Kartel narkoba dituding sebagai dalang pembunuhan kandidat presiden Ekuador. Narkoba memang tidak boleh ditoleransi. Negara pun bisa dibuat takluk.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kematian kandidat presiden Ekuador, Fernando Villavicencio, mendapat perhatian besar dari dunia internasional. Siapa pun memang akan terkejut. Bayangkan saja, pemilihan presiden tinggal beberapa hari lagi, seorang calon presiden tewas ditembak di depan massa saat dia baru selesai berkampanye. Sungguh mengerikan.
Dalam laporan yang ditulis wartawannya dari Ekuador, The New York Times menyebut pembunuhan ini sebagai titik balik krusial. Dari semula tak mengalami kekerasan terkait narkoba, penembakan Villavicencio menandai Ekuador sudah sama seperti negara tetangganya yang diguncang kekerasan kartel narkoba, yakni Kolombia. Pembunuhan itu memberikan kesan kuat, Pemerintah Ekuador telah gagal menjamin keamanan (”Ecuador, Reeling from a Candidate’s Assassination, Is Forever Changed”, nytimes.com, 10 Agustus 2023).
Villavicencio dibunuh pada Rabu (9/8/2023) malam waktu setempat atau Kamis (10/8/2023) pagi WIB. Pembunuhan terjadi dalam kegiatan kampanye Villavicencio di gedung sekolah, di ibu kota Ekuador, Quito. Presiden Ekuador Guillermo Lasso segera mengumumkan keadaan darurat, meniadakan sementara sejumlah hak sipil dalam rangka memerangi kejahatan yang meningkat. Kementerian Dalam Negeri, Kamis sore waktu setempat, menangkap enam tersangka terkait pembunuhan tersebut.
Villavicencio dikenal sangat keras mengkritik dugaan keterlibatan aparat dan pejabat pemerintah dengan kartel narkoba. Tidak mengherankan, bekas wartawan itu diancam oleh kartel besar di Ekuador. Selama kampanye, Villavicencio telah dua kali melaporkan kepada polisi bahwa dirinya dan timnya menerima ancaman pembunuhan (”Kandidat Dibunuh, Pilpres Ekuador Berlangsung Sesuai Jadwal”, Kompas.id, 10 Agustus 2023).
Apa yang dialami Villavicencio tentu saja merupakan muara atau konsekuensi logis dari apa yang selama ini terjadi di Ekuador. ”How a Peaceful Country Became a Gold Rush State for Drug Cartels” (nytimes.com, 12 Juli 2023) melaporkan bahwa Ekuador dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu simpul penting dalam perdagangan narkoba dengan keterlibatan kartel besar dari berbagai penjuru dunia. Anggota kartel bergabung dengan narapidana di penjara dan geng jalanan, memicu gelombang kekerasan yang sebelumnya tak pernah terjadi di Ekuador.
Kita berharap dalang dan pelaku utama pembunuhan calon presiden di Ekuador bisa segera ditangkap serta dihukum. Keadilan ditegakkan dan kejahatan semacam itu harus diberi ganjaran yang setimpal karena membahayakan demokrasi.
Apa yang dialami rakyat Ekuador mengingatkan kembali bahwa jangan pernah bermain mata dengan kartel narkoba. Kejahatan narkoba harus diberantas sedini mungkin.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO