Manusia adalah makhluk sosial, karena itu kita tetap perlu menjalin hubungan dengan orang lain.
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·4 menit baca
Libur panjang yang ditunggu-tunggu oleh hampir semua orang kini telah berakhir. Banyak aktivitas telah dilakukan, tidak sedikit yang memberikan kesenangan. Karena cukup banyak orang ke luar kota, suasana jalanan di dalam kota juga jadi lengang, seperti mengembuskan udara segar.
Mereka yang berlibur ke luar kota menjalani suasana berbeda dan santai saat di luar kota tersebut. Sementara itu, yang tinggal di rumah melakukan berbagai hal sederhana saja. Misalnya, membereskan rumah, memasak, menata tanaman, atau bertemu dan ngobrol santai dengan kerabat. Bahkan, hanya sekadar tetap bekerja di depan laptop pun dapat menjadi momen yang melegakan, karena suasana yang dirasakan berbeda daripada bekerja di hari kerja.
Bagaimana jika tidak punya uang? Tidak usah terlalu disesali. Yang lebih penting adalah menciptakan suasana yang berbeda daripada hari-hari biasa yang penuh ketegangan.
Kita dapat mencari aktivitas-aktivitas yang tidak memerlukan biaya tambahan, atau yang biayanya tidak terlalu mencekik kita. Apa itu? Silakan dicari karena yang diminati oleh satu dan lainnya dapat berbeda-beda.
Mengatasi sepi
Meski bagi sebagian besar orang masa libur panjang sangat dinanti, ada juga sebagian lagi yang mungkin membayangkannya saja cukup membuat cemas. Ini jika kita tidak memiliki orang dekat, atau jauh dari orang-orang dekat untuk dapat menikmati libur panjang bersama mereka. Atau mungkin pula terjadi, hubungan kita dengan keluarga atau teman kurang baik sehingga libur panjang justru dapat memperkuat rasa kesepian.
Tidak ada hidup yang sempurna. Jadi, daripada terpuruk menyesali diri, sebenarnya kita dapat merencanakan hal-hal yang cukup menyenangkan. Entah dengan berlibur sendiri ke tempat yang terjangkau, mencoba moda transportasi baru, atau menyenangkan diri dengan hobi.
Manusia, entah dia introver ataupun ekstrover, adalah makhluk sosial, karena itu kita tetap perlu menjalin hubungan dengan orang lain. Untuk yang tidak memiliki teman, akan baik jika dapat bertemu dengan orang-orang baru, misalnya ikut kursus atau kegiatan lingkungan.
Karena manusia makhluk sosial, rasa diri berharga kita juga dipengaruhi oleh sejauh mana kita merasa terhubung dengan orang lain. Terhubung berarti disayangi dan dianggap penting oleh orang lain. Juga berarti, merasa berharga dan dapat melakukan sesuatu bagi orang lain.
Terkait hal di atas, kita dapat merasa terpuruk ketika merasa tidak ada orang yang sungguh-sungguh memedulikan kita, dan libur panjang dapat memperkuat rasa terpuruk itu. Kalau demikian halnya, bagaimana jika kita mengubah cara pandang, untuk mulai memberikan rasa nyaman bagi diri dengan memastikan bahwa kita dapat melakukan sesuatu bagi orang lain?
Ada kata-kata bijak, ”When you feel helpless, help others”, yang kadang digunakan psikolog untuk membantu kliennya merasa bahagia. Intinya, daripada kita sibuk menuntut orang lain untuk memberikan perhatian pada kita, barangkali lebih baik menyediakan diri untuk orang lain yang memerlukan terlebih dulu.
Jika kita tidak siap memulainya di lingkungan terdekat, kita dapat memulainya dengan memberikan perhatian pada banyak orang di luar sana. Mungkin mereka anak-anak di panti asuhan, mungkin para sepuh di panti wreda, atau penjual kaki lima di lingkungan kompleks saja.
Ternyata keluar dari diri sendiri itu memang dapat mendatangkan kebahagiaan. Dan yang kita mulai di libur panjang kemarin, akan baik jika dapat kita teruskan menjadi kegiatan rutin pada masa-masa selanjutnya.
Menciptakan suasana libur
Tampaknya ada banyak orang pada masa kini yang hampir terus bekerja, entah pada hari libur, apalagi pada hari kerja. Ketegangannya saja yang terasa berbeda. Saat libur, bagaimanapun ada kelegaan dan lebih banyak kebebasan untuk bersantai, tidur-tiduran, atau sejenak meninggalkan pekerjaan tanpa harus merasa bersalah.
Di tengah kesibukan yang kadang demikian luar biasa, kita tetap perlu menyelipkan jeda dan suasana libur. Maka, kita punya jam istirahat di tengah hari, akhir minggu untuk sedikit bersantai, serta libur tengah atau akhir tahun.
’Wah, senang sekali, besok sudah Jumat’, padahal esok adalah hari Selasa atau Rabu.
Jika tuntutan untuk mencari uang demi bertahan hidup sedemikian kerasnya sampai kita tidak memiliki waktu libur yang cukup panjang, baik untuk secara sengaja mengupayakan jeda-jeda itu. Berhenti sejenak dari bekerja untuk dapat mengambil napas dan menenangkan diri.
Saya tergolong orang yang beruntung, karena di tengah tumpukan pekerjaan, ternyata ada mekanisme yang bekerja sendiri di dalam benak saya untuk mengurangi ketegangan. Sangat sering saya lupa bahwa esok hari itu masih hari kerja. Sering saat rehat sejenak dari kerja, otak saya mengembara dan berpikir, ”Wah, senang sekali, besok sudah Jumat”, padahal esok adalah hari Selasa atau Rabu.
Meski belakangan saya menyadari bahwa akhir pekan untuk dapat bersantai masih jauh, bagaimanapun menyangka esok sudah Jumat itu ternyata dapat membawa kegembiraan tersendiri. Kita tetap bekerja keras menyelesaikan semua tugas, tetapi dengan hati yang lebih ringan.
Selamat hari raya Lebaran bagi semua pembaca yang merayakannya. Tak terasa libur panjang kita telah sampai pada ujungnya. Semoga libur panjang kita kemarin dapat dinikmati dengan rasa senang agar dapat kembali bekerja dengan hati yang lebih lapang.
Elizabeth Kristi Poerwandari, Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia