Selain bermakna positif, kata ”pahlawan” ternyata juga bisa bermakna negatif jika dipasangkan dengan kata-kata lain. Lebih negatif lagi jika pasangannya adalah kata-kata yang juga bermakna negatif.
Oleh
NUR ADJI
·4 menit baca
Hari Pahlawan sebentar lagi tiba. Dari murid sekolah dasar hingga akademisi bergelar profesor doktor khatam waktunya. Kalau tak tahu, kata Haji Rhoma Irama, sungguh terlalu.
Kata pahlawan, pada hari pahlawan, bermakna positif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), selain bermakna ’orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran’, pahlawan juga bermakna ’pejuang yang gagah berani’. Sinonim lain dari pahlawan adalah hero, bisa juga pejuang, meski maknanya tidak persis sama.
Pahlawan, menurut banyak versi yang beredar di dunia maya, berasal dari kata phala (bahasa Sanskerta: ’hasil’ atau ’buah’) dan akhiran -wan. Ada juga yang menyebut kata ini berasal dari kata pahala dan akhiran -wan, yang bermakna ’mendapat pahala karena jasa-jasanya bagi perjuangan menegakkan kebenaran’. Bahkan tak sedikit yang menyebut kata ini berasal dari bahasa Persia.
Di negeri jiran Malaysia, kata ini bermakna ’orang yang gagah berani, pejuang yang gagah, perwira’. Kata ini bersinonim, antara lain, dengan hero, wira, pendekar, sateria, dan bahadur.
PJ Zoetmulder, dalam Kamus Jawa Kuna-Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama (1982), menyatakan phala berasal dari bahasa Sanskerta. Selain bermakna ’buah (khusus dari pohon)’, juga bermakna ’hasil, akibat, balas jasa, ganti rugi’.
Turunan dari kata phala adalah aphala (maphala), ’berbuah, menghasilkan buah, berhasil, berakibat’. Juga makaphala, yang bermakna ’mempunyai sebagai hasil/akibat’.
Dalam kamus tersebut, kata phala disertai angka Romawi I. Adapun yang disertai angka Romawi II tertulis pāla (Sanskerta). Kata ini bermakna ’pengawal, penjaga, pelindung’.
Kaitannya dengan makna yang dipakai sekarang barangkali karena phala merujuk pada buah perbuatan baik, mulia, dan bermanfaat dari seseorang yang disebut pahlawan itu, yang hasilnya maslahat bagi kepentingan banyak orang. Akan halnya kata pāla, kata ini pun bisa disangkut-pautkan dengan pahlawan. Pahlawan adalah pengawal, penjaga, dan pelindung dari hal-hal yang dikawal, dijaga, dan dilindunginya.
Bermakna negatif
Selain bermakna positif, ungkapan yang mengandung kata pahlawan juga ada yang bermakna negatif. Keduanya hidup di masyarakat.
Yang paling sering dipakai masyarakat adalah ungkapan pahlawan kesiangan. Mengutip KBBI, pahlawan kesiangan adalah ’orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir’. Makna lain adalah ’orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri pejuang’.
Seorang penulis kolom di sebuah media menyatakan, asumsi yang melekat pada ungkapan ini adalah bahwa perang selalu dilakukan pada pagi hari. Orang-orang yang terlibat peperangan—yang akhirnya disebut pahlawan itu—melakukannya dengan sungguh-sungguh dan melampaui perbuatan orang biasa. Sementara orang-orang yang tidak mau berperang pada pagi hari tiba-tiba muncul pada siang hari dan mengaku ikut terlibat peperangan, padahal perang sudah berakhir. Orang-orang inilah yang disebut pahlawan kesiangan.
Orang-orang yang tidak mau berperang pada pagi hari, dan tiba-tiba muncul pada siang hari dan mengaku ikut terlibat peperangan, disebut pahlawan kesiangan.
Contoh berikut dikutip dari sebuah media daring. ”… Annas Hazare konsisten melawan korupsi walau mendapat tekanan. Tapi fakta saat ini di Indonesia, yang ada adalah pejabat atau pemerintah yang doyan obral janji memberantas korupsi. Gayanya sangat meyakinkan, tapi ia tak lebih dari pahlawan kesiangan”.
