Kemacetan di Jabodetabek sering kali membuat pengemudi nekat melawan arah. Salah satu fenomena yang muncul di jalur pantura adalah ”ngeblong”. Melawan arah pakai mobil yang remnya tidak blong.
Oleh
ANTONIUS GALIH RUDANTO
·3 menit baca
Dalam kehidupan sehari-hari, kemacetan mudah kita jumpai, terutama saat berangkat kerja pada pagi hari dan pulang kerja pada sore hari di Jabodetabek. Bahkan, banyak pengemudi kendaraan secara sadar melakukan illegal contraflow atau lawan arah yang melanggar peraturan. Lihat bagaimana khususnya pengendara sepeda motor mengambil jalur arah sebaliknya meski di tengah jalan terdapat pembatas jalan. Nekat sekali.
Kejadian kecelakaan pada Selasa, 22 Agustus 2023, di ruas Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, merupakan salah satu akibat dari lawan arah yang melanggar peraturan. Kejadian ini melibatkan beberapa pengendara sepeda motor yang ditabrak truk karena melawan arah. Alasannya, kemacetan.
Lalu, apakah ada lawan arah yang legal, yang ada peraturannya? Jawabannya ada. Kebijakan contraflow ataupun one way, misalnya, diambil Kementerian Perhubungan dengan menggelar rapat bersama Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jasa Marga, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan instansi lain untuk membahas upaya rekayasa yang bakal disiapkan untuk mengurai kemacetan libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Kompas.id, 20/12/2023).
Kemacetan parah hampir pasti pernah dialami semua orang. Penulis, enam bulan lalu di Jalan Raya Banyuwangi-Situbondo/jalan raya pantura selepas Pelabuhan Ketapang menuju Situbondo, terjebak macet selama semalaman alias tidur di jalan di dalam kendaraan dengan disertai hujan lebat. Pada Jumat, 7 Juli 2023, kendaraan berhenti total.
Tiga orang yang mengendarai sepeda motor yang kemungkinan warga setempat dan beberapa sopir truk dari arah berlawanan mengatakan secara ”kompak” alias menjawab dengan jawaban yang sama saat ditanyai soal penyebab kemacetan. Menurut mereka, kemacetan terjadi karena banyak orang ngeblong dalam mengendarai mobil atau truk.
Kenapa ngeblong? Jawab mereka, hal itu biasa dilakukan para sopir kendaraan, baik mobil pribadi maupun truk, karena tergesa-gesa, pengin cepat sampai tujuan, dan tidak sabar dengan kemacetan. Mereka menjawab dengan nada datar seolah hal itu biasa dilakukan. Apakah jawaban mereka benar atau salah, yang jelas dari pemberitaan media massa pada Juni 2023 itu kendaraan yang akan masuk dan keluar pelabuhan mengular.
Terlepas dari benar dan tidaknya jawaban mereka, ada istilah menarik, yakni ngeblong. Istilah yang asing dan agak membingungkan. Tindakan ngeblong ini berupa mengendarai mobil, karena tidak sabar dengan kemacetan, mengambil jalur kanan dan kemudian berakselerasi.
Namun, tiba-tiba di depan mereka muncul truk atau kendaraan besar. Sopir mengerem kendaraan dengan keras untuk menghindari kecelakaan adu banteng. Terlihat rem mobil tersebut pakem. Tabrakan maut pun terhindarkan sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tindakan ngeblong ini berupa mengendarai mobil, karena tidak sabar dengan kemacetan, mengambil jalur kanan dan kemudian berakselerasi.
Mobil—yang dalam istilah pengguna jalur itu disebut ngeblong—tersebut kemudian mundur dan mencari celah untuk menepi agar kendaraan di depannya bisa lewat. Proses ini tidak berlangsung cepat sehingga kemacetan dari arah berlawanan pun terjadi.
Istilah ngeblong tersangkut di pikiran. Beberapa mobil yang mengambil jalur kanan, meski tahu kondisi sedang macet luar biasa, dalam keadaan prima. Hal itu terlihat dari rem mobil mereka yang pakem dan tidak blong, serta berakselerasi cepat dan tangkas untuk mendahului.
Terkait penulisannya, kita bisa menulis ngeblong, bisa juga nge-blong. Penulisan pertama dipilih jika simulfiks n- (nge-) sudah dianggap sebagai awalan bahasa Indonesia sehingga tidak perlu ditulis miring.
Adapun penulisan kedua dipilih jika simulfiks n- belum dianggap sebagai awalan bahasa Indonesia. Nge- ditulis miring, sedangkan blong ditulis tegak karena kata blong sudah menjadi warga Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Blong, yang merupakan kata sifat, menurut KBBI, berarti ’tidak berfungsi karena tidak ada tahanan (tentang rem), dol; tidak berisi apa-apa, kosong; dan menganga atau terbuka lebar (tentang lubang dan sebagainya)’.
Pertanyaannya, apanya yang blong, yang tidak berfungsi, dan dol? Dalam keadaan seperti itu, yang tidak berfungsi mungkin kesabarannya, pengendalian dirinya untuk lebih berhati-hati hingga selamat sampai tujuan tak kurang suatu apa. Kesadarannya untuk berkendara aman dan tidak merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain, maaf, dol.
Pada awal tahun, khususnya tahun ini, kita biasanya mempunyai niat untuk berlaku lebih baik. Niat untuk lebih sabar dan tidak blong dalam berkendara bisa jadi hal yang baik untuk dilakukan sambil berharap, meski agak sulit, kemacetan berkurang di jalanan.