Setiap tahun sekitar satu miliar ton sampah terbuang di tengah kelaparan yang dihadapi ratusan juta orang.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Limbah makanan jadi isu yang dihadapi banyak negara. Setiap tahun, miliaran ton makanan terbuang sia-sia. Hal ini menjadi ironi di tengah kelaparan yang dihadapi ratusan juta orang di seluruh dunia.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan 1,05 miliar ton makanan terbuang. Volume sampah makanan mencapai 19 persen dari makanan yang diproduksi secara global. Di sisi lain, 783 juta orang mengalami kelaparan pada 2022 dan sepertiga umat manusia menghadapi kerawanan pangan.
Dalam Laporan Indeks Limbah Makanan tahun 2024 yang disusun Program Lingkungan PBB (UNEP) bersama Waste and Resources Action Program (WRAP) terungkap, jumlah sampah makanan naik drastis di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah (Kompas.id, 28 Maret 2024).
Limbah makanan merugikan perekonomian global dan memicu perubahan iklim dan polusi. Laporan UNEP terbit menjelang Hari Tanpa Sampah Internasional yang diperingati setiap 30 Maret dan memberi perkiraan global paling akurat mengenai limbah makanan di tingkat ritel dan konsumen.
Menurut Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen, dalam keterangan tertulis di laman UNEP, sampah makanan adalah tragedi global. Jutaan orang kelaparan di tengah banyak makanan terbuang sia-sia di seluruh dunia. Hal ini merupakan masalah pembangunan dan menimbulkan kerugian besar pada iklim dan alam.
Dari analisis yang dilakukan, setiap orang membuang rata-rata 79 kilogram makanan setiap tahun. Jumlah ini setara dengan satu miliar porsi makanan terbuang per hari di seluruh dunia. Sekitar 60 persen dari sampah makanan berasal dari rumah tangga, 28 persen berasal dari jasa makanan, dan 12 persen bersumber dari ritel.
Ancaman lingkungan
Sampah makanan atau food waste merupakan makanan yang siap dikonsumsi manusia tetapi dibuang dan akhirnya menumpuk di tempat pembuangan akhir. Sampah makanan itu menghasilkan gas metana dan karbon dioksida yang terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon.
Sampah makanan adalah tragedi global. Jutaan orang kelaparan di tengah banyak makanan terbuang sia-sia di seluruh dunia.
Padahal, lapisan ozon berfungsi menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, maka terjadi pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya es di bumi. Perubahan iklim tersebut bisa memicu berbagai bencana, termasuk krisis pangan.
Tingginya volume sampah makanan itu terkait perilaku masyarakat. Selain kebiasaan tidak menghabiskan makanan, sebagian warga makan tidak sesuai porsi makanannya, membeli atau memasak makanan yang tidak disukai, dan gengsi menghabiskan makanan di depan banyak orang.
Pengurangan limbah pangan berperan penting dalam transformasi sistem pertanian berkelanjutan dengan meningkatkan produksi pangan, berkontribusi pada ketahanan pangan, dan pola makan sehat. Upaya ini juga menjadi salah satu strategi utama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Selain itu, pengurangan limbah makanan membantu negara dan dunia usaha memitigasi dampak perubahan iklim. Aksi ini sekaligus bisa melestarikan dan melindungi ekosistem serta sumber daya alam yang jadi sandaran masa depan pangan.