Kondisi ekonomi China bisa berdampak terhadap Indonesia.
Relasi juga terjadi antara Indonesia dan negara-negara lain, dengan intensitas berbeda-beda. China merupakan mitra dagang utama Indonesia, dengan pangsa terbesar terhadap total nilai ekspor dan impor. Pada 2023, ekspor Indonesia ke China sebesar 25,09 persen dari total ekspor Indonesia. Adapun impor Indonesia dari China 28,34 persen dari total impor Indonesia. Barang yang diimpor antara lain telepon seluler (ponsel) pintar dan laptop.
Baca juga: China Waspada meski Pertumbuhan Melebihi Target
Catatan lain, dari lima komoditas utama ekspor Indonesia pada 2023, tiga komoditas menyasar China, yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.
Dalam hal investasi atau penanaman modal asing (PMA) pada periode Januari-September 2023, Singapura adalah yang terbesar. China menjadi negara asal PMA dengan nilai nomor dua terbesar, yaitu 5,6 miliar dollar AS.
Data di laman Bank Indonesia menunjukkan, pada November 2023 utang luar negeri Indonesia dari China sebesar 20,895 miliar dollar AS. Pada 2007, utang Indonesia ke China tak sampai 1 miliar dollar AS. Adapun pada Agustus 2015, utang dari China 9,855 miliar dollar AS. Secara bertahap, utang dari China menembus 20 miliar dollar AS pada Januari 2020.
Utang dari China menembus 20 miliar dollar AS pada Januari 2020.
Dunia pariwisata Indonesia juga tak lepas dari relasi dengan China. Pada Januari-November 2023, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) berkebangsaan China sebanyak 6,8 persen dari total kunjungan wisman ke Indonesia. Menurut catatan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNWTO), jumlah turis asal China yang berkunjung ke berbagai belahan dunia tumbuh cepat. Seperti lumrahnya wisatawan, mereka membelanjakan uang di negara tujuan untuk menginap, makan-minum, berbelanja, dan mengunjungi obyek wisata.
China, sebagai negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, berperan signifikan dalam perekonomian global dan Indonesia. Eksposurnya ada di mana-mana. Maka, saat Biro Statistik Nasional China mengumumkan perekonomian China tumbuh 5,2 persen pada 2023, ada rambatan dampaknya yang mesti diperhitungkan banyak negara di dunia. Tak terkecuali Indonesia.
Baca juga: Asal Efisien dan Kompetitif, Ekonomi RI Tak Terpengaruh China
Sebab, ada kemungkinan konsumsi di China melemah yang mengakibatkan permintaan barang dan sumber daya dari luar negeri berkurang. Kemungkinan lain, warga China mengurangi bepergian yang berdampak ke sektor pariwisata di negara-negara tujuan wisata. Apalagi, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan perekonomian China akan semakin melambat pada 2024 dan 2025.
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan perekonomian China akan semakin melambat pada 2024 dan 2025
Dengan segala keterkaitan dalam bidang perekonomian, menjaga optimisme di dalam negeri tanpa meninggalkan kewaspadaan akibat dampak rambatan kondisi ekonomi China bukanlah hal yang mudah. Namun, tetap harus diupayakan agar terhindar dari bayang-bayang kondisi ekonomi China.