Sabar dan Puasa
Ada dua faktor tantangan dan rintangan yang menguji kesabaran selama berpuasa, yaitu sensasi fisik dan tantangan mental.
Walaupun tak ada yang disebut ”kepribadian puasa”, beberapa ciri kepribadian sering dibahas karena berkaitan erat dengan program berpuasa, antara lain sabar.
Psikologi berpuasa biasanya melibatkan proses dua arah. Ciri yang ada pada kita dapat memengaruhi kesuksesan dalam berpuasa dan proses puasa itu sendiri dapat meningkatkan ciri kepribadian kita.
Marcia Reynolds (2017), psikolog klinis yang juga seorang penulis, mengambil pandangan yang menyebutkan bahwa kesabaran bukanlah kemampuan untuk menunggu, melainkan bagaimana Anda bertindak/bereaksi saat menunggu. Kesabaran seseorang bisa terganggu karena kurang tidur, gizi buruk, polusi suara, konflik berlebihan, masalah uang, dan kekurangan teman.
Baca juga: Puasa, Kedewasaan, dan Korupsi
Erin Dierickx, terapis pernikahan dan keluarga, menambahkan bahwa ketidaksabaran adalah respons yang dipicu oleh tugas, ungkapan, atau perilaku yang sering kali berasal dari faktor luar, seperti stres dan kecemasan.
Secara umum, ada dua faktor tantangan dan rintangan yang bisa menguji kesabaran selama berpuasa, yaitu sensasi fisik dan tantangan mental.
Sensasi fisik, misalnya rasa lapar sebagai respons alami karena perubahan jadwal makan, terutama di awal puasa. Hal ini dapat membuat kita lebih sulit berkonsentrasi dan beraktivitas sehingga menyebabkan frustrasi dan ketidaksabaran.
Tantangan mental, misalnya dengan melihat, mencium, atau bahkan memikirkan makanan dapat memicu keinginan mengidam yang kuat dan menyulitkan kita untuk tetap fokus pada tujuan berpuasa. Juga kebosanan yang membuat pikiran melayang pada makanan ataupun tekanan sosial karena tawaran makan dari lingkungan yang sulit untuk ditolak.
Manfaat sabar
Chris Mosunic (2023), psikolog klinis, meninjau berbagai manfaat kesabaran. Pertama, meningkatkan pengendalian dan kasih sayang pada diri sendiri, memungkinkan pengaturan diri dalam situasi stres, mencegah pengambilan keputusan impulsif. Juga memupuk rasa welas asih dan memaafkan diri sendiri.
Kedua, sebagai pendukung pencapaian tujuan jangka panjang. Kita tetap berkomitmen dan fokus, mengabaikan kepuasan instan, dan memprioritaskan imbalan yang lebih besar dan bertahan lama.
Semakin dapat memengaruhi perilaku yang diinginkan secara positif, semakin sedikit Anda harus menghadapi situasi yang memicu ketidaksabaran.
Ketiga, meningkatkan kesehatan fisik. Dengan mengurangi stres dan emosi negatif, kesabaran dapat menurunkan detak jantung dan mengurangi risiko kelelahan sehingga berkontribusi terhadap kesehatan secara keseluruhan.
Keempat, meningkatkan pemecahan masalah. Kesabaran memungkinkan kita menghadapi masalah dengan lebih bijaksana dan efektif, memastikan kita tidak terburu-buru mengambil solusi buruk karena frustrasi.
Kelima, menjadi batu loncatan menuju kehidupan yang lebih memuaskan, merasakan hubungan yang lebih dalam dan menjaga keseimbangan dalam menghadapi kesulitan dan stres sehari-hari.
Meningkatkan kesabaran
Berpuasa memberikan tantangan untuk melatih kesabaran kita, yang manfaatnya jelas sangat berguna bagi pengembangan diri lebih lanjut. Dengan menyertakan beberapa pendapat dari Erin Dierickx, Matt Christensen (2023), penulis kesehatan mental, menyampaikan taktiknya.
1. Napas dalam
Bernapas dalam-dalam sangat disarankan saat Anda menghadapi situasi stres karena berakar pada naluri bertahan hidup dan dirancang untuk membuat kita tetap tenang. Sering kali ini bukan soal hidup atau mati, dan salah satu indikator terbaik otak untuk mengetahui hal tersebut adalah oksigen.
Baca juga: Stres Digital
Kecemasan karena ketidaksabaran biasanya mengakibatkan hiperventilasi, yaitu napas cepat dan pendek yang dirancang untuk memulai respons otak melawan atau lari. Meluangkan beberapa detik untuk bernapas dalam dan terkendali, dapat mengingatkan tubuh bahwa meskipun merasa tidak nyaman, Anda mungkin tidak dalam bahaya dan dapat mengatasi ketidaksabaran dengan respons yang produktif.
