UNRWA, Napas Hidup Palestina, dan Langkah Tega Negara-negara Barat
Langkah tega negara Barat mengancam jutaan pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Jordania, Suriah, dan Lebanon.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN
·5 menit baca
Perang Gaza hampir memasuki bulan keempat. Sejak perang itu meletus mulai 7 Oktober 2023, Israel tak hanya menarget warga Palestina di Gaza. Lembaga ”penyambung napas hidup” warga Palestina, yaitu Badan Bantuan Sosial dan Pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA), tak luput dari sasaran.
UNRWA dibentuk pada tahun 1949 setelah perang Arab-Israel pertama tahun 1948 berakhir. Tujuan UNRWA dibentuk saat itu adalah untuk mengurus dan menangani sekitar 750.000 pengungsi Palestina yang lari dari kampung halaman mereka menuju Jalur Gaza, Tepi Barat, dan negara-negara Arab tetangga, seperti Jordania, Suriah, dan Lebanon, menyusul kekalahan Arab dalam perang Arab-Israel tahun 1948 itu.
Sejak itu sampai saat ini atau selama 75 tahun terakhir, kehadiran dan peran UNRWA sangat vital bagi kehidupan pengungsi Palestina. Selama puluhan tahun UNRWA sangat berperan dalam memberi kehidupan yang layak pada warga Palestina di kamp-kamp pengungsi.
UNRWA saat ini menangani 58 kamp pengungsi Palestina: 19 kamp pengungsi di Tepi Barat, 8 kamp pengungsi di Jalur Gaza, 10 kamp pengungsi di Jordania, 12 kamp pengungsi di Lebanon, dan 9 kamp pengungsi di Suriah. Kini tercatat 5,9 juta pengungsi Palestina mendapat santunan dari UNRWA.
UNRWA telah membangun 706 sekolah dan 140 pusat kesehatan yang tersebar di Jordania, Lebanon, Suriah, Jalur Gaza, dan Tepi Barat untuk melayani pendidikan dan kesehatan pengungsi Palestina, UNRWA saat ini mempekerjakan sekitar 30.000 pegawai yang direkrut dari kalangan pengungsi Palestina.
Masa depan UNRWA kini tidak menentu setelah sebanyak 12 negara donaturnya membekukan bantuan kepada lembaga PBB tersebut. Ke-12 negara itu adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, Italia, Inggris, Finlandia, Jerman, Belanda, Perancis, Swiss, Jepang, dan Austria.
Negara-negara tersebut memutuskan membekukan bantuan kepada UNRWA menyusul tuduhan Israel yang menyebut ada 12 pegawai UNRWA terlibat dalam serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
Ada tiga negara Barat, yaitu Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, yang memutuskan tidak membekukan bantuan kepada UNRWA. Ketiga negara itu menuntut ada penyelidikan atas tuduhan Israel bahwa 12 pegawai UNRWA ikut terlibat dalam serangan Hamas ke Israel.
UNRWA pada Jumat (26/1/2024) mengumumkan akan mulai menggelar penyelidikan terhadap 12 pegawainya yang dituding terlibat dalam serangan Hamas, 7 Oktober 2023, sesuai dengan tuntutan Spanyol, Irlandia, dan Norwegia. Hasil penyelidikan UNRWA, sembilan dari 12 pegawai yang tertuduh itu sudah dipecat setelah didapat bukti keterlibatan mereka dalam serangan Hamas tersebut. Adapun tiga sisanya masih dalam proses pemeriksaan.
Komisioner UNRWA, Philippe Lazzarini, hari Minggu (28/1/2024) memperingatkan, langkah sejumlah negara donor membekukan sumbangan akan berakibat pada berhentinya bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina dalam beberapa pekan mendatang. Peringatan Komisioner UNRWA itu bukan isapan jempol.
Melalui media sosial X, Lazzarini menyebut tindakan negara-negara donor itu sebagai hukuman kolektif (collective punishment) yang tidak pantas dijatuhkan pada warga Palestina. ”Warga Palestina di Gaza tidak butuh tambahan hukuman kolektif ini,” tulisnya di X.
