Tak cukup dengan aliansi AUKUS, Amerika Serikat membangun pakta keamanan trilateral dengan Jepang-Korea Selatan. Indo-Pasifik kian riuh dengan minilateralisme.
Oleh
Redaksi
·1 menit baca
Tak sampai dua tahun setelah membentuk aliansi militer tiga negara bersama Australia dan Inggris di bawah panji AUKUS, Amerika Serikat kembali membentuk aliansi trilateral baru dengan Jepang dan Korea Selatan. Persekutuan baru ini ditahbiskan di Camp David, Maryland, sekitar 104,6 kilometer dari Gedung Putih, AS, Jumat (18/8/2023) waktu setempat.
Di tempat peristirahatan bersejarah presiden AS itu, Presiden Joe Biden menjamu dua mitranya, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Secara bilateral, Washington sudah menjalin kemitraan pertahanan dengan masing-masing dari dua sekutu utama di Asia Timur itu. Namun, belum pernah terjadi Jepang-Korsel bisa disatukan dalam satu aliansi keamanan di bawah payung AS.
Ada luka sejarah yang sulit dilupakan, dan terus diwariskan dari satu generasi ke generasi, terutama di Korsel, yakni penjajahan Jepang tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea. Utang upah kerja paksa hingga perbudakan seks oleh Jepang selama masa kolonialisme itu bak ”dosa sejarah” yang tak termaafkan di Korsel. Itu sebabnya, berbagai upaya Washington sejak tiga dekade silam untuk menyatukan Seoul-Tokyo selalu kandas.
Sebuah titik balik diplomasi dirajut kedua negara, beberapa bulan terakhir. Sama-sama menghadapi ancaman keamanan dari Korea Utara dan China, Presiden Yoon dan PM Kishida memulihkan hubungan (rapprochement) Korsel-Jepang. Pada Maret 2023, Yoon mengumumkan akan mengambil kas negara sendiri untuk membayar kompensasi bagi pekerja paksa di Korsel, yang diperbudak Jepang, selama masa penjajahan.
Ia menindaklanjuti inisiatif itu dengan kunjungan ke Tokyo, lawatan pertama pemimpin Korsel ke Jepang, lebih dari 12 tahun terakhir. Kishida membalas berkunjung ke Seoul, Mei lalu. ”(Kedua pemimpin) telah mengangkat hubungan Jepang-Korsel dalam pesawat baru,” sebut Kurt Campbell, Koordinator Indo-Pasifik Dewan Keamanan Nasional AS.
Bagi Washington, kesempatan itu momentum emas untuk meluncurkan aliansi trilateral baru bersama Jepang-Korsel dengan titik temu persekutuan (common denominator): ancaman nuklir Korut dan kebangkitan militer China. Bentuk responsnya, kata pejabat AS, dari berbagi informasi dan konsultasi saat muncul ancaman atau krisis—ancaman pada satu negara dianggap ancaman bagi semua—dan latihan militer, hingga bantuan keamanan di Asia Tenggara dan Pasifik.
Tak bisa dimungkiri, langkah ketiga negara itu membuat kawasan Indo-Pasifik semakin riuh dengan minilateralisme. Setelah AUKUS, kini muncul aliansi AS-Jepang-Korsel. China dan Korut mencurigai AS tengah membangun forum Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mini di Asia. Ketegangan demi ketegangan terus melanda Indo-Pasifik, mencuatkan kekhawatiran bakal melahirkan ”Perang Dingin baru”.