Perkuat Pengelolaan Perikanan Nasional untuk Generasi Emas
Pemilu 2024 jadi momentum untuk melahirkan konsensus kebangsaan guna memperkuat pengelolaan perikanan nasional untuk generasi emas.
Oleh
M RIZA DAMANIK
·3 menit baca
Peringatan Hari Ikan Nasional tahun ini, pada 21 November, mengambil tema ”Ikan untuk Generasi Emas”. Ikan tidak lagi dilihat sebatas komoditas ekonomi, tetapi telah menjadi asupan pangan utama guna menyiapkan generasi unggul 2045. Membesarnya manfaat ikan mensyaratkan perhatian lebih kepada nelayan kecil dan tradisional.
Laporan bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2023 menyebutkan bahwa ibu hamil dan menyusui yang mengonsumsi ikan (DHA) sebanyak dua porsi per minggu akan bermanfaat bagi perkembangan otak si anak yang dikandungnya. Lalu, anak-anak yang makan ikan akan mendapatkan nutrisi penting (omega-3 dan omega-6) yang baik bagi perkembangan perilaku dan kognitifnya. Sementara konsumsi ikan ataupun suplemen minyak ikan (n-3PUFA) bagi orang berusia di atas 50 tahun mampu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, jantung koroner, dan serangan jantung.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Namun, tantangan keberlanjutan pasokan ikan juga tidak kalah besar. Laporan FAO (2018) menyebut perubahan iklim akan memengaruhi penurunan produksi primer laut global 3-6 persen pada 2100. Persoalan lain adalah banyaknya sampah plastik yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya ikan di laut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (2021) memperkirakan jumlah sampah di laut pada 2040 bertambah hampir tiga kali lipat atau sekitar 50 kilogram (kg) sampah plastik per meter garis pantai. Pencurian ikan juga masih terjadi dengan potensi kerugian dunia mencapai 10 miliar AS-23 miliar dollar AS setiap tahun. Pada tumpukan masalah tersebut, ada pertaruhan besar terhadap kualitas hidup keluarga nelayan.
Sebenarnya, beragam cara sudah dilakukan untuk memperkuat pengelolaan perikanan Indonesia agar lebih berkelanjutan dan memberi dampak kesejahteraan bagi keluarga nelayan. Berikan Teknologi, misalnya, sebuah inisiatif anak Indonesia yang melakukan hilirisasi hidrolisat protein ikan untuk menghasilkan produk susu, biskuit, penyedap rasa, pakan ternak, dan pupuk organik serba ikan.
Selain memberikan nilai tambah terhadap produk turunan ikan, inisiatif ini berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap produk susu dan biskuit impor dalam penanganan gizi buruk dan penurunan angka tengkes (stunting) di seluruh pelosok negeri. Inovasi Berikan Teknologi juga menjadi solusi atas masalah menahun ketidakpastian harga ikan di sentra-sentra nelayan. Sejumlah ikan yang semula tidak memiliki nilai ekonomi kini harganya bagus dan memberikan tambahan manfaat ekonomi bagi keluarga nelayan kecil dan tradisional.
Laporan terbaru Bank Dunia (2023) menemukan bahwa penghasilan nelayan dan pembudidaya berusia muda masih lebih rendah dibandingkan mereka yang lebih dewasa.
Berikutnya ada e-Fishery, platform digital yang dikembangkan anak-anak muda Indonesia yang mendekatkan pembudidaya ikan dengan teknologi pakan dan pemantau kualitas air di 280 kabupaten/ kota di Indonesia. Setelah berhasil di tahap awal, kini e-Fishery melengkapi ekosistem usaha perikanan rakyat dengan kemudahan akses pembiayaan, pakan berkualitas dan murah, pemantauan kualitas air dan pendampingan, kepastian pasar, dan bahkan menghubungkan para pembudidaya dengan UMKM retail pedagang pecel lele dan sejenisnya. Perkembangan terakhir, Kementerian Koperasi dan UKM melakukan pendampingan kepada e-Fishery dalam pengembangan koperasi multipihak (KMP) untuk memastikan pembudidaya, agen, pedagang, dan pelaku UMKM memiliki sistem tata niaga yang berkeadilan dan saling menguntungkan.
Pesatnya perkembangan inovasi dan digitalisasi usaha perikanan di Tanah Air diharapkan dapat menjadi solusi untuk memperbaiki struktur pendapatan nelayan dan sekaligus mengakselerasi jumlah wirausaha muda di sektor perikanan dan kelautan ke depan. Laporan terbaru Bank Dunia (2023) menemukan bahwa penghasilan nelayan dan pembudidaya berusia muda masih lebih rendah dibandingkan mereka yang lebih dewasa, yakni -18 persen dan -15 persen. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak muda (bahkan sarjana perikanan dan kelautan) enggan menjadi nelayan ataupun pembudidaya.
Generasi emas
Kesejahteraan nelayan hari ini adalah kunci keberlanjutan protein ikan untuk generasi emas di masa depan. Maka, pertama dan paling utama adalah memenuhi hak-hak dasar keluarga nelayan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam.
Hal tersebut dilakukan mulai dari penyediaan dan penyaluran subsidi bahan bakar minyak, air bersih, dan es kepada nelayan (Pasal 24). Kemudian, jaminan atas lingkungan perairan yang sehat dan harga ikan yang menguntungkan nelayan (Pasal 25). Jaminan mendapatkan asuransi perikanan (Pasal 30), penyediaan sarana (Pasal 21), dan prasarana (Pasal 18) usaha perikanan. Akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi (Pasal 52), termasuk kemudahan akses permodalan (Pasal 62).
Kedua, meningkatkan produksi perikanan budidaya di tengah tren penurunan produksi perikanan tangkap. Saya percaya bahwa masa depan pangan adalah perikanan. Dan, masa depan perikanan adalah di budidaya. Itulah sebabnya, banyak negara di dunia tengah berlomba-lomba menguasai teknologi budidaya hingga ke laut lepas dan laut dalam (offshore aquaculture).
Ketiga, penguasaan inovasi dan teknologi. Sebagai contoh, Pemerintah Norwegia berhasil menetapkan dan memperbesar manfaat ekonomi komoditas ikan salmon. Salmon telah menjadi bagian dari pola makan sehat bagi kelompok kelas menengah atas di sejumlah negara. Pencapaian Norwegia untuk salmon dibekali dengan penguasaan inovasi teknologi pada tiga elemen penting: perbenihan, pakan, dan jaring apung. Indonesia dapat menetapkan udang, tuna, dan rumput laut sebagai prioritas komoditas perikanan nasional. Selain karena potensinya besar di dalam negeri, ketiganya juga menjadi primadona ekonomi dunia.
Terakhir, perikanan berkelanjutan juga membutuhkan kebijakan berkelanjutan. Bongkar pasang aturan dalam satu dekade terakhir perlu mendapat perhatian lebih serius. Saatnya Indonesia memiliki kebijakan perikanan yang lebih mapan berbasis bukti guna memberikan kepastian bagi pelaku usaha. Sejatinya, momentum Pemilu 2024 dapat melahirkan konsensus kebangsaan guna memperkuat pengelolaan perikanan nasional untuk generasi emas 2045.