Jepang membutuhkan langkah lebih besar lagi agar kembali menjadi tiga besar kekuatan raksasa dunia.
Oleh
REDAKSI
·1 menit baca
Ekonomi Jepang tengah menghadapi masalah. Problem mereka sepertinya di berbagai sisi. Dunia internasional tengah menunggu langkah negara itu.
Sama-sama terpangkas pertumbuhannya, perekonomian Jepang lebih buruk dari Jerman. Dampaknya, Jepang yang menyerap rata-rata 10 persen ekspor Indonesia itu kini disingkirkan Jerman dari tiga besar negara terkaya. Kabinet Jepang pada Kamis (15/2/2024) mengungkap, total produk domestik bruto (PDB) Jepang 2023 bernilai 4,21 triliun dollar AS. Sementara PDB Jerman tercatat 4,46 triliun dollar AS.
Karena itu, Jerman kini menjadi negara terkaya ketiga setelah Amerika Serikat dan China (Kompas.id, 15/2/2024). Salah satu penyebab rendahnya PDB adalah nilai tukar mata uang yang melemah sekitar 100 persen selama satu dekade. Akibatnya, sebenarnya PDB mereka dalam yen tetap tinggi tetapi dalam dollar AS menjadi terus terpangkas. Penurunan nilai tukar ini otomatis menurunkan nilai PDB Jepang dalam dollar AS lebih rendah.
Meski demikian, kita perlu melihat penyebab nilai PDB yang rendah dari sejumlah variabelnya, seperti konsumsi, ekspor, dan investasi. Konsumsi dalam negeri dilaporkan turun. Pengeluaran untuk makan di luar, transportasi, dan layanan hiburan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah orang yang bepergian, tetapi terjadi penurunan di berbagai pengeluaran, seperti makanan dan perumahan.
Ekspor Jepang juga mulai mengalami masalah. Ekspor andalan Jepang, yaitu produk otomotif, juga mulai tersaingi oleh China. Sepanjang 2023, Jepang mengekspor 4,42 juta unit kendaraan. Sebaliknya, berdasarkan data Asosiasi Produsen Mobil China, Beijing mengekspor 4,91 juta unit kendaraan. Data ini menjadi tanda bahwa industri otomotif Jepang mulai terdisrupsi. Apalagi, pasar China yang merupakan pasar produk otomotif Jepang tengah mengalami pelemahan. Dampaknya dikhawatirkan akan menekan industri otomotif Jepang.
Untuk investasi, dibandingkan dengan sejumlah negara kawasan, jumlah investasi asing (FDI) di Jepang memang secara historis rendah. Pembatasan oleh pemerintah terhadap investasi telah memainkan faktor utama dalam sehingga FDI di Jepang selalu rendah.
Kemudian kita perlu menengok fenomena investasi industri teknologi digital di Jepang sebagai salah satu penggerak ekonomi masa depan. Beberapa ahli menyebutkan, pengembangan teknologi ini di Jepang kurang maju dibandingkan negara besar lainnya.
Ada beberapa penyebab, antara lain, Pemerintah Jepang gagal memberikan dukungan yang kuat pada tempat yang paling dibutuhkan dan kebijakan yang tidak kompetitif pada tempat yang paling tepat, mereka kurang fokus, apresiasi terhadap pengembangan perangkat lunak yang kurang, dan keterampilan digital siswa yang lemah karena kurangnya fokus pada teknologi baru dalam kurikulum.
Jepang membutuhkan langkah lebih besar lagi agar kembali menjadi tiga besar kekuatan raksasa dunia. Mereka membutuhkan terobosan kebijakan ekonomi di berbagai bidang agar masalah mendasar segera selesai.