2. Relaksasi otot
Saat merasa tidak sabar, otot menegang, karena itu perlu relaksasi otot progresif. Mulailah dengan jari-jari kaki, lalu lanjutkan ke atas melalui betis, paha, perut, dada, lengan, dan wajah.
Saat melakukannya, regangkan setiap bagian tubuh selama beberapa detik, lalu lepaskan. Latihan ini dapat mengalihkan perhatian Anda dari hal yang membuat tidak sabar dan yang lebih penting, membantu mengingatkan tubuh bahwa Anda memegang kendali.
3. Identifikasi tubuh
Kita cenderung berasumsi bahwa ketidaksabaran dimulai dari otak. Namun, meski dari situlah emosi kita berasal, emosi bisa terwujud di mana saja. Akses ketidaksabaran di tubuh Anda. Perhatikan apa yang terjadi ketika Anda mulai merasa tidak sabar.
Apakah dada menjadi sangat sesak? Apakah lengan dan tinju mengepal? Dengan mengenali apa yang terjadi secara fisik pada tubuh, Anda dapat memberikan perhatian khusus di situ.
4. Nyatakan ketidaksabaran Anda
Mengungkapkan apa yang membuat Anda tidak sabar bisa menjadi hal yang memuaskan dan produktif. Menyuarakan kesadaran merupakan langkah penting dalam memerangi ketidaksabaran. Dengan mengakui perasaan, Anda memberdayakan diri untuk mengenali pengalaman Anda dan mengomunikasikan bagaimana hal itu memengaruhi Anda.
Baca juga: Melatih Kesabaran
Hal ini juga dapat memberi kesempatan untuk meminta atau menawarkan bantuan, atau untuk memilih cara merespons. Kuncinya di sini adalah konteks. Dengan memperjelas pengalaman, Anda dapat membantu orang-orang di sekitar agar merespons secara efektif.
5. Memberikan validasi dan instruksi
Ketidaksabaran tumbuh subur saat pemutusan hubungan. Jika dalam relasi Anda dengan anak tidak tahu apa yang sedang terjadi atau apa yang diharapkan dalam situasi tertentu, ini adalah awal permasalahan. Validasi, yang merupakan respons verbal dan non-verbal yang mengomunikasikan pemahaman, adalah hal yang memfasilitasi relasi. Bantu anak/teman bicara memahami apa dan mengapa permintaan Anda setelah memvalidasi perasaan mereka.
Ingatlah untuk mengatakan sesuatu, seperti ”Aku tahu kamu sedang kesal karena masih ingin bermain gim, bagaimana kalau membawanya ke kamar sambil berpakaian sehingga tidak terlambat berangkat?” Ini disampaikan dengan nada tenang. Penting untuk memasangkan pernyataan ini dengan tindakan validasi. Hal ini membantu membentuk perilaku dan komunikasi, yang dapat mengurangi situasi serupa dari waktu ke waktu dan pada akhirnya mengurangi ketidaksabaran Anda.
6. Pertimbangkan hadiah
Kunci berikut adalah membuat imbalan bermakna untuk mendorong perilaku atau rutinitas yang diinginkan. Imbalan bisa berupa sesuatu yang ekstrinsik, seperti mainan, stiker, atau makanan; bisa juga imbalan intrinsik, seperti pujian, harapan yang menyenangkan, dan sebagainya. Semakin dapat memengaruhi perilaku yang diinginkan secara positif, semakin sedikit Anda harus menghadapi situasi yang memicu ketidaksabaran.
7. Temukan distraksi
Sibukkan diri dengan mengerjakan sesuatu dengan tangan untuk mengalihkan perhatian otak, seperti memainkan gim di ponsel Anda atau melakukan beberapa latihan fisik. Cari tahu apa yang terbaik bagi Anda untuk mengalihkan pikiran sehingga Anda dapat menenangkan diri.
Baca juga: Instropeksi Diri
8. Pertimbangkan gambaran besarnya
Saat merasa tidak sabar, alih-alih terpaku pada tujuan yang ingin dicapai, ada baiknya jika kita mengingatkan diri sendiri untuk tetap memiliki perspektif yang lebih luas terhadap situasi tersebut. Jika Anda tidak sabar terhadap anak, penting untuk diingat, misalnya, bahwa mereka tidak melakukan hal tersebut karena dendam atau sengaja.
Jika Anda tidak sabar dengan pasangan, pikirkan hasil akhirnya. Apakah Anda akan terlambat untuk makan malam? Mengingatkan diri tentang hal ini dapat membantu.
Selamat bersabar.
Agustine Dwiputri, Psikolog; Dosen PTT di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia