Iming-iming, Racunnya Judi
Mengganyang perjudian tidak bisa melulu disandarkan pada firman Ilahi karena kalau ancaman neraka manjur korupsi sudah lama hilang dari Bumi.
Penggemar setia TV atau cerita koboi mungkin tahu Yellowstone, serial Amerika Serikat yang dibintangi Kevin Costner tentang peternakan terbesar di Montana. Satu alur ceritanya membekas di ingatan saya.
Jimmy, pekerja Yellowstone, ingin mencari uang ekstra lewat rodeo, adu lama bertahan di punggung banteng liar. Pada tanding perdananya, ia menang. Uang ekstra pun didapat. Tapi Jimmy tergoda terus bertanding, terlepas diperingatkan tingginya risiko. Tak lama, ia terjatuh dan nyaris lumpuh.
Pemilik Yellowstone menebus biaya pengobatan dan tetap mempekerjakan Jimmy setelah pulih, dengan syarat berhenti rodeo. Namun, Jimmy hanya sesaat bertahan—ia diam-diam menunggangi kuda liar di peternakan, lagi-lagi terjatuh dan nyaris lumpuh. Bedanya, kali ini ia kehilangan pekerjaannya. Alasan pemilik Yellowstone, iming-iming kenikmatan menundukkan hewan liar akan membuat Jimmy selalu mempertaruhkan diri begitu lukanya sembuh.
Judi bukan fenomena baru. Mahabharata mengisahkan Yudhistira dan adik-adik Pandawanya dipancing berjudi oleh Kurawa sedemikian rupa sehingga setelah kehilangan harta pun bukannya tersadar, malah menjadikan permaisuri Drupadi sebagai taruhan. Mereka yakin di ronde berikutnya akan menang. Saat Pandawa kalah dan harus menyerahkan Drupadi, untung saja Dewa Kresna membuat lilitan kain Drupadi tak habis-habis diurai. Yudhistira yang gelap mata berjudi, Drupadi yang nyaris ditelanjangi.
Pesan moral tentang bahaya judi ada di cerita rakyat sedunia. Dosa judi dirumuskan di kitab-kitab suci. Tapi judi berevolusi seiring peradaban.
Pesan moral tentang bahaya judi ada di cerita rakyat sedunia. Dosa judi dirumuskan di kitab-kitab suci. Tapi judi berevolusi seiring peradaban. Apabila dulu digelar di rumah-rumah judi yang bisa digerebek polisi atau dilabrak istri, sekarang berjalan amat privat karena teknologi.
Beberapa bulan lalu Indonesia digegerkan wanita muda wakil rakyat yang tertangkap berjudi melalui iPad saat sidang parlemen. Sang wakil rakyat diberhentikan partainya, tapi kasus judi online makin menggelora. Video viral terbaru menunjukkan tukang parkir yang berjongkok terbius alur slot di ponselnya tak sadar direkam dari belakang. Berapa pendapatan tukang parkir sampai nekat berjudi?
Kenapa penjudi susah disadarkan? Umumnya kita berasumsi karena kenikmatan materi saat menang, dan beberapa penelitian ilmiah terdahulu sudah membuktikannya. Tapi mengapa setelah babak-belur beruntun sampai buntung, penjudi masih percaya akan beruntung?
Baca juga : Menuju Polarisasi Batik
Sebuah penelitian yang bisa diakses di National Library of Medicine, situs resmi milik Pemerintah AS, menarik perhatian saya. Dipublikasikan pada 2013, Patrick Anselme dan Mike Robinson berargumen bahwa pelepasan dopamin, hormon yang menggenjot motivasi, lebih kuat terhubung dengan ketidakpastian hasil judi ketimbang hasil judinya itu sendiri.
Dalam bahasa awam, reaksi kimiawi di kepala akan iming- iming menang lebih memabukkan ketimbang saat benar menang. Penjudi bertaruh demi tetap berada dalam situasi tak menentu, ”deg-degan seru”, dan hasil kemenangan dianggap alat memperpanjang permainan ketimbang pengakhir perjudian.
