Pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan riset merupakan investasi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Butuh dukungan komitmen dan anggaran untuk mewujudkannya.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan pilar penting untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045.
Dalam pidato pelantikannya pada 20 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pembangunan sumber daya manusia akan menjadi prioritas utama pemerintah; membangun sumber daya manusia yang pekerja keras, dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; juga mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama dengan kita (Setneg.go.id).
Pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan riset merupakan investasi untuk meningkatkan daya saing bangsa yang menjadi prasarat utama menjadi negara maju. Investasi yang tidak bisa langsung terlihat hasilnya, yang membutuhkan waktu (jangka panjang) dan daya dukung untuk mencapai hasilnya (Kompas, 24/8/2023).
Pemerintah melalui kementerian/lembaga terkait telah menetapkan jalan menuju ke sana. Di bidang pendidikan, melalui pendidikan sejak usia dini hingga pendidikan tinggi, baik yang berada di bawah kewenangan Kemendikbudristek, Kementerian Agama, maupun kementerian teknis terkait. Di bidang riset dan pengembangan, baik melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) maupun dukungan kebijakan untuk riset dengan menyusun Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017-2045 maupun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas Iptek).
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya ditempatkan sebagai investasi bangsa.
Semua itu membutuhkan dukungan komitmen dan anggaran untuk mewujudkannya, seperti disampaikan Presiden Jokowi dalam pidato pelantikannya pada 2019. Tantangan untuk ini masih besar.
Pemerintah telah menetapkan 20 persen anggaran untuk pendidikan, tetapi masih banyak anak bangsa yang belum dapat mengenyam pendidikan berkualitas, bahkan tak sedikit yang tidak bisa sekolah. Ini membuat daya saing siswa Indonesia secara umum rendah. Di sisi lain, kasus korupsi di sektor pendidikan terus terjadi. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya ditempatkan sebagai investasi bangsa.
Demikian juga di bidang riset, jalan masih panjang untuk mewujudkan ekosistem riset yang ideal. Dari aspek anggaran, porsi anggaran riset dan inovasi untuk BRIN pada 2023 sebesar Rp 6,38 triliun, tidak sampai 1 persen produk domestik bruto (PDB) dari standar minimal yang ditetapkan Bank Dunia. Selain menurun, anggaran risert lembaga pemerintah pada 2017 mencapai Rp 24,9 triliun, porsi anggaran itu juga sebagian besar (64 persen) untuk biaya operasional (Kompas.id. 25/2/2023).
Dukungan pemerintah juga perlu diberikan untuk lembaga riset di perguruan tinggi. Dari 4.620 perguruan tinggi di Indonesia, baru ada dua perguruan tinggi yang masuk daftar 1.000 besar universitas dengan riset berkualitas dunia (World University Rankings, 2019). Sebagaimana disampaikan Presiden, mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama akan dapat mengembangkan ekosistem riset di perguruan tinggi agar dapat bersaing di kancah global.