Indonesia tersingkir di 16 besar Piala Asia. Layak dibanggakan meski daya saing harus didongkrak.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Tim ”Garuda”, julukan tim nasional sepak bola kita, untuk pertama kali mencapai babak 16 besar Piala Asia. Dengan bermodal tiga poin hasil kemenangan 1-0 atas Vietnam di Grup D, tim asuhan Shin Tae-yong melaju ke 16 besar sebagai salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik.
Hasil seri 1-1 dari laga Oman melawan Kirgistan di Grup F membuat Oman hanya mengemas dua poin. Tak pelak, poin Oman sebagai tim yang berpeluang ke fase gugur sebagai salah satu dari tim peringkat ketiga terbaik gagal mengungguli Indonesia. Bisa dibilang ini keberuntungan atau mukjizat yang meloloskan Indonesia ke fase gugur.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap lolosnya tim ”Merah Putih” ke putaran final di Qatar 2023 adalah jumlah tim yang menjadi 24 sejak perhelatan Uni Emirat Arab 2019, dari sebelumnya 16. Andai tetap 16 tim seperti sebelumnya, langkah Indonesia ke putaran final tentu lebih terjal.
Di Qatar, dua kekalahan di hadapan dua tim papan atas Asia, yakni dari Irak dan Jepang, keduanya dengan skor 1-3, membuat Indonesia tak bisa memastikan lolos ke fase gugur secara mandiri. Padahal, andai menahan seri salah satu saja dari dua tim raksasa Asia itu, kita bisa memastikan lolos lebih dini, dengan mengantongi empat poin.
Kekalahan dari Australia dengan empat gol tanpa balas di 16 besar juga dibayangi optimisme seiring permainan impresif Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan di babak pertama. Namun, kesenjangan kualitas antara Garuda dan ”The Socceroos” membuat tim asuhan Graham Arnold menambah dua gol di ujung paruh laga kedua.
Tentunya, Indonesia tak boleh berpuas diri hanya dengan mencatat sejarah lolos ke 16 besar Piala Asia. Pada perhelatan-perhelatan mendatang, tim nasional kita harus memenuhi asa publik untuk berprestasi lebih tinggi, apakah lolos ke perempat final, semifinal, bahkan final dan juara.
Untuk itu, pembenahan menyeluruh dalam pembinaan sepak bola nasional mutlak perlu. Kompetisi mesti dijalankan secara profesional demi peningkatan kualitas liga dan munculnya pemain-pemain tangguh hasil binaan liga. Tak ketinggalan, kompetisi kelompok umur berjenjang juga wajib digelar demi pembibitan pesepak bola di masa depan.
Dengan usia rata-rata pemain tim nasional kita yang 22,5 tahun sehingga menjadi tim termuda di Qatar, kita masih bisa berharap tim ini mengukir prestasi membanggakan beberapa tahun ke depan. Seiring kematangan penampilan mereka.
Kompetisi berjenjang yang terus membaik diharapkan membuat tim Garuda makin mengangkasa di Asia, bukan cuma Asia Tenggara. Dengan demikian, kita tak perlu lagi cemas menunggu hasil pertandingan tim lain yang memengaruhi nasib kita. Indonesia, seiring kualitas timnya, bisa mengimbangi dan bahkan mengalahkan tim-tim elite seperti Irak, Jepang, dan Australia. Semoga.