Ada dua negara penyumbang dana terbesar kepada UNRWA, yang menjadi sekutu Israel, yakni AS dan Jerman. Menurut catatan UNRWA, AS pada 2022 mengucurkan dana bantuan kepada UNRWA sebesar 344 juta dollar AS atau sekitar 29,3 persen dari keseluruhan dana bantuan yang diterima UNRWA pada tahun itu.
Ada dua negara penyumbang dana terbesar kepada UNRWA, yang menjadi sekutu Israel, yakni AS dan Jerman.
Adapun Jerman menyumbang 202 juta dollar AS atau sekitar 17,3 persen dari keseluruhan bantuan yang diterima UNRWA. Jerman menempati urutan donatur kedua terbesar setelah AS dalam mengucurkan dana bantuan kepada UNRWA. Jika digabung, bantuan dana dari dua sekutu Israel tersebut mencapai 46,6 persen (29,3 persen dari AS dan 17,3 persen dari Jerman) dari keseluruhan dana yang diterima UNRWA. Sisanya, yakni 53,4 persen dana bantuan, terbagi dari 96 negara dan lembaga donor.
Ada tiga negara donatur besar lagi yang ikut membekukan bantuan kepada UNRWA, yaitu Jepang. Negara ini pada 2022 memberi bantuan 30,1 dollar AS atau menempati urutan keenam. Perancis menyumbang 29 juta dollar AS, menempati urutan ketujuh donatur terbesar, sedangkan Swiss 25,5 juta dollar AS. Hampir dipastikan sekitar 65 persen aliran bantuan dana ke UNRWA kini terhenti.
Adapun organisasi atau negara donator besar yang tidak membekukan bantuan kepada UNRWA, yaitu Uni Eropa 114,2 juta dollar AS (urutan ketiga sebagai donatur terbesar), Swedia 61 juta dollar AS, Norwegia 34,1 juta dollar AS, Arab Saudi 27 juta dollar AS, Turki 25,2 juta dollar AS, Kuwait 12 juta dollar AS, Qatar 10,5 juta dollar AS, Otoritas Palestina 5,7 juta dollar AS, dan Jordania 4,2 juta dollar AS.
Infografik Negara Donor UNRWA Terbesar pada 2022. Beberapa negara menangguhkan pendanaannya terkait tuduhan Israel atas keterlibatan staf UNRWA dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Ada sejumlah negara Arab yang memberi bantuan dana kepada UNRWA kurang dari 1 juta dollar AS, yaitu Suriah, Lebanon, Bahrain, dan Kesultanan Oman.
Jika 12 negara yang memutuskan membekukan bantuan dananya ke UNRWA, khususnya AS dan Jerman, tidak meninjau ulang keputusannya, bisa dipastikan kemampuan operasional UNRWA tinggal 35 persen dari kapasitas yang dimilikinya dan bisa mengancam hidup jutaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Jordania, Suriah, dan Lebanon.
Ini tentu akan membawa dampak terjadinya bencana kemanusiaan di kamp-kamp pengungsi Palestina. Bencana kemanusiaan yang akan terjadi bisa jadi lebih besar dari bencana kemanusiaan yang melanda Jalur Gaza saat ini akibat serangan brutal Israel selama hampir empat bulan.
Perang Gaza saja saat ini telah membawa lebih dari 27.000 warga Gaza tewas dan lebih 65.000 luka-luka. Sebagian besar dari para korban itu adalah kaum perempuan dan anak-anak. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Rabu (31/1/2024), menyerukan negara-negara donator UNRWA agar meninjau kembali keputusannya membekukan bantuan kepada UNRWA.
Secara politik, aksi membekukan dana bantuan kepada UNRWA sangat menguntungkan Israel. Israel sejak lama menginginkan keberadaan UNRWA diakhiri karena menganggap, dengan keberadaan UNRWA, isu pengungsi Palestina tetap menjadi agenda PBB dan masyarakat internasional. Seperti diketahui, isu pengungsi Palestina adalah salah satu dari beberapa isu utama dalam konflik Palestina-Israel.
Selama perang Gaza pun, Israel dan UNRWA sering berseteru. UNRWA kerap menuduh Israel menggempur gedung-gedung sekolah, pusat-pusat kesehatan, dan kamp-kamp pengungsi di bawah UNRWA. Kisah UNRWA dalam perang Gaza saat ini menjadi bagian dari kisah kelam isu kemanusiaan di Jalur Gaza.