Gencatan senjata sementara, yang tengah diupayakan, di Gaza diharapkan bisa mencegah bencana kelaparan di sana.
Oleh
REDAKSI
·1 menit baca
Akankah tercapai gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadhan tiba? Hal itu tengah diupayakan beberapa pihak. Dunia menanti terobosan penghentian perang di Gaza.
Desakan perlunya gencatan senjata segera dilontarkan oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris dalam pidato peringatan 59 tahun ”Bloody Sunday”, peristiwa 1965 yang berujung pada penghapusan diskriminasi rasial dalam pemilu, di Alabama, AS, Minggu (3/3/2024). Ia menyebut bencana di Gaza sudah ”tidak manusiawi” seraya mengecam Israel—begitu juga Hamas.
Seolah mengonfirmasi pemberitaan mengenai horor tragedi kemanusiaan di Gaza, Harris menyebut keluarga-keluarga di Gaza yang terpaksa mengonsumsi pakan ternak dan daun untuk bertahan hidup. Juga soal bayi-bayi yang terlahir kurang gizi dan anak-anak Gaza yang tewas akibat malanutrisi.
Sedemikian dahsyat skala penderitaan di Gaza, kata Harris, harus ada gencatan senjata segera setidaknya selama enam pekan. Meski sudah sangat terlambat, pernyataan Gedung Putih itu diharapkan bisa menekan, terutama Israel, agar menyepakati gencatan senjata sementara atau lebih tepat jeda tempur (truce) di Gaza setidaknya saat Ramadhan tiba.
Seperti diberitakan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA), sedikitnya 576.000 warga Gaza atau seperempat dari total populasi di enklave itu tinggal satu tahap masuk kategori kelaparan. Bahan pakan ternak yang mereka andalkan pun sudah menipis (Kompas, 3/3/2024).
Berdasarkan Integrated Food Security Phase Classification (IPC), inisiatif PBB dan badan-badan kemanusiaan, tiga kondisi yang disebut kelaparan: 20 persen rumah tangga paceklik pangan ekstrem, 30 persen anak-anak malanutrisi akut, dan dua orang dewasa atau empat anak dari 10.000 orang tewas setiap hari akibat kelaparan atau penyakit terkait malanutrisi.
Sejak IPC dikembangkan mulai 2004, hanya dua kelaparan yang diidentifikasi, yakni di Somalia tahun 2011 dan di Sudan Selatan pada 2017. Sebelum Somalia resmi dinyatakan kelaparan, lebih dari 100.000 orang di sana tewas. Kita jelas tak ingin Gaza mengalami nasib seperti dua negara itu.
Di era modern, berkat analisis peringatan dini yang canggih, bencana kelaparan bisa diprediksi dan dicegah dengan tingkat keandalan seakurat sistem peringatan dini badai. Badan-badan kemanusiaan juga memiliki strategi yang telah teruji untuk mencegah kelaparan terjadi selama mendapat akses penuh.
Bencana kelaparan di Gaza bisa dicegah selama didukung keputusan politik. Tak diragukan, tindakan Israel menghadang pasokan bantuan kemanusiaan memicu terciptanya bencana di Gaza saat ini. Jelas pula, sebagai sekutu Israel, AS memiliki tanggung jawab mencegah kelaparan di Gaza (Hardin Lang dan Jeremy Konyndyk, Foreign Affairs, 1/3/2024).
Setelah hampir lima bulan perang, dengan kehancuran luluh lantak di Gaza, dari pidato Harris, AS terlihat seperti orang bangun kesiangan. Bersama mediator dari Qatar dan Mesir, negara itu mengupayakan kesepakatan jeda tempur di Gaza. Jika tercapai, selama enam pekan dimulai awal Ramadhan (11 atau 12 Maret) perang Gaza—untuk sementara—dihentikan.