Perjuangan demi Menjadi Saksi Laga Bersejarah ”Garuda”
Ada perjuangan besar dari pendukung Indonesia demi menyaksikan laga perdana ”Garuda” di fase gugur Piala Asia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR DARI AL RAYYAN, QATAR
·4 menit baca
Sekitar 4.000 suporter Indonesia memadati tribune Stadion Jassim bin Hamad di kota Al Rayyan, Qatar, Minggu (28/1/2024). Meskipun berjarak puluhan ribu kilometer dari Tanah Air, mereka menjadikan duel Indonesia kontra Australia di babak perdelapan final Piala Asia 2023 layaknya laga kandang bagi ”Garuda”.
Di setiap sudut tribune stadion, yang berkapasitas sekitar 12.000 kursi itu, warna merah dan bendera merah putih mendominasi. Bahkan, di sisi timur hadir ratusan suporter yang membawa drum menyemarakkan arena olahraga itu dengan yel-yel dukungan untuk Jordi Amat dan kawan-kawan. Mereka tanpa henti memberikan dukungan kepada pemain Indonesia.
Terdapat 10 bendera merah putih besar lengkap dengan tongkat kecil yang dikibarkan sepanjang lebih dari 90 menit. Lalu, suara tabuhan drum juga terdengar meriah yang menyuntikkan semangat skuad Indonesia ketika menghadapi Australia, salah satu raksasa sepak bola Asia.
Dalam pengumuman jumlah penonton yang ditampilkan pada pertengahan babak kedua, sebanyak 7.863 orang hadir pada laga pembuka fase gugur Piala Asia 2023. Dari jumlah itu, 83 persen adalah pendukung Indonesia. Dari tiket resmi yang diterima diaspora Indonesia bersama Kedutaan Besar RI di Qatar, sebanyak 4.000 tiket menjadi jatah pendukung Indonesia.
Angka itu belum termasuk mereka yang ”beruntung” bisa membeli tiket melalui penjualan daring di laman Panitia Lokal Piala Asia 2023. Alhasil, suporter Australia yang mengenakan jersei atau kaus berwarna kuning hanya seperti titik-titik kecil di antara suporter ”Garuda”.
Demi menyajikan dukungan yang optimal, sejatinya diaspora Indonesia di Qatar mengalami hal serupa dengan peribahasa, ”bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Mereka amat kesulitan mendapatkan tiket laga bersejarah Indonesia di pesta sepak bola terakbar Asia itu.
Cara paling normal untuk membeli tiket Piala Asia ialah melakukan transaksi secara daring. Hal itu dilakukan ribuan diaspora, tetapi hasilnya nihil.
Hal itu dialami Albertus Retnanto, salah satu diaspora Indonesia yang bermukim di Qatar. Sejak Indonesia memastikan diri menembus fase gugur, Kamis (25/1/2024), Albertus telah konsisten mengecek laman daring penjualan tiket di komputer dan telepon genggamnya.
Setiap membuka laman penjualan tiket, ia selalu harus mengantre untuk masuk. Namun, ketika sudah bisa masuk, tiket laga Australia kontra Australia tertulis keterangan ”tidak tersedia”. Hal itu ia alami hingga Jumat (26/1/2024). Keesokan harinya, pertandingan Australia melawan Indonesia sudah tidak ada dalam daftar tiket pertandingan yang dijual.
Adapun tujuh laga babak 16 besar lainnya masih tercantum di laman itu. Walaupun beberapa duel, seperti Qatar melawan Palestina dan Arab Saudi versus Korea Selatan, telah habis terjual, laga itu masih tercantum dengan keterangan ”tidak tersedia”.
Baru kali ini saya mengalami kesulitan membeli tiket pertandingan.
”Baru kali ini saya mengalami kesulitan membeli tiket pertandingan,” kata Albertus yang telah menyaksikan empat laga Piala Asia 2023 yang terdiri dari pertandingan pembuka dan tiga laga Indonesia. Sebelumnya, ia juga menyaksikan sejumlah laga Piala Dunia 2022.
Albertus akhirnya bisa menyaksikan laga pertama Indonesia di fase gugur Piala Asia bersama sang istri. Tiket itu ia dapatkan melalui rekan diaspora Indonesia yang sengaja membeli tiket agar berlebihan.
Memesan
Lebih dari 4.000 diaspora Indonesia bisa menyaksikan langsung duel Indonesia melawan Australia berkat proses pembelian tiket melalui pemesanan. Tiket itu dipesan melalui koordinasi Indonesian Football Association in Qatar (IFQ), Ultras Garuda Qatar (UGQ), dan KBRI di Qatar.
Dari pemesanan itu terdapat 4.000 tiket yang dipesan. Pemesanan pun langsung dilakukan dengan berkirim surel kepada bagian tiket Panitia Lokal Piala Asia 2023. Setelah surel dikirimkan pada Kamis malam, diaspora Indonesia baru mendapat konfirmasi tiket bisa didapatkan sesuai permintaan pada Jumat (26/1/2024) malam.
Untuk mendapatkan tiket itu, koordinator diaspora Indonesia harus membayar total harga pemesanan tiket berjumlah 170.750 riyal Qatar atau sekitar Rp 739 juta. Tiga kategori tiket yang didapatkan itu dibanderol 60 riyal Qatar (Rp 260.000) untuk kategori satu, 40 riyal Qatar (Rp 173.000) untuk kategori dua, dan 25 riyal Qatar (Rp 108.000) untuk kategori tiga.
”Dari tiket yang sudah terkonfirmasi itu, kami harus menunggu kekurangan 200 tiket hingga Minggu tengah malam. Alhamdulillah, tiket bisa lancar disalurkan ke koordinator wilayah untuk ditebus para pemesan,” ucap Ketua IFQ Vidi Viciyandrie.
Vidi menambahkan, ”Pembelian tiket secara sistem itu adalah untuk mengatasi sulitnya sistem pemesanan tiket daring. Selain itu, agar semua warga Indonesia bisa berkumpul di tribune.”
Diana Kartikasari, salah satu warga Indonesia yang memesan tiket itu, juga amat bersemangat menunggu tiket di kawasan Lusail, Sabtu malam. Meskipun harus menunggu selama dua jam di tengah terpaan angin sejuk musim dingin, hal itu tidak mengurangi semangatnya untuk menebus dua tiket yang telah dipesannya.
”Untuk bisa menyaksikan Indonesia menjalani laga bersejarah ini, saya rela begadang mantengin laptop dan HP untuk buka laman tiket. Juga tidak ketinggalan cek kabar dari grup Ultras (UGQ). Perjuangan itu berbuah rasa senang bisa menjadi saksi perjuangan timnas langsung,” katanya.
Begitulah kisah diaspora Indonesia di Qatar yang juga ikut berjuang demi membuat skuad Garuda merasa di ”rumah” meski bermain jauh dari Tanah Air. Tak ayal, dukungan mereka adalah salah satu partikel penting bagi anak asuhan Shin Tae-yong bisa menembus fase gugur Piala Asia 2023.