Petani harus mulai mandiri dengan membangun organisasi tani yang kuat.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Pascareformasi perhatian terhadap pertanian padi sangat lemah. Infrastruktur banyak yang rusak dan rantai pasok makin tak jelas. Membereskan beras makin tak mudah.
Laporan terbaru menyebutkan, total potensi produksi beras nasional pada Maret dan April 2024 mencapai 8,46 juta ton. Produksi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Kendati begitu, Badan Pangan Nasional optimistis produksi beras tersebut akan menurunkan harga beras. Badan Pusat Statistik, Jumat (1/3/2024), merilis, potensi produksi beras pada Maret dan April 2024 masing-masing sebanyak 3,54 juta ton dan 4,92 juta ton. Perkiraan produksi tersebut berdasarkan penghitungan kerangka sampel area pada panenan Desember 2023 dan Januari 2024 (Kompas, 2/3/2024).
Apakah arti dari laporan itu? Bila hanya melihat angka itu saja, tidak banyak bermakna selain memberi tahu ke publik bahwa ada produksi beras sebanyak angka-angka yang dilaporkan. Harapannya harga bisa turun ketika pasokan sebanyak itu masuk ke pasar.
Bila tidak ada kajian yang mendalam tentang laporan seperti itu, semua akan terkesan baik-baik saja. Produksi aman dan kemudian rakyat bisa mendapatkan beras dengan harga yang terjangkau.
Namun, sesungguhnya angka-angka itu membuat kita perlu menanyakan lebih lanjut soal apa sebenarnya yang tengah terjadi dengan pertanian padi di Tanah Air. Angka produksi Maret-April tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Angka ini memberi peringatan bahwa pasokan tahun ini bermasalah. Gangguan cuaca membuat produksi turun.
Dengan mudah kita menyalahkan cuaca hingga kita tidak bisa melihat masalah yang lebih besar. Pertanian padi sesungguhnya dalam masalah yang pelik. Kita bisa melihat di berbagai tempat tengah terjadi peralihan fungsi lahan. Pemerintah daerah dengan mudah memberi izin penggunaan lahan untuk kegiatan non-pertanian.
Tak jauh dari Jakarta, kota-kota di Jawa Barat tengah berubah. Bekasi telah menjadi kota metropolitan padahal sekian tahun lalu masih menjadi penghasil beras. Karawang pun yang disebut sebagai lumbung beras kini mulai menjadi metropolitan. Kemudian menyusul Subang. Buruh tani makin sulit didapat karena mereka telah meninggalkan pertanian.
Masalah lebih kompleks muncul ketika kita membicarakan sarana dan prasarana produksi pertanian, irigasi, penyuluh, penanganan pasca panen, perdagangan padi, hingga perdagangan beras di hilir. Semua memperlihatkan bahwa kita makin kurang memperhatikan pertanian padi. Pendidikan bidang pertanian juga makin kurang diminati anak-anak muda.
Kita perlu kembali mulai berpaling ke pertanian padi. Semua akan makin rumit kalau kita hanya mengandalkan pemerintah. Petani harus mulai mandiri dengan membangun organisasi tani yang kuat. Meski ada luka sejarah dengan organisasi tani, kita tidak bisa membiarkan petani tidak berdaya. Mereka adalah pelaku usaha tani yang paling depan untuk membereskan masalah ini. Tanpa organisasi tani yang kuat, pertanian padi akan lemah hingga membuat sendi negeri ini keropos karena tak mandiri pangan.