Perayaan Natal 2023 mengingatkan realitas sosial politik untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat. Umat Kristiani harus menolak politik kekuasaan dan perusakan lingkungan.
Oleh
ALOYS BUDI PURNOMO
·4 menit baca
Natal 2023 berlangsung dalam konteks sosial-politik menjelang Pemilu 2024. Dalam konteks itu, pentinglah merenungkan pesan Natal menurut visi eko-politik, yakni Natal yang ekologis yang menopang politik damai sejahtera. Harapannya, perayaan Natal dapat memberikan kesadaran baru bagi semua orang untuk dengan kesadaran ekologis, berani menjadi pembawa damai bagi bumi dan seluruh isinya.
Pesan Natal dalam visi eko-politik dapat kita cermati dalam pesan Natal bersama tahun 2023 yang disampaikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Waligereja Indonesia, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Dengan judul tematik “Kemuliaan bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi,” pesan tersebut bernuansa eko-politik yang sangat kuat. Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC selaku Ketua KWI, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM sebagai Sekjen KWI, Pdt Gomar Gultom sebagai Ketua PGI, dan Pdt Jacklevyn F Manuputty sebagai Sekjen PGI menyampaikan pesan tersebut dan menandatanganinya di Jakarta pada 13 November 2023.
Dalam konteks Pemilu 2024 dan demi keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan, pesan KWI-PGI menegaskan bahwa perayaan Natal 2023 mengingatkan realitas sosial politik untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat, baik itu pemilihan calon presiden maupun calon wakil rakyat di lembaga legislatif. Diingatkan bahwa peristiwa politik di satu sisi membawa kegembiraan, tetapi di sisi lain juga meninggalkan dampak negatif seperti konflik berkepanjangan dan perpecahan dalam masyarakat.
Dalam konteks ini, umat Kristiani bersama masyarakat lainnya perlu bersikap bijak dan dewasa demi menyikapi berbagai pilihan politik dan mewaspadai penyebaran benih kebencian hanya untuk meraih kemenangan dan menggapai kekuasaan. Secara politis, umat Kristiani harus berpegang kepada prinsip bahwa Tuhan harus dimuliakan di atas segalanya. Umat Kristiani tidak boleh terbelenggu oleh politik identitas dan politik uang yang berlawanan dengan kehendak dan kemuliaan Tuhan.
Martabat kehidupan
Baik perayaan Natal maupun hajatan politik bertujuan mengangkat martabat kehidupan manusia. Bersama seluruh lapisan masyarakat, umat Kristiani harus menolak politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara, termasuk mengorbankan orang dan merendahkan harkat dan martabat hidup yang mulia. Semangat Natal harus menggerakkan umat Kristiani untuk terlibat aktif dalam menata kehidupan berbangsa yang lebih bermartabat guna mewujudkan kesejahteraan bersama. Secara etis, kita mendukung perjuangan politik yang mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Secara spiritual, semangat Natal tidak terlepas dari pesan perdamaian. Seluruh umat manusia mendambakan perdamaian dan kesejahteraan bagi semua orang. Kehidupan yang damai, harmonis, dan tenteram berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan antar sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan alam semesta.
Damai sejahtera di bumi itulah yang dikenang, dirayakan, dan disyukuri dalam rangka Natal sebagai wujud karya penebusan Tuhan yang membawa sukacita bagi umat manusia tanpa diskriminasi. Kelahiran dan kehadiran Yesus telah memperbarui kehidupan umat manusia dan menyemangati untuk terus berjalan bersama menegakkan Kerajaan Cinta di tengah berbagai perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, dan golongan.
Bersama seluruh lapisan masyarakat, umat Kristiani harus menolak politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara.
Damai sejahtera yang menjadi semangat dasar perayaan Natal dapat menjadi perjuangan tidak hanya dalam bidang spiritual, tetapi juga secara eko-politik. Dalam konteks ini, kita menolak calon pemimpin dan wakil rakyat yang mempunyai rekam jejak merusak keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan.
Alih-alih, kita mendukung para calon pemimpin dan wakil rakyat yang memperjuangkan politik yang mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, menjaga kelestarian alam, dan mengedepankan pembangunan berkelanjutan dengan ramah lingkungan dan peduli lingkungan. Hal ini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh makhluk ciptaan lainnya yang saat ini sedang mengalami kehancuran akibat keserakahan dan kerakusan yang eksploitatif.
Keutuhan ciptaan
Perayaan Natal mewujud pula dalam perjuangan menjaga keutuhan ciptaan. Puji Tuhan, Pesan Natal KWI-PGI 2023 menekankan pentingnya perwujudan sikap yang lebih peduli, kritis, dan berani menolak berbagai bentuk perusakan lingkungan, seperti pemanfaatan sumber daya alam tanpa upaya restorasi, serta air, polusi tanah dan udara yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup semua makhluk.
Tanggung jawab untuk melindungi lingkungan ini merupakan panggilan dan misi dari Allah sendiri kepada semua orang percaya (lih. Kej 2:15). Kesejahteraan bagi seluruh makhluk hanya akan terwujud apabila alam ciptaan-Nya selalu dijaga dan terjamin kelestariannya hingga bumi akan bersorak kegirangan memuji Tuhan: “Biarlah langit bergembira dan bumi bergembira (Mazmur 96:11).
Kombinasi kekhawatiran terhadap politik kekuasaan dan perusakan lingkungan memunculkan perjuangan eko-politik yang sejalan dengan pesan perdamaian Natal. Sebagaimana disampaikan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si' (2015), kita semua mendambakan calon pemimpin dan wakil rakyat masa depan yang mempunyai sikap peduli dan bersahabat terhadap lingkungan.
Karena itu, kita menolak calon pemimpin dan wakil rakyat yang menyebabkan bumi kita hancur. Bersama dengan semua orang yang ditinggalkan oleh politik kita, yang menangis dan berduka, kita harus mengambil arah hidup yang mempertimbangkan eko-politik.
Situasi saat ini adalah kita tidak pernah menyakiti dan menyalahgunakan bumi sebagai rumah kita bersama, seperti yang terjadi dalam hidup kita. Maka, dengan semangat Natal dan bersama-sama dengan seluruh umat manusia, umat Kristiani dipanggil untuk menjadi sarana Tuhan agar bumi kita menjadi seperti yang dikehendaki-Nya pada saat Dia menciptakannya, dan agar bumi dapat menggenapi rencana-Nya yaitu kedamaian, keindahan, dan keutuhan.
Permasalahan yang kita hadapi saat ini dan di masa depan adalah kita belum memiliki budaya yang diperlukan untuk menghadapi krisis ekologi yang mengancam bumi kita. Maka, bersama dengan semua orang, umat Kristiani dipanggil untuk membangun kepemimpinan yang mampu membuka jalan baru, berupaya menjawab kebutuhan generasi saat ini, dengan kepedulian terhadap semua orang, dan tanpa merugikan generasi mendatang. Selamat Natal bagi yang merayakannya!