Berita tentang jerat pinjaman online menyeruak belakangan ini. Sejumlah peristiwa perlu menjadi pengingat mengenai pentingnya literasi keuangan, khususnya bagi generasi Z dan milenial, di tengah gempuran arus informasi.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Berita tentang tindakan kriminal seorang mahasiswa di universitas ternama menjadi sangat mengejutkan karena didorong oleh permasalahan keuangan. Singkat cerita, mahasiswa tersebut terjerat pinjaman daring (online) yang diakibatkan oleh kegagalan investasi di aset kripto.
Saya pun mendapatkan beberapa pertanyaan dari rekan media tentang hal ini. Dengan demikian, peristiwa itu menjadi pengingat soal pentingnya literasi keuangan yang benar dan baik di tengah gempuran arus informasi media sosial, terutama bagi generasi Z dan milenial.
Berdasarkan pengamatan dari berita, ada dua poin penting yang terlewat oleh mahasiswa tersebut dalam pengelolaan keuangannya. Literasi mengenai kegunaan dan risiko dari pinjaman dan literasi mengenai bagaimana membangun kekayaan yang baik dan benar.
Berdasarkan Swiss Journal of Economics and Statistics (2019), ada tiga indikator penting yang digunakan untuk mengukur tingkat literasi seseorang. Tiga konsep itu adalah, pertama, numerasi atau terkait kemampuan menghitung tingkat suku bunga majemuk, lalu kedua, pemahaman tentang inflasi, serta ketiga, pemahaman tentang pembagian risiko.
Dalam hal menyikapi pinjaman daring (pinjol), seseorang perlu memahami tentang aturan suku bunga, biaya admin, dan pembayarannya. Hal ini penting untuk mengukur berapa jumlah pembayaran kembali dan kemampuan finansial untuk membayarnya. Bilamana seseorang tidak memiliki penghasilan tetap, maka menjadi sangat berisiko untuk mengambil pinjaman online.
Dalam hal menyikapi cara membangun kekayaan, seseorang perlu memahami konsep inflasi dan sejauh mana pertumbuhan aset ini perlu mengakomodasi kenaikan biaya. Contohnya, jika akomodasi hanya diperlukan untuk menyamakan dengan kenaikan biaya, maka tak perlu repot mempelajari berbagai aset investasi. Cukup menggunakan aset konservatif yang memberikan imbal hasil setara inflasi.
Berikutnya, sejak masih usia 15 tahun, seseorang juga perlu dikenalkan dengan teknik mendapatkan kekayaan dengan cara yang baik. Cara itu, satu, dengan bekerja dan memperoleh penghasilan. Dua, mendapatkan warisan, meski sayangnya hal ini sangat bergantung pada pendahulu dan privilese keluarga. Lalu, terakhir, adalah dengan berinvestasi di aset yang produktif.
Dalam hal menyikapi cara membangun kekayaan, seseorang perlu memahami konsep inflasi dan sejauh mana pertumbuhan aset ini perlu mengakomodasi kenaikan biaya.
Ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan oleh kalangan muda dalam membangun portofolio aset produktifnya. Pertama, berpegang pada rencana keuangan. Bagaimanapun juga investasi bukan merupakan tujuan akhir dalam usaha akumulasi kekayaan seseorang. Setelah memahami kebutuhan untuk memenuhi tujuan keuangan, maka pilihan jenis investasi dapat disesuaikan.
Contoh tujuan keuangan adalah dana pembelian rumah, dana pendidikan anak, hingga dana pensiun. Sayangnya, generasi muda di usia 20-an masih banyak yang limbung dengan arah dan tujuan hidupnya. Dengan demikian, jika ditanya kenapa berinvestasi? Jawabannya: cari cuan supaya jadi anak sultan.
Bahaya terbesar dari perilaku ingin kaya cepat dari investasi adalah tergoda oleh pinjaman untuk berinvestasi. Apalagi kemudahan top up (isi ulang) di platform investasi yang sebenarnya adalah margin perdagangan (trading) serta kemudahan pencairan pinjaman daring kerap juga menjadi problematika investor pemula. Itu sebabnya, saya selalu menyarankan bagi para investor pemula untuk hanya menggunakan dana dingin untuk berinvestasi tanpa dibantu oleh pinjaman.
Kedua, profil risiko sebagai investor. Kalangan muda tetap harus mengetahui profil risiko masing-masing meskipun sebetulnya kalangan ini memiliki keleluasaan untuk memiliki portofolio yang lebih agresif. Apabila para investor pemula hendak berinvestasi, sebaiknya belajar dari penempatan aset yang berisiko rendah terlebih dahulu.
Contoh aset investasi di pasar modal yang cocok untuk investor pemula adalah reksa dana pasar uang. Namun, saat investor sudah mulai memahami tentang risiko dan karakter asetnya, maka pilihan jenis investasi juga lebih beragam, seperti saham, reksa dana dengan jenis yang agresif, dan bahkan pendanaan teknologi finansial (fintech lending).
Ketiga, kebutuhan mencari kenaikan nilai aset atau penghasilan berkala. Ada jenis investasi yang memberikan hasil berupa penghasilan berkala seperti surat berharga negara ritel. Selebihnya, jenis investasi yang memberikan hasil berupa kenaikan nilai aset apabila investor menjual aset investasi di harga yang lebih tinggi daripada saat membeli, seperti saham dan reksa dana.
Bagi kalangan usia muda yang masih produktif, saya sangat menyarankan untuk lebih memilih jenis investasi berupa kenaikan nilai aset karena penghasilan dapat diperoleh dari bekerja secara aktif.
Saya yakin, generasi muda masa kini sudah mulai memahami kenapa harus berinvestasi dan kenapa harus dilakukan sedini mungkin. Maka, yang perlu diluruskan adalah niat berinvestasi dan apa yang akan dilakukan atas hasilnya.
Pahami bahwa dorongan untuk konsumsi keinginan gaya hidup pasti selalu ada. Namun, investasi sebenarnya bukan jalan pintas untuk menjadi kaya. Investasi adalah cara terbaik untuk merancang masa depan yang lebih sejahtera dan bermanfaat.