Perekonomian Indonesia tumbuh 5,17 persen secara tahunan pada triwulan II-2023. Kinerja ekspor mesti dipacu agar tidak terus merosot pada waktu mendatang.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto. Kali ini, sumbangannya 53,31 persen terhadap PDB. Investasi, yang sudah bertahun-tahun diharapkan mampu menambah porsi sumbangannya terhadap PDB hingga mendekati konsumsi rumah tangga, perannya kali ini 27,9 persen. Pada triwulan II-2023, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23 persen secara tahunan, sedangkan investasi tumbuh 4,63 persen secara tahunan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, konsumsi rumah tangga yang tumbuh tinggi antara lain transportasi dan komunikasi; pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya; serta hotel dan restoran. Pandemi yang mereda, diikuti mobilitas masyarakat yang meningkat, membuat konsumsi rumah tangga kian menguat.
Sebaliknya, total ekspor, yang terdiri dari ekspor barang dan jasa, tumbuh negatif 2,75 persen. Padahal, setidaknya sejak triwulan I-2021, ekspor berturut-turut tumbuh positif. Peran atau distribusinya dalam PDB triwulan II-2023 sebesar 20,25 persen. Ekspor barang terkontraksi, sedangkan ekspor jasa tumbuh positif ditopang kedatangan wisatawan mancanegara dan devisa dari luar negeri.
Menurut data BPS, nilai ekspor Juni 2023 turun dibandingkan dengan Juni 2022 dan Mei 2023. Nilai ekspor komoditas unggulan, seperti minyak sawit, batubara, serta besi dan baja, pada Juni 2023 turun secara tahunan.
Total ekspor, yang terdiri dari ekspor barang dan jasa, tumbuh negatif 2,75 persen.
Nilai ekspor nonmigas ke China, sebagai negara tujuan utama, pada Juni 2023 sebesar 4,58 miliar dollar AS. Porsinya terhadap keseluruhan ekspor nonmigas Indonesia adalah 23,7 persen. Nilai ini turun 9,94 persen secara tahunan dan 4,04 persen secara bulanan.
Kondisi kinerja ekspor ini mesti dicermati jika tidak ingin terus merosot dan berdampak pada PDB. Apalagi, kondisi perekonomian global, yang berhubungan dengan permintaan barang, belum pulih.
Lembaga Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) pada Juni 2023 menyebutkan, perdagangan dunia pada semester II-2023 masih akan lemah dan pesimistis. Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juli 2023 memproyeksikan ekonomi dunia tumbuh 3 persen pada 2023.
Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah pemulihan ekonomi China yang diperkirakan berjalan lambat. IMF memperkirakan, perekonomian China akan tumbuh 5,2 persen pada 2023. Namun, mengutip Reuters, dari survei Caixin/S&P Global, Indeks Manajer Pembelian China turun dari 50,5 pada Juni 2023 menjadi 49,2 pada Juli 2023. Angka ini di bawah perkiraan sejumlah analis, yakni 50,3. Pasokan, permintaan, dan pesanan ekspor di China merosot.
Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah pemulihan ekonomi China yang diperkirakan berjalan lambat.
Berbagai jalan mesti ditempuh. Menjaga konsumsi rumah tangga, meningkatkan peran investasi pada PDB, dan memperluas pasar ekspor, tak bisa tidak, mesti dilakukan.