Meneropong Kebijakan dan Prospek Ekonomi 2024
Bak pencuri di malam hari, tantangan akhir-akhir ini memang datang tanpa disangka. Kita hidup dalam suasana ketidakpastian tinggi.
Ketidakpastian harus dipahami dalam pengertian yang sangat kontras berbeda dari gagasan umum tentang risiko (Uncertainty must be taken in a sense radically distinct from the familiar notion of risk).
Kalimat ini dicetuskan Frank Knight, ekonom peraih penghargaan Nobel asal Amerika Serikat (AS).
Konsep ”ketidakpastian radikal” ala Knight menumbuhkan kembali kesadaran bahwa ketidakpastian berbeda dengan risiko. Ketika beragam disiplin ilmu mengajarkan kalkulasi risiko dan mitigasinya, ketidakpastian tak bisa diukur.
Kita hidup dalam suasana ketidakpastian tinggi. Observasi ini kerap digaungkan para pemimpin negara belakangan ini. Presiden Joko Widodo dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia (PTBI) 29 November 2023 memaparkan problematika global yang terjadi secara mendadak dan pentingnya antisipasi dampak bagi Indonesia.
Bak pencuri di malam hari, tantangan akhir-akhir ini memang datang tanpa disangka. Mulai dari pandemi Covid-19, disusul ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, dan saat ini situasi memanas pula di Gaza.
Ketika beragam disiplin ilmu mengajarkan kalkulasi risiko dan mitigasinya, ketidakpastian tak bisa diukur.
Mengendalikan bias
Belum tersedia basis ilmiah dalam menakar probabilitas atas ketidakpastian. ”We simply do not know!” Demikian ujar John Maynard Keynes soal ketidakpastian. Lantas, bagaimana menyikapinya? Pengetahuan, keyakinan, dan insting barangkali jadi bekal penting.
Insting, keyakinan, bahkan pengetahuan bersifat subyektif. Persepsi atas informasi yang sama dapat dimaknai berbeda.
Setidaknya ada dua bias biner yang dapat memengaruhi insting, keyakinan, dan interpretasi pengetahuan dalam menyikapi ketidakpastian.
Pertama, optimisme berlebihan (overconfidence bias). Bias ini bisa muncul sekalipun dalam ketidakpastian tinggi. Warren Buffet pernah berkata: ”Be greedy when others are fearful.”
Sikap agresif dan overconfidence dapat menjerumuskan kita pada keputusan ceroboh. Sebaliknya, bias menghindari kerugian (loss aversion) dapat membendung prospek pertumbuhan yang mestinya dapat diraih. Bias ini kerap muncul karena terlampau khawatir atas dampak negatif dari ketidakpastian sehingga mengabaikan peluang yang ada.
Prospek dan tantangan
Di tengah kepastian tinggi dan perekonomian dunia yang cenderung meredup, ekonomi Indonesia di 2024 diprediksi kuat. Indonesia masih diprediksi sebagai negara dengan pertumbuhan tinggi pascapandemi Covid-19. BI memproyeksikan pertumbuhan pada area 5 persen di 2024, bahkan cenderung naik pada tahun berikutnya.
Sementara itu, inflasi diperkirakan terkendali di kisaran target 2,5 persen. Kinerja BI sepanjang 2023 dapat dinilai mumpuni, bahkan dibandingkan dengan banyak negara maju yang masih kewalahan mengendalikan tekanan inflasi.
Ilustrasi
Perlu dicatat bahwa prospek ini masih sekadar potensi. Kita patut optimistis, tetapi tidak boleh overconfidence. Antisipasi dinamika global pun tak boleh diabaikan. Indonesia tak imun dari dampak negatif global.
Konservatisme tak melulu jadi solusi. Strategi penghematan justru memperdalam dampak negatif. Dalam salah satu lirik lagu pop Bob Dylan tertera: ”he not busy being born is busy dying”. Robert Hockett dari Cornell University terinspirasi Bob Dylan dan menyatakan lirik itu patut jadi ”mantra” untuk terus menggarap produktivitas, atau sebaliknya ekonomi akan sekarat. Kita tidak boleh takut, tetapi harus terus waspada.
Pemilu 2024 akan turut menjadi faktor penyumbang realisasi pertumbuhan ekonomi. Indonesia jadi bagian dari negara berpopulasi besar yang akan mengecap pesta demokrasi di tahun depan, bersama India dan Amerika Serikat. Terdapat peluang yang menunjukkan demokrasi Indonesia yang matang dan patut diperhitungkan dunia internasional.
Kebijakan BI
Dalam PTBI 2023, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kebijakan moneter tahun depan masih pada tujuan mendukung stabilitas. Respons bunga acuan dan operasi moneter akan konsisten dengan mandat menjaga kestabilan inflasi dan nilai tukar. Kebijakan pro stability ini sangat penting dalam menciptakan ekosistem domestik dan ketahanan eksternal yang kokoh, dengan melindunginya dari dampak negatif ketidakpastian global.
Kebijakan BI tahun 2024 tetap berbasis bauran guna mendukung pertumbuhan berkelanjutan (pro growth). BI masih menerapkan stance kebijakan makroprudensial longgar di tahun depan.
Kita patut optimistis, tetapi tak boleh overconfidence. Antisipasi dinamika global pun tak boleh diabaikan. Indonesia tak imun dari dampak negatif global.
BI akan melanjutkan implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial guna mendorong kredit dan pembiayaan ekonomi, terutama pada sektor-sektor prioritas.
Instrumen makroprudensial lainnya pun tetap longgar hingga Desember 2024. Arah kebijakan ini membuka ruang bagi penyaluran kredit perbankan demi pembiayaan ekonomi yang optimal. BI juga akan terus mengakselerasi digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta menggarap ekonomi-keuangan inklusif dan berkelanjutan.
Optimistis dan waspada
Komitmen, konsistensi, serta sinergi pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan diperlukan untuk bersama-sama mencapai ekonomi Indonesia yang kuat dan berdaya tahan.
Kolaborasi antara sektor publik dan bisnis privat pun tak kalah penting. Meminjam konsep entrepreneurial state yang digagas Mariana Mazzucato dari University College London, dobrakan inovatif negara sebagai katalisator bisnis dalam mewujudkan misi berorientasi publik pantas dijajaki.
Tema pembangunan hijau masih berpotensi besar merangsang perputaran ekonomi sektor riil yang sinambung di tahun-tahun ke depan. Menyambut 2024 yang penuh harapan, tetapi juga menantang, kita patut melangkah dengan optimistis, tetapi tetap waspada akan segala kemungkinan.
Baca juga: Ketidakpastian Global dan Respons Kebijakan
Kristianus Pramudito Isyunanda, Pelaksana Program Tugas Belajar Doktoral Hukum Bank Indonesia pada University College London
Kristianus Pramudito Isyunanda