Bisa dibilang, ini kali pertama Republik Indonesia (RI) menggelar Piala Dunia sepak bola meskipun bukan tim senior. Kepastian sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 menjadi obat penawar setelah kita batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 di tengah berbagai persiapan yang sudah matang.
Kita diuntungkan dengan persiapan U-20 yang belakangan batal karena sejumlah gelanggang sudah disiapkan untuk itu. Tinggal beberapa finalisasi, dan stadion-stadion kita sudah siap untuk U-17.
Masyarakat juga dilibatkan untuk menyambut kejuaraan yang mempertandingkan 24 tim sepak bola U-17 terbaik sejagat ini. Warga di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Surakarta antusias menyambut acara trophy experience di kota mereka. Ribuan warga memadati lokasi trophy experience, kemudian berswafoto dengan trofi yang diperebutkan, termasuk menyalami Bacuya, maskot kejuaraan.
Semua tim peserta juga telah hadir di Indonesia dan mulai berlatih untuk aklimatisasi serta menyesuaikan diri dengan arena. Tak terkecuali tim-tim elite dunia, seperti Argentina (peringkat pertama FIFA), Brasil (ketiga), Perancis (kedua), Inggris (keempat), Spanyol (ke-10), Maroko (ke-13), dan Jepang yang kini di urutan ke-20 dunia.
Soal keramahtamahan, publik Indonesia pada lima tahun lalu menjadi tuan rumah Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Warga Asia menjadi saksi bagaimana Asian Games berlangsung semarak di Indonesia, di tengah antusiasme warga Indonesia menyambut atlet, pelatih, dan ofisial.
Pelajaran baik dari Asian Games, juga berbagai event level dunia yang digelar di Indonesia, sepatutnya menjadi modal baik bagi Piala Dunia U-17. Sukses penyelenggaraan, dengan upaya dan tekad bersama, seharusnya bisa kita raih.
Sukses prestasi? Itu lain soal. Di daftar peringkat FIFA saat ini, Indonesia bertengger di tangga ke-145 per 26 Oktober 2023 dan menjadikan tim ”Merah Putih” sebagai tim kedua terendah dari 24 kontestan. Indonesia hanya lebih baik atas Kaledonia Baru yang kini di tangga ke-162.
Dibandingkan dengan tiga kontestan lain di Grup A, Indonesia terendah berbanding Ekuador yang berada di peringkat ke-40, Panama ke-57, dan Maroko di tangga ke-13 dunia sebagai unggulan grup ini.
Posisi sebagai kuda hitam semestinya bisa menjadi pelecut bagi tim asuhan Bima Sakti untuk menampilkan performa terbaik. Dukungan suporter atau pemain ke-12 menjadi dorongan motivasi untuk membawa Garuda terbang tinggi, tak peduli lawan di lapangan hijau.