Peringkat skor PISA Indonesia tahun 2022 memang meningkat dibandingkan dengan 2018, tetapi skornya turun dan tetap di bawah skor rata-rata negara OECD.
Bagaimanapun, kita patut bersyukur karena dibandingkan dengan 2018, penurunan skor program penilaian pelajar internasional (PISA) Indonesia sebesar 12 poin, tak sebesar penurunan skor rata-rata global sebesar 18 poin (Kompas, 6/12/2023). Bahkan, penurunan skor PISA Indonesia tidak setajam penurunan di negara-negara maju, seperti Jerman, Norwegia, dan Eslandia.
Penutupan sekolah selama pandemi Covid-19 memang mengganggu proses belajar mengajar. Namun, hasil PISA 2022 yang dipublikasikan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menunjukkan, penurunan kinerja pendidikan hanya sebagian disebabkan oleh pandemi. Penyebab lainnya adalah faktor keterlibatan guru dan orangtua, keamanan lingkungan sekolah dan sekitarnya, juga alokasi anggaran untuk pendidikan.
Baca juga: Skor PISA 2022 Indonesia Turun, Peringkat Naik
Di Jerman, misalnya, keterlibatan orangtua dan inisiatif guru menurun, dari 30 persen menjadi 28 persen dan dari 50 persen menjadi 46 persen. Di Indonesia justru meningkat, dari 39 persen menjadi 43 persen, dan dari 40 persen menjadi 49 persen. Keterlibatan orangtua dan inisiatif guru yang bagus berpengaruh pada kinerja matematika yang lebih baik. Pada PISA 2022, skor matematika Jerman turun 25 poin, lebih tajam daripada penurunan skor rata-rata global yang sebesar 21 poin, sedangkan Indonesia turun 13 poin.
Merujuk konsep Tri Sentra Pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara, alam keluarga dan alam perguruan di Indonesia menunjukkan arah yang positif. Hal ini terutama terlihat saat pandemi, bagaimana dukungan orangtua dan upaya guru menjaga pembelajaran tetap berlangsung selama penutupan sekolah. Artinya, sistem pendidikan di Indonesia tangguh menghadapi bencana dan ini modal kuat karena pendidikan akan terus terpengaruh oleh bencana.
Namun, ada satu catatan terkait guru. Sebanyak 18 persen siswa (dari 14.000 siswa peserta tes ini) berada di sekolah yang kekurangan guru dan 13 persen berada di sekolah dengan guru yang berkualitas buruk. Meski terdata ada perbaikan daripada 2018, pemerintah masih punya tugas berat untuk memperbaiki tata kelola guru. Mengelola guru secara baik berarti mengelola pendidikan dengan baik pula.
Baca juga: Peningkatan Skor PISA: Program yang Luput di Kampanye Capres
Demikian pula alam kepemudaan, konsep ketiga dalam Tri Sentra Pendidikan, masih belum sepenuhnya memberikan rasa aman bagi siswa. Sekitar 25 persen siswa perempuan dan 30 persen siswa laki-laki menjadi korban perundungan, setidaknya beberapa kali dalam sebulan. Perundungan berdampak buruk terhadap prestasi belajar korban.
Terlepas dari pro dan kontra soal tes PISA, hasil skor PISA ini menjadi acuan bagi pembuatan kebijakan pendidikan untuk memperbaiki sistem pendidikan, termasuk dengan belajar praktik baik dari negara-negara lain.