Australia akan memperkuat angkatan lautnya. Rencana ini dijalankan di tengah tantangan mutakhir, yakni pengaruh China.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Canberra menyiapkan 54 miliar dollar Australia atau sekitar Rp 554 triliun untuk meningkatkan kekuatan angkatan laut negara itu. Program pengembangan dijadwalkan berlangsung sepuluh tahun. Seperti ditulis Kompas.id edisi 20 Februari 2024, Australia pun bakal menaikkan porsi anggaran pertahanannya menjadi 2,4 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Sebagai perbandingan, menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Jerman, sekutu Amerika Serikat di NATO, baru memiliki porsi belanja militer 1,39 persen dari PDB pada 2022.
Di tahun yang sama, China yang terus menambah belanja pertahanannya masih mempunyai porsi belanja militer kurang dari 2 persen, tepatnya 1,6 persen dari PDB. Indonesia memiliki porsi anggaran pertahanan 0,7 persen dari PDB. Adapun porsi belanja pertahanan AS mencapai 3,45 persen pada 2022.
Secara konkret, apa yang akan dikerjakan Australia? Canberra antara lain bakal meningkatkan armada militer laut dengan 20 kapal perusak dan fregat. Ada pula enam kapal permukaan berawak opsional besar (large optionally crewed surface vessels/LOSV), yakni kapal yang bisa beroperasi dengan pelaut manusia atau secara mandiri seperti drone.
Semuanya dikombinasikan dengan armada kapal selam bertenaga nuklir yang hendak dibangun Australia berdasarkan pakta AUKUS. Australia, Inggris, dan AS melalui AUKUS memiliki perjanjian kerja sama pertahanan yang bertujuan membantu Canberra memiliki kapal selam bertenaga nuklir.
Ada prinsip dalam dunia pertahanan yang perlu mendapat perhatian, yakni ketika sebuah negara memperkuat militernya untuk memperkuat pertahanan, tetangga dari negara itu akan merasa kian tak aman. Prinsip ini berlaku di seluruh dunia. Maka, saat Jakarta menambah pesawat tempur, tetangga-tetangga Indonesia akan melihatnya sebagai ancaman. Demikian saat Australia memperkuat angkatan lautnya. Hal ini dipersepsikan sebagai ancaman oleh tetangganya.
Karena itu, penting kiranya bagi Australia memastikan kepada tetangga terdekatnya bahwa kekuatan militernya tak ditujukan untuk mengancam sang tetangga. Kerja sama militer untuk tujuan damai, seperti penanganan bencana dan dampak perubahan iklim, krusial dijalankan secara rutin. Hal ini akan menambah komunikasi erat dan menghindari kesalahan interpretasi dalam relasi dengan tetangga.
Kita semua paham perimbangan kekuatan militer di Laut China Selatan dan Samudra Pasifik sangat dinamis di tengah kebangkitan China sehingga menuntut negara-negara melakukan penyesuaian, terutama kekuatan militer. Namun, hal itu tak boleh mengganggu relasi di antara negara tetangga. Kerja sama, pemberian bantuan, dan latihan militer bersama untuk tujuan damai dapat menjadi sarana meningkatkan kesepahaman dengan negara tetangga terdekat.