logo Kompas.id
OpiniMenuju Polarisasi Batik
Iklan

Menuju Polarisasi Batik

Orang dulu punya waktu menunggu batik selesai dalam 3-6 bulan untuk menghadiri resepsi yang lama direncanakan. Orang sekarang punya rapat, kondangan, peluncuran ponsel baru, sampai sosialisasi pemilu dalam seminggu.

Oleh
LYNDA IBRAHIM
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lrHV8hqB_AU_asgNajenYGeguD8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F30%2Fe5718059-e577-4dec-ac57-e8b802159a2d_jpg.jpg

Sejak batik Indonesia mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan dunia nonbendawi pada 2 Oktober 2009, setiap tahun berbagai acara digelar. Pameran batik antik, bazar batik, diskusi publik, dan bahkan kumpul-kumpul dengan dress code batik. Saat pandemi pun, banyak acara batik via Zoom. Beberapa diskusinya bahkan lebih dalam dibanding pra-pandemi karena orang lebih punya waktu berbagi atau mendengarkan orang lain.

Sejak prapandemi sampai sekarang, sebuah tantangan yang acap didiskusikan adalah membuat pembatik bertahan. Tiap hal ini muncul, kepala Lynda yang tralala berwastra akan berganti menjadi Lynda yang sekolah bisnis. Bukan karena tak patriotis, melainkan bertahan dagang, ya, memang intinya bisnis. Bisnis berjalan kalau permintaan dan pasokan bertemu di titik harga dan volume teroptimal bagi pembeli dan penjual. Bagaimana permintaan dan pasokan batik sekarang?

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000