Tragisnya, berbeda dengan banteng rodeo yang tak bisa diprogram geraknya sehingga mungkin saja ada koboi yang acap beruntung, probabilitas kemenangan judi jauh lebih kecil karena bandar mengendalikan fasilitas dan memastikan menjadi pemenang terbesar pada akhirnya. Ya, film-film dipenuhi adegan penjudi menang dramatis atau mesin slot yang menyentuh angka jackpot fantastis, tapi bila volume dan frekuensi kemenangan benar setinggi itu sudah lama kasino sedunia habis. Genting, Makau, Monako, Atlantic City, Las Vegas, dan pusat judi lain bisa bertahan karena pemasukan tak henti dari penjudi yang kalah. Restoran, spa, butik, dan pertunjukan cuma tambahan, bukan bisnis utama kasino. Kasino bertahan apabila secara agregat neto menang dan berhasil menyedot uang dari penjudi yang datang.
Kok kasino bisa memastikan sebagai bandar mereka pasti menang terbesar? Ya karena mereka mengendalikan fasilitasnya. Apa penjudi datang membawa kartu, dadu, meja rolet dan mesin slot? Kepada siapa staf meja judi bekerja, penjudi atau kasino? Bahkan film- film Hollywood pun menunjukkan di balik pelayanan ramah dan sesekali menciprati penjudi dengan paket VIP mewah, tangan dingin profesional memastikan bandar kasino selalu menang.
Apalagi, dengan judi online, yang tanpa kerepotan operasional kasino bisa bergantung pada teknologi untuk memastikan pemain tak pernah benar-benar mengalahkan bandar.
Benar ada beberapa insiden, seperti sekelompok mahasiswa Matematika MIT yang bersiasat menghitung kartu blackjack di luar kepala dan sempat menang jutaan dollar di Las Vegas pada awal 1990-an sebagaimana dinukilkan dalam buku Bringing Down the House (2003) dan diadaptasi ke film 21 (2008), tapi itu bak sebutir mutiara di antara jutaan pasir penjudi yang ditelan arus laut kasino setiap hari.
Apalagi, dengan judi online, yang tanpa kerepotan operasional kasino bisa bergantung pada teknologi untuk memastikan pemain tak pernah benar-benar mengalahkan bandar. Banteng rodeo tidak bisa diajak panitia berkomplot untuk melempar penunggangnya sebelum 8 detik, tapi aplikasi judi online bisa diprogram untuk memberikan kemenangan kecil sebelum konsisten menggerus probabilitas menang selama si penjudi aktif. Baru-baru ini di media sosial X seseorang bahkan mengunggah simulasi yang menunjukkan betapa mudahnya bandar di balik aplikasi mengatur ini semua.
Baca juga : Menukar Sampah Plastik ke Sampah Lain-lain
Jika ditunjukkan simulasi itu, apakah penjudi lantas sembuh? Penelitian Anselme dan Robinson soal kuatnya tarikan dopamin belum dijawab dengan penelitian lain tentang bagaimana menetralisasinya. Menurut saya, jadi mirip pencandu narkoba—selalu cemas, berkala ketagihan, perlu dosis yang lebih tinggi kemudian. Setelah uang habis dan masih ketagihan? Berutang atau berbuat kriminal. ”Enggak ada obatnya”, kalau kata anak Jakarta.
Saya dukung Pemerintah memberantas perjudian karena nyata-nyata merusak tatanan hidup pelakunya dan komunitas sekitarnya. Mengganyang perjudian tidak bisa melulu disandarkan pada firman Ilahi karena kalau ancaman neraka manjur, korupsi sudah lama hilang dari Bumi. Harusnya pendekatan utama adalah logika bahwa bandar selalu berkuasa memastikan dirinya sebagai pemenang terbesar, dan bukti terkokoh adalah fakta bahwa bisnis judi terus bertahan. Apabila fakta segamblang ini bisa dini ditanamkan, orang waras tak akan mempan diiming-imingi bertaruh sehingga tak akan berkesempatan digoda dopamin yang membuatnya selalu ketagihan taruhan.
Semoga setelah menciduk para pesohor media sosial yang mempromosikan judi online. Pemerintah bergerak membekuk pemrogram aplikasi, pemrakarsa bisnis, dan para investornya. Kerja berat untuk aparat, tapi kerja mulia untuk memberantas sesuatu yang walau dimulai dari iming-iming nikmat tetapi berpotensi berujung begitu laknat.
(Konsultan Bisnis dan Penulis)