logo Kompas.id
OpiniSastra (dan) Pilpres
Iklan

Sastra (dan) Pilpres

Hampir tak ada pemikir besar yang tak mengapresiasi puisi, baik ia menulis puisi atau tidak.

Oleh
HIKMAT GUMELAR
· 5 menit baca
-
KOMPAS/SUPRIYANTO

-

Ketika pasangan bakal calon presiden 2024 kian getol memenuhi ruang-ruang publik, saya teringat dokter spesialis kanker Siddhartha Mukherjee. Dia menulis, ”Menamai suatu penyakit adalah menggambarkan kondisi penderitaan tertentu—tindakan kesastraan sebelum tindakan medis. Seorang pasien, lama sebelum ia menjadi subyek pengawasan medis, pertama-tama adalah pendongeng, narator penderitaan—pengembara yang telah mengunjungi kerajaan sakit. Maka, untuk meredakan sakit, seseorang mesti mulai dengan bercerita.”

Begitu seseorang, begitu bangsa-bangsa. Jika ingin sembuh, waras, bangsa kita mesti mulai dengan bercerita. Sumbernya beragam cerita rakyat, bukan karangan segelintir elite. Dan jika ingin memimpin bangsa, seseorang lebih dulu mestilah pengembara yang telah mengunjungi kerajaan sakit bangsanya. Pengalaman ini modal utama pencerita mumpuni bangsa dan cerita bersambungnya paduan suara ratusan juta warga.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000