Ratusan ribu warga etnis Armenia angkat kaki dari tempat tinggal mereka di Nagorno-Karabakh. Sedih melihat banyak orang tercerabut dari kampung halamannya.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Nagorno-Karabakh merupakan titik panas. Wilayah di negara Azerbaijan ini dihuni warga etnis Armenia. Mereka mengklaim bukan bagian dari negara Azerbaijan dan memiliki kedaulatan tersendiri dalam wujud Republik Artsakh.
Enklave Nagorno-Karabakh terbentuk setelah Uni Soviet bubar pada 1991. Saat itu, buntut dari bubarnya Uni Soviet, muncul negara Azerbaijan dan Armenia. Lalu, ada sebagian wilayah Azerbaijan yang dihuni etnis Armenia yang hendak memisahkan diri. Armenia dan pendukung pemisahan Nagorno-Karabakh mendapat bantuan Rusia.
Pertempuran besar pecah antara kelompok pembela Nagorno-Karabakh versus tentara Pemerintah Azerbaijan pada 2020. Perang berhenti setelah gencatan senjata tercapai. Lebih kurang 7.000 orang tewas dalam pertempuran enam minggu tersebut.
Di akhir perang, posisi warga etnis Armenia terdesak. Jalur transportasi yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan dunia luar dan negara Armenia nyaris tertutup. Berkat pasukan perdamaian Rusia, suplai barang kebutuhan bagi warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh terpenuhi.
Pada akhir Desember 2022, Azerbaijan menutup total jalur tersebut. Blokade dilanjutkan dengan serangan tentara Azerbaijan ke Nagorno-Karabakh pada September sekaligus sebagai tanda berakhirnya gencatan senjata 2020.
Thomas de Waal dalam ”The End of Nagorno-Karabakh” (Foreign Affairs, 26 September 2023) menilai, setelah memulai perang di Ukraina pada Februari 2022, Rusia berada dalam posisi yang lemah di konflik Nagorno-Karabakh. Moskwa harus memprioritaskan sumber daya pada operasi militer di Ukraina. Selain itu, posisi Azerbaijan sebagai rute utama akses Rusia ke selatan juga lebih penting ketimbang Armenia, sekutu tradisionalnya.
Serangan pada pekan silam diikuti eksodus besar-besaran warga etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh ke negara Armenia. Tentu banyak cerita duka mengiringi perjalanan sekitar 120.000 pengungsi. Kecemasan, kelaparan, ketakutan, ketiadaan harapan melebur di dalam hati mereka. Hal ini diikuti pula dengan kesediaan kelompok pro-pemisahan diri untuk membubarkan diri sehingga Nagorno-Karabakh betul-betul menjadi bagian dari Azerbaijan.
Prahara di Nagorno-Karabakh mengingatkan kita bahwa isu etnis bisa begitu pelik. Puluhan tahun tak cukup untuk menghapus ketegangan relasi warga etnis Armenia dengan Pemerintah Azerbaijan. Pengaruh politik asing tentu turut membuat relasi itu tidak kunjung membaik.
Kita berharap para pengungsi menemukan hidup baru yang lebih baik di tanah baru mereka. Hidup yang lebih damai.