logo Kompas.id
OpiniSeni Tradisi, Riwayatmu Kini
Iklan

Seni Tradisi, Riwayatmu Kini

Seni tradisi yang mengakar dalam kehidupan masyarakat berfungsi sebagai hiburan sekaligus transfer nilai-nilai dari generasi lama ke generasi baru. Namun, nasib seni ini kian tak menentu di tengah kehidupan modern.

Oleh
Redaksi Kompas
· 3 menit baca
Kelompok seni Bekso Turonggo Mudo beraksi di ladang yang dijadikan panggung pentas seni di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (10/10/2021). Pentas kolaborasi sejumlah seniman dari berbagai wilayah yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung itu mengangkat tema Disrupsi Desa Kontemporer Tradisi Maya. Acara yang merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Lima Gunung Ke-20 tersebut untuk menyuarakan fenomena perubahan cepat sejumlah nilai-nilai di kalangan masyarakat pedesaan. Acara tersebut digelar dengan jumlah peserta dan penonton terbatas.
FERGANATA INDRA RIATMOKO

Kelompok seni Bekso Turonggo Mudo beraksi di ladang yang dijadikan panggung pentas seni di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (10/10/2021). Pentas kolaborasi sejumlah seniman dari berbagai wilayah yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung itu mengangkat tema Disrupsi Desa Kontemporer Tradisi Maya. Acara yang merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Lima Gunung Ke-20 tersebut untuk menyuarakan fenomena perubahan cepat sejumlah nilai-nilai di kalangan masyarakat pedesaan. Acara tersebut digelar dengan jumlah peserta dan penonton terbatas.

Di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang semakin maju, seni tradisi justru melemah. Perlu upaya bersama yang serius dan berkelanjutan untuk melestarikan kekayaan budaya itu.

Seni tradisi dapat dimaknai sebagai segala bentuk kesenian yang berbasis tradisi dan menjadi bagian dalam kehidupan di masyarakat. Perwujudannya bisa beragam, mulai dari seni tari, pertunjukan, rupa, sampai seni suara. Sebut saja antara lain berokan, sintren, tari rudat, jaran lumping, dan genjring akrobat asal Cirebon, Jawa Barat; atau sampyong, buleng, lenong dines, dan gambang klasik asal Betawi di Jakarta dan sekitarnya.

Editor:
ILHAM KHOIRI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000