Teknologi Canggih Dalam Konser Taylor Swift
Kita semua sepakat bahwa teknologi yang digunakan dalam tur Taylor sangat mengesankan.
Dalam sebuah tur, penyanyi Taylor Swift tiba-tiba menjatuhkan diri ke dalam lubang yang berada di panggung. Ia kemudian tampak ”menyelam” di lorong yang terlihat seperti air. Taylor kemudian ”berenang” ke sisi lain panggung. Penonton terkesima. Dia kemudian muncul di sisi lain panggung untuk melanjutkan penampilannya.
Video pendek yang beredar di beberapa kanal ini membuat penasaran para penontonnya. Mereka menganggap Taylor benar-benar berenang dan menyelam cukup lama. Inilah salah satu teknologi yang digunakan oleh Taylor dalam penampilannya. Ia memang banyak menggunakan teknologi, tak hanya dalam penampilan, tetapi juga kesehariannya.
Seorang penulis di laman Stemettes menjelaskan aksi panggung Taylor itu. Pertama-tama, Taylor tahu kapan harus melompat dari panggung ke lubang itu ketika sebuah lampu hijau bersinar di bawah panggung. Lampu hijau menunjukkan sebuah bantalan tiup yang akan menangkapnya telah mengembang. Artinya, ia aman untuk menjatuhkan diri dan “menyelam”.
Kemudian, kereta luncur bermotor kecil membawanya ke ujung panggung yang lain. Kereta inilah yang membawa secara fisik Taylor ke ujung panggung lain pada saat penonton melihat seolah ia tengah berenang dan menyelam menyusuri lorong menuju ujung panggung itu. Tampilan Taylor yang berenang berasal dari video dan lampu di lantai panggung yang memutar grafis agar Taylor terlihat seperti sedang berenang.
Lebih canggih
Kabarnya, Eras Tour Taylor Swift, yang akhir pekan ini akan berlangsung di Singapura, bakal memanfaatkan teknologi yang lebih canggih dan desain panggung cerdas untuk menciptakan pengalaman konser yang menakjubkan secara visual dan mendalam bagi para penggemar.
Salah satu laman membocorkan berapa teknologi yang bakal dipakai. Perpaduan pencahayaan, video, dan penampilan Taylor Swift menciptakan pengalaman visual yang memukau bagi penonton. Desain panggungnya mencakup bentuk berlian dengan anak tangga di tengahnya, memungkinkan pemetaan warna dan efek video yang tepat selama pertunjukan.
Desain set acara sengaja direkayasa secara berlebihan untuk memastikan keamanan dan mempertahankan tampilan yang menarik secara visual, dengan lift gunting yang bisa lebih tinggi, tetapi dijaga pada 75-80 persen ketinggian maksimumnya.
Lampu sorot yang digunakan dalam pertunjukan Taylor Swift memiliki tujuan ganda, berfungsi sebagai pengeras suara dan lampu yangmenciptakan pengalaman visual dan pendengaran unik bagi penonton. Lampu sorot Taylor Swift juga ditempatkan secara strategis untuk menyorotnya dari berbagai sudut hingga menciptakan pengalaman visual yang menawan selama penampilannya.
Banyaknya pilihan pencahayaan yang disediakan oleh mesin penggerak di lapangan menambah tontonan keseluruhan pertunjukan. Pengaturan panggung Taylor Swift mencakup jumlah lampu dua kali lipat dibandingkan dengan pengaturan pengeras suara, dengan lampu pencuci dan lampu pencuci kepala bergerak, menciptakan efek visual yang menakjubkan.
Baca juga: Pahlawan Itu Bernama Taylor Swift
Lampu perimeter di panggung Taylor Swift tidak hanya meningkatkan pengalaman visual bagi penonton, tetapi juga berfungsi sebagai fasilitas pengamanan yang mencegah para pemain pendukung terjatuh atau terlalu dekat dengan tepi panggung secara tidak sengaja. Konser Taylor Swift juga bakal menampilkan kembang api yang mengesankan sehingga memastikan pertunjukan visual yang menakjubkan sekaligus menjaga keamanan penonton.
Teknologi lain yang digunakan di panggung adalah teknologi yang ada di gelang yang digunakan oleh penonton. Gelang ini mungkin tidak secanggih yang Anda kira. Gelang ini menggunakan teknologi inframerah. Inframerah sama dengan yang digunakan pada remote televisi atau peralatan memasak Anda yang tidak terlihat oleh manusia. Pemancar inframerah menyebar ke seluruh arena ke setiap gelang untuk menciptakan efek cahaya.
Pengamanan
Teknologi juga digunakan Taylor dan timnya ketika mereka harus mengamankan diri. The Guardian menulis, Taylor Swift membuat heran beberapa waktu lalu ketika majalah Rolling Stone mengungkapkan, tim keamanannya telah menerapkan teknologi pengenalan wajah (face recognition) pada salah satu turnya untuk membasmi para penguntit.
Akan tetapi, kabarnya, perusahaan yang dikontrak untuk langkah pengamanan tersebut menggunakan teknologinya lebih dari sekadar keamanan. Perusahaan tersebut, ISM Connect, juga menggunakan layar cerdasnya untuk menangkap metrik untuk promosi dan pemasaran.
Pengenalan wajah, yang digunakan selama beberapa dekade oleh penegak hukum dan militer, dengan cepat menjadi alat komersial untuk membantu merek melibatkan konsumen. Sudah barang tentu tak sedikit yang mempertanyakannya. Tur Swift hanyalah contoh terbaru dari meningkatnya kekhawatiran privasi seputar industri bernilai miliaran dollar itu, yang sebagian besar tidak diatur.
ISM Connect menggunakan ”layar pintar” untuk bersamaan meningkatkan keamanan, mengiklankan, dan mengumpulkan data demografi merek. ”Saat penggemar menghadiri acara, mereka adalah diri mereka yang paling bersemangat, dan pada momen puncak dan pribadi inilah mereka terbuka terhadap ide-ide baru,” kata perusahaan itu di situs internetnya. ”Produk kami meningkatkan dan memastikan keamanan di acara-acara besar dan sangat menarik perhatian, sekaligus menyediakan platform yang mulus dan imersif bagi pengiklan untuk terhubung dengan pendukung merek mereka,” kata mereka.
Jadi korban
Meski demikian, Taylor juga menjadi korban kejahatan teknologi digital. Awal tahun ini, ia dan timnya harus menjawab pertanyaan penggemar dan menangkal peredaran video hasil pengolahan teknologi kecerdasan buatan yang merugikan nama baiknya.
Laman Forbes melaporkan bahwa lirik Taylor Swift yang terkenal, ”look what you made me do”, baru-baru ini mendapat makna baru ketika para penipu menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk menciptakan versi sintetis dari suara penyanyi itu. Hasil olahan itu digabungkan dengan sebuah rekaman seolah dia berdiri di samping oven bernama Le Creuset Dutch. Seolah-olah ia menawarkan set peralatan masak gratis.
Jenis fabrikasi ini bernama Deepfake, yaitu sebuah produk yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk membuat video atau klip audio yang tampak nyata dan meniru wajah, suara, atau keduanya dari seseorang. Tingkat kemiripan yang dihasilkan oleh Deepfake sangat mengesankan sekaligus mengkhawatirkan karena bisa digunakan untuk kejahatan seperti di atas.
Kasus lain yang menimpa Taylor adalah penggunaan teknologi digital untuk mengkreasi gambar pornografi. Gambar-gambar pornografi yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan dari penyanyi paling terkenal di dunia itu tersebar di media sosial. Kasus ini menggarisbawahi potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh teknologi kecerdasan buatan, yaitu kemampuannya untuk menciptakan gambar-gambar yang sangat nyata dan merusak citra seseorang.
Gambar palsu Taylor Swift banyak beredar di situs media sosial X, yang sebelumnya bernama Twitter. Foto-foto tersebut—yang menunjukkan penyanyi tersebut dalam posisi tidak pantas—telah dilihat puluhan juta kali sebelum dihapus dari platform media sosial. Namun, tidak ada sesuatu pun di internet yang benar-benar hilang selamanya dan pastinya akan terus dibagikan di saluran lain yang kurang diatur.
Ketika mengulik seputar Taylor Swift, kita akan makin banyak menemukan kehadiran teknologi digital. Masih banyak lagi penggunaan teknologi lain yang dapat dibahas. Kita semua sepakat bahwa teknologi yang digunakan dalam tur Taylor sangat mengesankan. Apakah akhir pekan ini Anda akan menonton penggunaan teknologi ini di Singapura? Selamat buat yang sudah memegang tiket.