Sejumlah negara dan pemimpin dunia meminta para pihak menahan diri. Paus Fransiskus mendesak ”spiral kekerasan” diakhiri
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Untuk pertama kali, sejak Revolusi Islam di Iran pada 1979, Teheran secara terbuka menggelar serangan langsung terhadap Israel. Iran mengklaim, serangan itu sah.
Teheran menggunakan lebih dari 300 gabungan pesawat nirawak kamikaze, rudal jelajah, dan rudal balistik untuk menghancurkan instalasi-instalasi militer Israel. Teheran menegaskan, serangan balasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus itu sukses.
Oleh karena itu, Perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengharapkan serangan tersebut tidak membawa eskalasi lebih lanjut. Sebab, ”masalah ini dapat dianggap sudah selesai”. Namun, apabila Israel membalasnya, Iran telah siap memberikan tanggapan lebih serius.
Di sisi lain, Israel mengatakan, sistem pertahanan mereka berhasil merontokkan 99 persen rudal dan pesawat nirawak yang ditembakkan Iran. Tidak ada kerusakan signifikan.
Dalam pertarungan udara itu, tiap-tiap pihak mengklaim unggul dan berhasil memenangi pertempuran. Namun, di sisi lain, pertempuran tersebut justru menandai eskalasi ketegangan di kawasan yang sewaktu-waktu dapat memicu konflik yang lebih besar dan meluas.
Mengantisipasi situasi terkini, Dewan Keamanan PBB segera menggelar pertemuan darurat karena situasi di lapangan masih sangat cair. Seiring itu, di tengah mengalirnya kecaman terhadap serangan Iran, sejumlah negara dan pemimpin dunia justru mendesak para pihak terkait untuk menahan diri. Kantor-kantor berita, seperti Associated Press, AFP, dan Reuters, memberitakan, desakan tersebut datang antara lain dari Mesir, Arab Saudi, Rusia, China, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Paus Fransiskus.
China meminta negara-negara yang memiliki pengaruh besar agar memainkan peran konstruktif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan penghentian segera permusuhan di Timur Tengah.
Sementara itu, Paus Fransiskus mendesak agar ”spiral kekerasan” yang menyeret Timur Tengah ke dalam konflik yang lebih besar harus segera diakhiri. Paus pun meminta semua pihak menghormati kedaulatan setiap negara dan berpihak pada perdamaian.
Saat menyampaikan pesannya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, itu, Paus mengajak setiap pihak terkait membantu Israel dan Palestina untuk hidup berdampingan secara damai sebagai dua negara bertetangga. Paus pun kembali menyerukan pentingnya gencatan senjata dan dialog untuk mengakhiri konflik di Timur Tengah, khususnya di Gaza.
”Sudah cukup dengan perang, sudah cukup dengan serangan, sudah cukup dengan kekerasan,” kata Paus. ”Kini, kita katakan, ya untuk berdialog, ya untuk perdamaian,” kata Paus, menambahkan.
Editor:
ANDREAS MARYOTO, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO