Dari semula menjadi medan perebutan pengaruh Blok Barat versus Blok Timur, Asia Tenggara kini menjadi pusat pertumbuhan penting dunia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pada 56 tahun lalu, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand mendirikan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN di tengah Perang Dingin. Organisasi tersebut sekarang beranggotakan 10 negara. Selain kelima negara pendiri, anggotanya kini meliputi Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Myanmar.
Blok ASEAN sekarang telah menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia dengan total produk domestik bruto (PDB) lebih dari 3,6 triliun dollar AS pada tahun 2022. Blok ini berada di bawah Amerika Serikat, China, Jepang, dan Jerman. Posisinya diperkirakan naik ke urutan keempat—di belakang AS, China, dan India—pada tahun 2030 (Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn, 2023, ”The Future of ASEAN”, ASEAN: Economic Integration Brief).
Arti penting ASEAN juga terlihat dari porsi arus masuk investasi asing di kawasan itu dibandingkan dengan global yang terus meningkat. Angkanya rata-rata 7 persen pada 2011-2017, naik menjadi 11 persen pada 2018-2019, dan menjadi 12 persen pada 2020-2021. Nilai perdagangan barang ASEAN meningkat pula, yakni sebesar 30 persen dari 2,8 triliun dollar AS pada 2017 menjadi 3,3 triliun dollar AS pada 2021 (Kompas, 9 Agustus 2023).
Dibandingkan dengan kawasan lain yang mengalami penuaan penduduk, ASEAN didominasi warga berusia muda. Saat ini, sekitar 60 persen dari total populasi 670 juta jiwa di Asia Tenggara berusia kurang dari 35 tahun. Kondisi ini merupakan salah satu keunggulan cukup penting yang dimiliki Asia Tenggara.
Namun, perlu diingat, blok ekonomi ASEAN yang menjanjikan tetap harus memberi manfaat bagi penduduknya. Kemudahan pergerakan barang dan perdagangan, serta kelancaran arus investasi dan layanan jasa perlu dimanfaatkan secara lebih optimal oleh perusahaan-perusahaan di negara-negara kawasan tersebut. Dengan cara itu, posisi penting ASEAN sebagai pasar serta produsen dapat berwujud nyata dalam bentuk peningkatan kesejahteraan warga negara-negara di Asia Tenggara.
Tentu saja, semua perkiraan penuh optimisme tersebut dapat terwujud dengan baik jika kawasan Asia Tenggara damai, stabil, dan aman. Prahara di Myanmar harus diselesaikan. Kekerasan serta konflik bersenjata di antara pihak-pihak yang berseberangan di Myanmar telah mengganggu stabilitas, keamanan, dan perdamaian Asia Tenggara.
Tantangan lain ialah sengketa wilayah yang melibatkan negara Asia Tenggara dengan China. Ketegangan antara penjaga pantai China dan Filipina, disertai ancaman AS untuk membantu Manila, perlu disikapi hati-hati. Kegagalan mengelolanya dapat membuat manfaat ASEAN bagi penduduk Asia Tenggara terasa tidak nyata.
Selamat ulang tahun, ASEAN.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO