Berkunjung ke Istana Alhambra dan bekas Masjid Cordoba di Spanyol, awal September lalu, membersitkan gambaran imajiner tentang kejayaan Islam di Eropa selatan pada abad pertengahan Masehi.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN
·3 menit baca
Dua hari itu, yaitu Selasa dan Rabu, 5-6 September 2023, termasuk hari istimewa yang sulit saya lupakan. Pada dua hari berturut-turut itu, saya berkesempatan mengunjungi dua situs peninggalan sejarah keemasan Islam yang luar biasa di Spanyol. Dulu, pada era keemasan Islam, wilayah Spanyol disebut dengan Andalusia.
Dua peninggalan sejarah keemasan Islam itu adalah Istana Alhambra di kota Granada, sekitar 430 kilometer selatan ibu kota Madrid, dan bekas Masjid Cordoba di kota Cordoba, sekitar 300 kilometer selatan kota Madrid. Siapa pun saat ini yang melihat Istana Alhambra dan bekas Masjid Cordoba akan menyaksikan langsung betapa Islam pernah berkuasa dan berjaya di Andalusia.
Menurut catatan sejarah, Islam pernah berjaya di Andalusia selama hampir 800 tahun atau delapan abad, yakni dari abad ke-7 sampai ke-15 M. Adalah Thariq bin Ziyad, komandan militer dari Dinasti Umaiyyah, yang memimpin penaklukan Andalusia pada tahun 711 M.
Sejak itu, kekuasaan Islam di Andalusia bertahan cukup lama hingga ambruknya kekuasaan Islam di wilayah itu pada tahun 1492 M setelah ditaklukkan oleh Kerajaan Kastilla yang dipimpin oleh Isabella I dan Ferdinand II.
Meski sudah beberapa abad silam kekuasaan Islam ambruk di Spanyol, masih banyak peninggalan era keemasan Islam di negara itu yang terpelihara cukup baik sampai saat ini. Di antara peninggalan Islam yang masih sangat fenomenal adalah Istana Alhambra dan bekas Masjid Cordoba.
Istana Alhambra memiliki luas sekitar 14 hektar. Istana ini dibangun pada tahun 1232 M atau abad ke-13 M oleh Muhammad bin Ahmar atau Muhammad I dari Dinasti Nasrid, kerajaan Islam terakhir di Spanyol.
Saat saya mengunjungi Istana Alhambra sekitar pukul 6 sore pada hari Selasa, 5 September 2023, cuaca cukup cerah di area kompleks istana tersebut. Sore itu, pancaran matahari berwarna kuning agak kemerah-merahan, memancar cukup tajam menerangi seantero kompleks istana.
Pantulan pancaran matahari yang berwarna kemerah-merahan terlihat menerangi jajaran dinding Istana Alhambra yang juga berwarna kemerah-merahan. Hasilnya, pemandangan yang terlihat semakin indah, cerah, dan gagah.
Nama ”Alhambra” berasal dari bahasa Arab, yang artinya ’benteng merah’. Disebut demikian karena dinding dan menaranya berwarna merah.
Pada sore itu, terlihat pula antrean turis cukup panjang untuk masuk ke area kompleks Istana Alhambra. Maklum, awal September dengan cuaca cukup hangat dikenal musim membludaknya turis, termasuk yang datang ke Spanyol. Istana Alhambra dikenal salah satu incaran turis mancanegara untuk dikunjungi saat mereka berkunjung ke Spanyol.
Spanyol adalah destinasi wisata kedua paling banyak dikunjungi di dunia setelah Perancis. Total kunjungan ke Spanyol mencapai 80 juta wisatawan mancanegara per tahun.
Di pintu masuk kompleks Istana Alhambra terlihat turis dari mancanegara berjubel untuk melihat dan mengunjungi semua titik dalam kompleks istana itu. Posisi Istana Alhambra berada di ketinggian 150 meter di atas Bukit La Sabica, dikelilingi hutan dan pegunungan. Dari istana ini, tersaji pemandangan seluruh penjuru kota Granada yang indah.
Kompleks Istana Alhambra dengan luas 14 hektar—versi lain menyebut luasnya 26 hektar—sungguh mengagumkan dan membersitkan gambaran imajiner tentang kejayaan Islam di Eropa selatan pada abad pertengahan Masehi.
Kompleks Istana Alhambra sungguh mengagumkan dan membersitkan gambaran imajiner tentang kejayaan Islam di Eropa selatan pada abad pertengahan Masehi.
Kompleks Istana Alhambra semula dibangun sebagai benteng pertahanan. Pemilihan tempatnya di ketinggian di atas bukit memang menunjukkan, bangunan itu sangat strategis sebagai benteng pertahanan. Dari Istana Alhambra, kita bisa melihat pemandangan di seluruh titik kota Granada yang berada di kaki bukit Sabika dengan puncaknya berupa Istana Alhambra.
Muhammad I kemudian menjadikan benteng Alhambra itu sebagai kompleks istana dan pusat pemerintahannya yang megah. Bagian paling penting dari kompleks Istana Alhambra ini dibangun oleh Yusuf I dan Muhammad V yang berkuasa pada abad ke-14 M.
Istana Alhambra memiliki tiga bagian utama. Pertama, Alcazaba. Bagian ini berupa bangunan benteng yang terdapat banyak menara. Bangunan ini, berdasarkan catatan sejarah, sebagai pangkalan militer yang menampung para penjaga dan anggota mereka. Kedua, kompleks istana yang megah sebagai tempat para sultan dan kerabatnya. Ketiga, Medina, kawasan tempat para pejabat istana tinggal.
Istana Alhambra ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1984.
Setelah mengunjungi Istana Alhambra, saya melanjutkan kunjungan ke situs bekas Masjid Cordoba pada Rabu siang, 6 September 2023. Jarak antara kota Granada dan Cordoba sekitar 200 kilometer.
Kota Cordoba juga merupakan peninggalan era keemasan Islam di Spanyol. Cordoba adalah ibu kota Dinasti Umaiyyah di Andalusia sejak pemerintahan Abdurrahman ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Abdurrahman ad-Dakhil kemudian membangun masjid pada tahun 786 M. Bangunan Masjid Cordoba diperluas pada abad ke-9 M dan 10 M sehingga menjadi bangunan masjid terbesar dan termegah pada saat itu.
Sebelum menjadi masjid, semula bangunan itu merupakan kuil Romawi, lalu berubah menjadi Gereja Visigoth San Vicente. Saat bangsa Moor (Muslim Berber) mengambil alih Andalusia dari orang-orang Kristen, struktur bangunan dibagi dua, yakni untuk ibadah umat Islam dan Kristen. Abdurrahman ad-Dakhil kemudian membeli setengah bangunan yang digunakan untuk ibadah umat Kristen, lalu dijadikan masjid semuanya.
Masjid Cordoba lalu diubah menjadi katedral lagi pada abad ke-13 M, menyusul kekalahan umat Islam yang memaksa mereka harus hengkang dari Andalusia.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman ad-Dakhil (756-788 M) itu Cordoba dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusastraan di seantero Benua Eropa. Kejayaan Dinasti Umayyah, yang dibangun oleh Abdurrahman ad-Dakhil, berlangsung selama hampir tiga abad, yakni hingga tahun 1031 M. Dalam kurun itu, warga Eropa berbondong-bondong datang ke Cordoba untuk menimba ilmu yang mengantarkan lahirnya era renaisans (kebangkitan) Eropa pada abad ke-15 M.
Saat saya memasuki kota Cordoba dan bekas Masjid Agung Cordoba pada Rabu siang, 6 September itu, ingatan langsung terngiang-ngiang pada era keemasan Islam di Andalusia. Arsitektur bekas Masjid Cordoba sangat artistik dan eksotis, menunjukkan kemajuan Islam yang luar biasa di bidang arsitek dan teknik sipil pada abad ke-7 dan 8 M.
Arsitektur bekas masjid terdiri dari ratusan kolom yang melengkung dengan warna-warni, menghidangkan pemandangan yang sangat indah. Bekas Masjid Cordoba memiliki menara lonceng setinggi sekitar 54 meter yang dibangun oleh Abdurrahman III tahun 951-952 M. Seperti di Istana Alhambra, ribuan turis mancanegara juga terlihat berjubel menyaksikan keindahan bekas Masjid Cordoba pada Rabu siang itu.