Jika strategi terburuk terus diterapkan Israel, bukan hanya warga sipil, Israel dan sekutunya juga akan menerima efek balik yang menyakitkan.
Oleh
FAHMI ALFANSI P PANE
·3 menit baca
”Strategi paling unggul adalah menyerang rencana dan strategi musuh. Lalu, strategi terbaik berikutnya adalah menyerang relasi dan aliansinya dengan bangsa lain. Strategi terbaik setelahnya adalah menyerang pasukannya. Dan strategi terburuk dari segalanya adalah menyerang kota-kota yang terlindungi” (Sun Zi, Art of War, Bab Penyerangan Strategis).
Reaksi terawal dan konsisten Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 adalah serangan udara membabi buta ke Jalur Gaza. Strategi terburuk menurut ahli militer-intelijen klasik China, Sun Zi, adalah dengan menghancurkan sasaran sipil, mulai dari rumah warga, rumah sakit, sekolah, kamp, dan sekolah Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi para pengungsi, masjid dan gereja, termasuk memakai bom fosfor putih yang dilarang Konvensi Geneva digunakan untuk menyerang warga sipil.
Strategi penyerangan sipil tanpa pandang bulu mengakibatkan sedikitnya 10.022 warga Palestina gugur, termasuk 4.104 anak-anak, merujuk data Kementerian Kesehatan Palestina per 6 November 2023. Bahkan, Israel juga menargetkan wartawan dan keluarganya hingga telah gugur sedikitnya 30 wartawan.
Dengan serangan udara secara acak dan kolektif, Israel dapat menyelesaikan beberapa petinggi Hamas sebagai sasaran bernilai tinggi. Namun, taktik menyerang permukiman, seperti Kamp Jabaliya, mengakibatkan puluhan warga sipil gugur hanya untuk mendapatkan seorang pemimpin taktis Hamas, Ibrahim Biari.
Akibatnya adalah pemerintah dan militer Israel akan mengalami kegagalan strategis karena gagal mencapai tujuan perang (war), seperti melenyapkan Hamas, mereduksi perlawanan Palestina, hingga dapat menjalin relasi bagus dengan negara-negara Arab dan Muslim. Bahkan, jika Israel dapat memenangkan pertempuran (battle) di Jalur Gaza sekalipun, Israel dapat mengalami kekalahan di level strategis, seperti yang dialami pendukung terkuatnya Amerika Serikat di Perang Vietnam, Perang Afghanistan, dan Perang Irak 2003.
Resolusi Majelis Umum PBB
Indikasi kegagalan strategis Israel terlihat di Resolusi Majelis Umum PBB 26 Oktober 2023, yang antara lain menyerukan jeda kemanusiaan segera, bertahan lama, dan berlanjut menuju penghentian permusuhan, meminta semua pihak segera dan sepenuhnya menaati segala kewajiban di bawah hukum internasional. Resolusi yang diajukan 40 negara, termasuk Indonesia, disetujui oleh 121 negara dan ditentang oleh 14 negara, termasuk AS dan Israel. Padahal, di antara 120 negara tersebut terdapat negara yang mempunyai hubungan diplomatik dan kerja sama strategis dengan Israel, seperti Azerbaijan, Bahrain, Kazakhstan, Singapura, dan Turkiy.
Resolusi ini juga mengindikasikan kegagalan strategis AS. Hal itu karena Rusia dan China, dua rival strategis AS, bersama sekutunya, Korea Utara, dan beberapa negara berhaluan sosialis di Benua Amerika, seperti Kuba, Bolivia, dan Venezuela, bukan hanya menyetujui resolusi tersebut, melainkan ikut membidaninya.
Di antara 120 negara tersebut terdapat negara yang mempunyai hubungan diplomatik dan kerja sama strategis dengan Israel.
Kegagalan strategis AS dapat meluas karena invasi Israel dapat menelan biaya puluhan hingga ratusan miliar dollar AS. Dampaknya, kemampuan AS mendukung perang berlarut di Ukraina melemah. Ini berisiko membuat Ukraina tak dapat merebut kembali wilayahnya yang diduduki Rusia dan menuntut ganti rugi dari Rusia. Sebaliknya, Rusia dapat mempertahankan wilayah yang direbut, seperti Luhansk, Donestk, sebagian Kherson dan Zaporizhzhia sambil menghemat personel dan persenjataan. Bahkan, jika invasi Israel berlarut, AS belum tentu dapat membantu Taiwan atau negara Asia Tenggara jika China bersikeras dengan solusi militer untuk merebut Taiwan atau menguasai Laut China Selatan.
Selain resolusi tersebut, kegagalan strategis Israel juga terlihat dari banyaknya demonstrasi di seantero dunia menentang kekejaman Israel dan bantuan militer ke Barat, termasuk blokade pemuatan bantuan persenjataan AS ke Israel di pelabuhan Tacoma, Washington, dan Oakland, California.
Kegagalan strategis Israel juga dapat disumbang dari invasi darat ke Jalur Gaza yang dimulai pada 29 Oktober 2023. Israel memang sukses menemukan dan menghancurkan sebagian mulut dan jalur terowongan. Namun, dari beberapa video yang dirilis Hamas, terlihat justru dari mulut terowongan di luar kota keluar gerilyawan yang meletakkan bom di tank Merkava, lalu bersembunyi kembali dan menembak tank Merkava yang kedua.
Video lain memperlihatkan dari sela-sela reruntuhan bangunan muncul serangan ke Merkava atau kendaraan angkut personel Namer. Sebuah kasus memperlihatkan Namer dihantam secara frontal dari jarak dekat oleh roket Yassin 105 milimeter.
Meski belum tentu kendaraan lapis baja tersebut hancur total, keleluasaan milisi Hamas menyerang memperlihatkan Israel tidak menerapkan taktik saling melindungi antara pasukan kavaleri dan infanteri, yang biasa diterapkan dalam pertempuran kota. Apakah itu karena faktor psikologis atau ingin menghindari korban militer lebih besar setelah serangan 7 Oktober 2023? Sebuah video memperlihatkan pergerakan infanteri Israel, tetapi besar kemungkinan daerah itu kosong atau di pinggiran kota karena para serdadu tentara terlihat berjalan biasa.
Jika strategi terburuk terus diterapkan, warga sipil Palestina memang menjadi korban terparah, tetapi Israel dan sekutunya juga akan menerima efek balik yang menyakitkan. Kekuatan revisionis akan mengutip durian runtuh.