan tak perlu mengisi penuh baterai untuk memangkas waktu rehat. Yang penting penat berkurang, dahaga tersiram, dan hajat tersalurkan. Perut masih kenyang. Ada gerai kopi kenamaan di area rehat ini. Selama 23 menit, baterai telah terisi hingga 82 persen. Biayanya Rp 113.243. Tertera di layar, mobil sanggup menempuh jarak 354 km, cukup untuk sampai di Padma Hotel, Semarang, yang berjarak 202 km lagi.
Ruas tol di yang melintasi Jateng sepanjang sore, petang, hingga menjelang malam. Anjuran untuk beristirahat kembali muncul sekitar dua jam kemudian. Titik rehat Km 379 jadi tujuan. PIlihan makanan lebih banyak di sini. Stasiun pengisian baterai berdaya besar juga tersedia. Namun, kami memilih meluruskan punggung saja. Baterai masih sisa 33 persen. Setelah cukup, kami tancap gas, dan mengakhiri hari itu setelah menempuh jarak 455 km dengan baterai tersisa 17 persen. ”Baterai” penghuni mobil lebih rendah dari itu. Lelah juga.
Cara irit
Malam hari di Semarang, seluruh mobil listrik rombongan dicas sampai penuh. Titik pengisiannya ada di SPKLU Jatingaleh dan Balai Kota Semarang dengan kapasitas besar. Dari Semarang, kami singgah di Kota Surakarta, menengok Stadion Manahan yang bakal dipakai ajang sepak bola internasional FIFA World Cup U-17 pada 10 November-2 Desember 2023. Berfoto di depan stadion adalah keharusan.
Di ”Kota Bengawan” ini, mobil kembali diisi daya, tetapi tidak penuh. Unit yang kami tunggangi terisi 89 persen, atau mampu menempuh 427 km, diisi di SPKLU PT PLN UP3 Surakarta. Bukan cuma mobil, perut kami diisi makanan di restoran Java Terrace yang cuma sepelemparan batu dari SPKLU itu. Tujuan berikutnya cukup jauh, langsung ke Surabaya, Jatim.
Titik finis kami di ”Kota Pahlawan” itu adalah rumah makan Ayam Goreng Asli Pemuda di Jalan Tidar. Di peta, jaraknya 265 km. Baterainya cukup untuk berkendara wajar. Namun, kami ditantang untuk mengirit baterai. Kami diminta untuk tiba di garis finis dengan sisa baterai minimal 30 persen.
Alhasil, ruas tol yang lengang, yang sebenarnya pas banget untuk berakselerasi itu sia-sia. Kami merayap. Pelan-pelan. Amat pelan. Waktu tempuh Surakarta-Surabaya yang seharusnya hanya tiga jam, berlipat ganda. Kami butuh waktu enam jam sampai garis finis tanpa mengisi baterai sama sekali. Rehat untuk berkemih pun hanya satu kali.
Sisa baterai kami di titik finis 59 persen alias terpakai 30 persen saja. Konsumsi listriknya 10,99 km/kWh. Dengan asumsi harga listrik Rp 2.500 per kWh di SPKLU berdaya besar, kami cuma mengeluarkan uang Rp 27.500 saja dari Surakarta sampai Surabaya. Jauh lebih irit dibandingkan mobil berbensin/solar. Ya, tapi cara menyetirnya kelewat lambat. Badan rasanya lebih lelah. Mungkin karena lebih lama di dalam mobil dan jenuh.
Etape berikutnya menuju Banyuwangi, kami dibebaskan dari tantangan terkutuk itu. Jalan tol sampai Kabupaten Probolinggo relatif lengang. Adrenalin terpacu dituntaskan setelah ditahan seharian sebelumnya. Daya mobil diisi di daerah Pasuruan, cuma tak penuh. Ruas Tol Trans-Jawa saat ini berujung di Gerbang Tol Gending, Probolinggo. Rute memasuki ruas jalur pantai utara Jawa.
Kecermatan
Kecermatan berkelit di jalur relatif ramai itu diperlukan. Kami tiba di peristirahatan Pantai Utama Raya, Kabupaten Situbondo, ketika sore sedang terik. Pemandangan lepas pantainya bagus. Ini adalah tempat rehat terbesar di daerah ini. Banyak kudapan tersaji. Pengguna mobil listrik juga bisa mengisi daya. Sayangnya baru satu unit yang terpasang, itu pun berdaya kecil, arus AC 7 kWh.
Pemandangan dari peristirahatan ini menyejukkan mata. Garis pantai utara Situbondo berpendar disinari matahari senja. Sebelumnya kami melintasi perbukitan Paiton yang berkelok-kelok. Seru menyetir mobil listrik di sini. Tenaganya tersedia untuk menyalip di tanjakan sekalipun. Sayangnya, kawasan hutan Baluran kami lintasi ketika hari sudah gelap.
Rute Pulau Jawa berakhir di Hotel Ketapang Indah. Perjalanan hampir 300 km itu berakhir menjelang pukul 21.00. Mobil kembali diisi daya di hotel dengan pengisian yang sengaja dipasang Hyundai untuk rombongan ini. Esoknya ketika berangkat hendak menyeberang, baterai Ioniq 6 sudah penuh 100 persen.
Penyeberangan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk memakan waktu sekitar satu jam. Tak jauh setelah mendarat di Pulau Bali, kami mengisi perut di RM Ayam Betutu Men Tempeh Gilimanuk. Di area ini ada SPKLU berdaya maksimal 200 kW. Pengguna mobil listrik bisa memanfaatkan SPKLU ini sebelum atau sesudah menyeberang pulau.
Dari Ketapang sampai Nusa Dua berjarak sekitar 145 km. Baterai mobil terisi penuh di Ketapang sehingga tak perlu mengisi lagi sampai tujuan akhir. Akhirnya tuntas juga perjalanan yang sebenarnya santai tetapi melelahkan itu. Daya mobil bisa diisi dengan cepat, tetapi tenaga manusia butuh waktu lebih lama.
Baca juga: Hyundai Ioniq 6 Mulai Mengintai
Total jarak yang ditempuh menurut catatan di layar adalah 1.330,1 km dengan rata-rata konsumsi listrik 19 kWh per 100 km atau 5,3 km per kWh. Dengan perhitungan kasar, biaya listrik yang dibutuhkan sepanjang perjalanan adalah Rp 627.250. Angka ini lebih murah dibandingkan beli BBM untuk mobil bermesin bakar. Namun, harga mobil listrik yang dipakai di kisaran harga Rp 800 juta sampai Rp 1,2 miliar.
Keuntungannya, mobil listrik senilai itu sanggup dipakai piknik jauh, khususnya melintasi Pulau Jawa hingga Bali. Infrastruktur pengisian daya telah tersedia di banyak titik. Perhitungan jarak yang cermat dan gaya berkendara menentukan kelancaran perjalanan. Untuk kawasan lain bisa jadi masih memunculkan kecemasan jarak.