Korea Utara dan Korea Selatan, sama-sama memiliki satelit mata-mata. Apa pengaruhnya pada ketegangan kedua negara?
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Secara umum orang memahami, kemampuan mengumpulkan data intelijen mengenai musuh sangat penting. Dalam ketegangan yang sewaktu-waktu dapat pecah menjadi perang, data yang dikumpulkan melalui kegiatan mata-mata berguna bagi sebuah negara untuk merancang serangan. Berdasarkan data itu, sebut saja, sebuah negara bisa mengetahui letak instalasi penting milik musuh yang harus dihancurkan.
Data intelijen dikumpulkan lewat berbagai cara. Salah satunya berupa kegiatan mata-mata oleh manusia. Selain itu, ada kegiatan mata-mata berupa penyadapan sinyal elektronik. Sejumlah negara bahkan membentuk kerja sama untuk tukar-menukar hasil penyadapan sinyal elektronik.
Seiring kemajuan teknologi, muncul penggunaan satelit guna mengumpulkan data mengenai kondisi negara musuh. Pemanfaatannya berkembang di era Perang Dingin dan terus meningkat sampai sekarang. Jika memiliki satelit mata-mata, sebuah negara dapat leluasa memantau pergerakan dan mengetahui kondisi musuh. Negara ini dapat mengantisipasi elemen kejutan yang disiapkan musuh untuk menyerang.
Korea Utara dan Korea Selatan, dua negara bermusuhan yang dahulu merupakan satu kesatuan, sekarang sama-sama mempunyai satelit mata-mata. Korut meluncurkannya pada 21 November silam, sedangkan Korsel berhasil menempatkannya di orbit pada Jumat (1/12/2023). Saat kondisi permusuhan di antara kedua negara tak kunjung reda, bagaimana dampak kehadiran satelit mata-mata tersebut?
Satelit mata-mata ternyata memiliki dampak yang unik. Bryan R Early dan Erik Gartzke dalam ”Spying from Space: Reconnaissance Satellites and Interstate Disputes” (Journal of Conflict Resolution, 2021) melakukan riset kuantitatif untuk menemukan relasi antara kepemilikan satelit mata-mata dan perilaku negara pemiliknya. Hasilnya, satelit mata-mata justru cenderung mencegah konflik bersenjata.
Penyebabnya, jika dua negara yang bermusuhan sama-sama memiliki satelit mata-mata, tak ada elemen kejutan di antara mereka. Tidak ada satu pun pergerakan aset militer kedua negara yang tak diketahui. Korsel dapat mengetahui apabila Korut menyiapkan serangan. Sebaliknya, Korut juga merasa ”nyaman” karena bisa mengetahui secara langsung seandainya Korsel tiba-tiba melipatgandakan pasukan di perbatasan. Semua terbuka dan transparan. Bermodalkan data dari satelit mata-mata, negosiasi di antara dua negara yang bermusuhan akan berlangsung apa adanya. Komunikasi, walau sesukar apa pun, berlangsung lebih jujur.
Ketegangan di Semenanjung Korea tak akan reda dalam waktu singkat. Setelah Korsel dan Korut sama-sama memiliki satelit mata-mata, hal yang perlu dilakukan ialah memastikan komunikasi di antara kedua negara tak terputus. Dengan demikian, risiko terjadinya salah perhitungan akan mengecil.