logo Kompas.id
OpiniPemimpin Berperadaban Kasih...
Iklan

Pemimpin Berperadaban Kasih Ekologis

Kita membutuhkan pemimpin yang berperadaban kasih ekologis. Pemimpin yang memiliki rekam jejak ekologis yang terpuji.

Oleh
ALOYS BUDI PURNOMO
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/a2rZCWDwoGt8ndMoRF9X_NAreBU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F26%2F81bef9dd-8eae-4429-a0d9-a5dc216849c8_jpg.jpg

”Kita harus membangun kepemimpinan yang mampu membuka jalan baru, berusaha menjawab kebutuhan generasi saat ini, dengan kepedulian untuk semua orang, dan tanpa merugikan generasi mendatang”. Pesan ini disampaikan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ (2015) dalam konteks perawatan bumi, rumah bersama.

Sekarang ini, Ibu Pertiwi sedang menjerit karena segala kerusakan yang telah ditimpakan kepadanya akibat penggunaan dan penyalahgunaan kita yang tidak bertanggung jawab atas kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya. Seiring dengan itu, bumi terbebani dan hancur, termasuk kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel (KLMTD) yang paling diabaikan, ditindas, dan dilecehkan.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Dalam konteks itulah, kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berperadaban kasih ekologis! Terutama, di tahun 2024 yang merupakan tahun politik yang kian memanas.

Baca juga: Ekologi Politik dan Ambang Batas Ekologi

Tahun 2024 di sebut tahun politik atas dua alasan pokok. Pertama, bangsa dan masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi pada 14 Februari 2024 untuk memilih wakil rakyat, yakni anggota DPR, anggota DPD, anggota DPRD (provinsi dan kabupaten/kota), serta presiden dan wakil presiden untuk periode lima tahunan ke depan. Kedua, pada 27 November 2024, masyarakat kita juga akan memilih 548 kepala daerah (37 gubernur, 415 bupati, dan 93 wali kota).

Peradaban kasih ekologis

Dua alasan tersebut sekaligus merupakan kesempatan untuk menentukan pemimpin masa depan yang berperadaban kasih ekologis. Di tengah kondisi krisis ekologi yang kian parah dari hari ke hari, kita merindukan pemimpin yang berperadaban kasih ekologis.

Artinya, ia tidak lembek kepada kekuatan partisan kelompok dan partai yang demi mengembalikan ongkos politik lantas tega merusak dan mengeksploitasi alam semesta. Dengan demikian, ia memiliki rekam jejak ekologis yang terpuji, menjunjung tinggi martabat manusia, menghargai perjuangan masyarakat adat dalam ngrungkebi Ibu Bumi peduli alam dan lingkungan hidup.

https://cdn-assetd.kompas.id/mcCaJC1lCpRVw867HNjhttVdyu0=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F13%2Fdbb06150-69ba-461d-944d-53896ea69020_jpg.jpg

Peradaban kasih ekologis adalah peradaban yang didukung oleh pemimpin-pemimpin yang tidak merusak lingkungan hidup, tetapi justru berperilaku ramah dan peduli kepada keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan hidup.

Peradaban kasih ekologis merupakan peradaban yang menghargai kearifan lokal dan komunitas masyarakat adat. Dalam peradaban tersebut merupakan eksplisitasi dan ekstrapolasi dari pemimpin yang menghormati kebinekaan; berintegritas, berpihak kepada KLMTD.

Anggaran politik yang mencapai puluhan triliun rupiah akan mubazir sia-sia jika Pemilu 2024 tidak bisa memunculkan pemimpin-pemimpin yang berperadaban kasih ekologis dan yang bekerja untuk kesejahteraan rakyat, bukan demi hasrat mengembalikan modal pribadi ataupun partai.

Peradaban kasih ekologis adalah peradaban yang didukung oleh pemimpin-pemimpin yang tidak merusak lingkungan hidup.

Iklan

Di tengah situasi sosial politik ekonomi yang cenderung menunjukkan turunnya kualitas demokrasi akibat perilaku pemimpin yang hanya berorientasi kepada kekuasaan dan bukan kesejahteraan rakyat, kita membutuhkan pemimpin yang berani dan memiliki budaya untuk menghadapi serta mengatasi krisis ekologis.

