Kita percepat perbaikan dunia dan Nusantara mulai dengan cara sangat sangat sederhana. Senyum.
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA
·3 menit baca
Peradaban dunia secara umum melaju superpesat. Teknologi kecerdasan buatan, inovasi mikro bedah hingga diagnostik medis yang dapat memperpanjang harapan hidup manusia, hingga kemajuan transportasi jelajah dasar samudra sampai angkasa. Namun, dunia juga banyak dikatakan sedang tidak baik-baik saja.
Kendati kemiskinan global menurun, kesenjangan justru meningkat. Perang antarnegara, konflik bersenjata, dan kekerasan juga masih terjadi di berbagai penjuru bumi dan menimbulkan tragedi kemanusiaan. Pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim kian mengancam planet bumi dan dapat memicu krisis pangan hingga bencana alam yang masif.
Kita beruntung hidup di bumi Nusantara yang beriklim tropis, subur dan tenteram. Perekonomian Indonesia satu dekade belakangan ini juga menunjukkan kemajuan signifikan meski dunia diterpa krisis. Pembangunan infrastruktur yang masif dan perkembangan teknologi informasi membuat konektivitas antar daerah dan warga semakin terhubung. Usia harapan hidup terus meningkat.
Kendati demikian, Indonesia juga tidak bisa terlena karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Kesenjangan sosial, tingginya pengangguran, hingga kemiskinan ekstrem adalah sejumlah persoalan yang harus segera diselesaikan.
Gerakan senyum
Banyak individu, organisasi, dan kelembagaan di tingkat lokal, regional, hingga global yang telah berbuat untuk memperbaiki keadaan, menawarkan berbagai solusi. Energi positif pun perlu diperbesar agar perbaikan bisa berjalan lebih cepat lagi.
Cara paling sederhana membangun suasana positif dan bisa dilakukan semua orang adalah dengan membiasakan berpikir positif dan tersenyum. Cara yang terlihat sederhana ini juga dapat mengurangi stres. Melihat orang lain tersenyum saja dapat menghasilkan perasaan bahagia dan lebih rileks.
Mereka yang secara alami sering senyum lebih mudah terlepas dari depresi.
Senyum memicu pelepasan endorfin, hormon yang dapat mengurangi rasa sakit, bahkan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyum menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, dan meningkatkan kualitas tidur.
Senyuman dapat menyebarkan energi positif karena membantu memperkuat hubungan sosial dengan mengurangi ketegangan dan membuat orang merasa lebih nyaman. Bagi pribadi, senyum dapat meningkatkan kepercayaan diri, lebih konsentrasi, dan pada akhirnya menjadi lebih produktif.
Gerakan ”Smiley” pernah dipelopori France Soir, surat kabar Perancis yang berdiri tahun 1944. France Soir dikenal karena liputannya yang beragam, termasuk politik, olahraga, budaya, dan hiburan. Pada Januari 1972, atas usulan jurnalisnya, Franklin Loufrani, France Soir mengampanyekan gerakan ”Take the time to smile!”. Hingga kini, gerakan itu terus bergulir dan logonya mendunia.
Gerakan itu muncul ketika banyak orang mulai jenuh membaca berita karena hanya berisikan berita atau informasi buruk, seperti skandal politik, perang Vietnam, hingga ancaman nuklir. France Soir justru mengampanyekan berita-berita bernuansa positif dengan emoticon senyum berwarna kuning.
”Good news is a story that marks you smile, inspires idea, and is a call to action,” kata Loufrani dikutip dalam bukunya, Smiley.
Laporan berita Digital Reuters Institute 2023 pun menunjukkan bahwa saat ini banyak orang enggan membaca berita karena terlalu banyak berisi berita buruk. Mereka ingin membaca berita selain terutama dapat diandalkan, menyajikan beragam perspektif, tetapi juga minim toksik dan konten negatif.
Kasus kecemasan dan depresi naik 25 persen di tahun pertama pandemi.
Pascapandemi Covid-19, berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus kecemasan dan depresi naik 25 persen di tahun pertama pandemi. Tren krisis kesehatan mental di kalangan remaja, baik di Amerika Serikat maupun Indonesia, juga meningkat. WHO melaporkan, satu dari tujuh anak usia 10-19 tahun di dunia mengalami gangguan jiwa, terhitung 13 persen dari beban global penyakit pada kelompok usia ini.
Depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku adalah salah satu penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja. Bunuh diri adalah penyebab utama kematian keempat di usia 15-29 tahun.
Mulai edisi ini hingga dua bulan ke depan, harian Kompas (Kompas.id) bekerja sama dengan Smiley mengajak bangsa ini untuk membuat energi positif dengan menebar senyum dan membaca berita-berita baik. Dalam berita bernuansa positif di harian Kompas (kompas.id), kami beri tanda dengan emoticon smiley secara bergantian.
Kita percepat perbaikan dunia dan Nusantara mulai dengan cara sangat sangat sederhana. Senyum.
Sutta Dharmasaputra,Pemimpin Redaksi Harian Kompas (Kompas.id)