Selain pahlawan kesiangan, ada juga pahlawan kepagian dan pahlawan kesorean. Dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (KUBI) karya Maman Mahayana, Nur Adji, dan Totok Suhardiyanto (Penerbit Hyang Pustaka, 2022), ungkapan pahlawan kepagian ditujukan untuk menyebut seseorang yang terlalu cepat melakukan pertolongan. Contoh (dikutip dari media daring): ”Dusan Vlahovic tampil sebagai pahlawan kepagian bagi timnya. Sebuah gol cepat ia cetak ke gawang lawan hanya 32 detik setelah pertandingan dimulai”.
Adapun pahlawan kesorean adalah seseorang yang menganggap diri menemukan sesuatu yang baru, padahal orang lain justru sudah meninggalkannya. Contoh: ”karena tunasejarah tentang sastra Indonesia, penulis puisi itu bertingkah macam pahlawan kesorean”.
Makna lain dari pahlawan kesorean adalah seseorang yang berbicara terlalu banyak, padahal sesungguhnya tidak tahu apa yang dibicarakannya. Contoh (yang diambil dari sebuah media daring dengan sedikit perubahan): ”DPP sebuah partai melihat dinamika pemilihan gubernur DKI Jakarta membuat banyak pahlawan kesorean bermunculan. Banyak yang berbicara tentang Jakarta, padahal mereka tidak paham betul apa yang dibicarakan”.
Pahlawan jenis lain adalah pahlawan bakiak. Ungkapan ini mengacu pada suami yang patuh atau takut kepada istri sehingga mau melakukan segala perintah istri. Sang suami berjuang mati-matian dan rela mengorbankan apa saja, termasuk mengorbankan bangsa dan tanah airnya, untuk sang istri.
Kata bakiak yang menyandingi kata pahlawan adalah alas kaki yang terbuat dari kayu. Kata orang Hokkien, bak kiah, alias terompah kayu. Fungsinya yang sebagai alas kaki menyebabkan bakiak bisa diinjak-injak, diseret ke mana-mana, terserah si pemakai bakiak.
Dari fungsinya itu, tergambar bahwa bakiak bisa diperlakukan semaunya. Dipasangkan dengan kata pahlawan, jadilah ungkapan ini bermakna negatif. Si istri sebagai pemakai bakiak menjadi penguasa atas suaminya yang menjadi bakiak. Berikut contoh yang diambil dari KUBI: ”Di depan orang lain, lelaki itu berteriak menganggap diri sebagai pahlawan, tetapi di depan istrinya ia tidak lebih sebagai pahlawan bakiak”.
Ungkapan pahlawan bakiak, yang juga bisa dikaitkan dengan perilaku suami yang menghalalkan segala cara karena dilakukan di bawah tekanan istri, berdekatan maknanya dengan ungkapan pahlawan bangsat. Ungkapan yang disebut terakhir itu bermakna ’koruptor’. Ia pahlawan bagi dirinya (mungkin juga keluarga dan kelompoknya), tetapi ia sesungguhnya penjahat bagi orang lain.
Kata bangsat pada pahlawan bangsat menunjukkan tabiat seseorang yang jahat. Berikut contoh yang terdapat dalam KUBI: ”Hanya pahlawan bangsat saja yang tega melihat penderitaan rakyat, sementara ia hidup bergelimang kemewahan”.
Meski ungkapan dengan kata pahlawan ada yang bermakna negatif, kenyataannya lebih banyak yang bermakna positif. Satu di antaranya adalah pahlawan tanpa tanda jasa, alias guru.
Pahlawan jenis ini rela mengajari murid-muridnya ilmu yang bermanfaat. Tanpa berharap pamrih atau imbalan. Tak jarang murid-murid yang diajarinya berhasil menjadi manusia. Tak jarang pula guru malah kesulitan memberikan pendidikan yang layak buat anak-anaknya karena sibuk mengajari anak-anak orang. Maka, layak jika guru diberi ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa.
Ungkapan lain yang bermakna positif, antara lain, adalah pahlawan nasional, pahlawan revolusi, pahlawan kemerdekaan, pahlawan lingkungan, pahlawan agama, dan pahlawan devisa. Untuk pahlawan devisa, merekalah jenis pahlawan yang rela berkorban demi keluarga dan bangsa, di tengah ancaman ketidakjelasan perlindungan dari penguasa.