Kita membutuhkan pemimpin yang mampu membuka jalan baru, berusaha menjawab kebutuhan generasi saat ini, dengan kepedulian untuk semua orang, dan tanpa merugikan generasi mendatang (Paus Fransiskus, 2015). Ia harus mampu menjamin perlindungan ekosistem yang ramah dan peduli lingkungan, mengedepankan keadilan, perdamaian, keutuhan ciptaan, dan kelestarian lingkungan.

Jika tidak, kekuasaan baru yang dihasilkan pemilu lima tahunan hanya akan mendaur ulang pemimpin yang berparadigma tekno-ekonomi yang pada gilirannya hanya akan menghancurkan bukan hanya kesejatian politik kita, melainkan juga kemanusiaan, kebebasan, keadilan, kedamaian, keutuhan ciptaan, dan kelestarian lingkungan hidup kita. Untuk menghentikan paradigma ini, salah satu jalan baru yang harus ditempuh adalah memilih pemimpin yang berperadaban kasih ekologis.

https://cdn-assetd.kompas.id/iubS-DvA7ViWZME4PTn8hz5y26Y=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F06%2F6d3f7536-a694-4fa5-a0f0-71036c9e03f3_jpg.jpg

Karakter pemimpin ekologis

Dalam konteks masa depan Indonesia Emas, pemimpin yang berperadaban kasih ekologis ditandai oleh sifat dan karakter berikut ini. Pertama, sesuai sila pertama Pancasila, karakter pemimpin ekologis seharusnya menjadi sarana Tuhan Yang Maha Esa untuk merawat Ibu Pertiwi agar menjadi realitas seperti yang dikehendaki-Nya ketika la menciptakannya dan agar Ibu Pertiwi memenuhi rencana-Nya, yakni kesejahteraan, keadilan, kedamaian, keindahan, keutuhan, dan kelestarian.

Kedua, menurut karakter sila kedua Pancasila, pemimpin berperadaban kasih ekologis selalu mengutamakan kemanusiaan yang adil dan beradab serta berpihak kepada KLMTD. Ketiga, tak disangsikan bahwa mereka menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai karakter dasar dan paradigma, tak hanya dalam slogan, tetapi juga terimplementasikan dalam hidup keseharian. Karakter dan paradigma ini sejalan dengan sila ketiga, Persatuan Indonesia.

Keempat, pemimpin berperadaban kasih memiliki rekam jejak ekologis yang terpuji dengan tak terlibat dalam tindakan inkonstitusional melawan hukum yang memenangkan terhadap masyarakat adat dan petani dalam hal lingkungan hidup. Rekam jejak ekologis ini tampak pula dalam sikap dan perilaku menjunjung tinggi sikap bermusyawarah bermufakat yang berkeadilan, menghargai martabat manusia, dan menjaga keutuhan alam ciptaan.

Kelima, seiring dengan itu, mereka memiliki integritas ekologis integral dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mereka menyadari, terwujudnya keadilan sosial dihidupi dalam prinsip bahwa segala sesuatunya saling terhubung dengan mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan atau partai.

Baca juga: ”Tobat Ekologi”, Cawapres Janji Pembangunan Tidak Tabrak Aturan Lingkungan

Sudah terbukti dalam sejarah kepemimpinan global, nasional, ataupun lokal, pemimpin yang tidak berperadaban kasih ekologis telah menyebabkan Ibu Bumi Pertiwi hancur. Bahkan, bersama-sama dengan semua orang yang ditelantarkan, Ibu Bumi Pertiwi kita menangis dan memohon agar kita mengambil arah lain yakni memilih pemimpin yang tidak eksploitatif menyakiti dan menyalahgunakan bumi, rumah bersama semua orang tanpa diskriminasi.

Sikap eksploitatif cenderung menjadi jalan pintas untuk mengembalikan ongkos politik yang mahal yang telah menggoda para calon penguasa dengan menempuh segala cara untuk mencapai tujuannya. Mentalitas ini hanyalah cermin calon pemimpin yang tidak berperadaban kasih ekologis untuk tidak mengatakan mereka berperilaku tuna adab alias-maaf-biadab!

Perilaku semacam itu hanya akan menghambat pencapaian harapan Indonesia Emas 2045. Karena itu, calon pemimpin yang demikian tidak selayaknya dipilih demi terwujudnya peradaban kasih ekologis bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat, dan beriman, apa pun agama dan kepercayaannya.

Aloys Budi Purnomo, Rohaniwan, Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata

Facebook: aloys.purnomo.5; Instagram.com/aloys_budip_pr

Aloys Budi Purnomo
DOK PRIBADI

Aloys Budi Purnomo

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000