Tepatkah Ungkapan ”Usaha Tidak Mengkhianati Hasil”?
Ada satu ungkapan yang dituliskan berbeda dan beredar di masyarakat. Masing-masing seperti berusaha saling mengalahkan. Mana yang lebih tepat: ”hasil tidak mengkhianati usaha” atau ”usaha tidak mengkhianati hasil”?
Oleh
Retmawati
·2 menit baca
Akhir-akhir ini di media sosial sering kita jumpai unggahan tentang perjuangan seseorang yang sangat memotivasi. Dari anak muda yang belajar mati-matian dan akhirnya diterima di perguruan tinggi negeri impian, seseorang yang memulai usaha dari nol hingga mempunyai puluhan gerai, sampai perjuangan seorang atlet yang berlatih keras hingga bisa mendapatkan medali dalam satu perlombaan.
Mari kita coba melihat ungkapan lain yang sejenis. Beberapa tahun lalu, saat buku Negeri 5 Menara karya A Fuadi terbit, yang kemudian diikuti dengan filmnya, di media sosial tiba-tiba ramai dengan ungkapan man jadda wajadda. Kalimat itu lebih kurang berarti ’barang siapa yang bersungguh-sungguh (dalam melakukan suatu hal), ia pasti akan berhasil’.
Apabila ditinjau lebih rinci, kalimat tersebut berpola sebab-akibat, yaitu karena ada usaha, maka akan berhasil.
Ungkapan yang hampir sejenis juga bisa kita temukan dalam peribahasa berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Dalam peribahasa ini, kita juga menemukan pola sebab-akibat, yaitu setelah berusaha, baru kita bisa memetik hasil.
Lalu, bagaimana dengan ungkapan usaha tidak mengkhianati hasil?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata usaha diartikan sebagai (1) kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu; (2) kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung); perdagangan; perusahaan.
Sementara hasil, antara lain, diartikan sebagai (1) sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan, dan sebagainya); (2) akibat; kesudahan (dari pertandingan, ujian, dan sebagainya); (3) berhasil; mendapat hasil; tidak gagal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, hasil adalah sesuatu yang merupakan akibat dari adanya usaha.
Makna gramatikal
Pada awal tulisan ini tersua beberapa contoh yang dengan jelas memaparkan hubungan sebab-akibat. Dari mulai usaha (belajar, bekerja, berlatih) hingga menuai hasil (sukses masuk PTN, sukses berbisnis, sukses mendapat medali).
Usaha tidak mengkhianati hasil. Secara sepintas, kalimat tersebut sepertinya menggunakan pola yang sama, yaitu sebab-akibat. Ada usaha, kemudian diikuti hasil.
Namun, berbeda dengan dua peribahasa di atas yang bisa disebut sebagai kalimat positif, ungkapan usaha tidak mengkhianati hasil memuat kata tidak. Maka, apabila pola sebab-akibat diterapkan secara langsung, ungkapan ini kurang tepat.
Bagaimana mungkin usaha mengkhianati hasil? Saat kita sedang berusaha, tiba-tiba sudah melakukan kesalahan, yaitu mengkhianati hasil yang belum kita capai?
Oleh karena itu, seharusnya ungkapan yang lebih tepat adalah hasil tidak mengkhianati usaha. Ini bisa diartikan hasil yang kita peroleh adalah akibat dari usaha yang sudah kita lakukan. Bisa juga diartikan setelah kita melakukan usaha, baru kita mendapatkan hasil.
Bagaimana mungkin usaha mengkhianati hasil?
Yang menjadi catatan dalam tulisan ini, kata ungkapan tidak dimaksudkan sebagai gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering kali menjadi kabur) atau idiom.
Kata ungkapan di sini lebih dimaksudkan sebagai sesuatu yang diungkapkan, berupa gabungan kata yang mempunyai makna gramatikal, yang di dalamnya berisi kelogisan.
Maka, ungkapan seperti hasil tidak mengkhianati usaha ada di tataran itu. Ungkapan ini berlandaskan pada kaidah kelogisan. Makna kalimatnya mesti diurut berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, yakni kata.