George Santos
Walaupun ditentang oleh para anggota Kongres dari Partai Demokrat dan juga oleh sebagian anggota Kongres dari Partai Republik, Santos tetap menjalankan perannya sebagai anggota Kongres dengan aman.
Sungguh menarik menyimak dinamika di lanskap demokrasi di Amerika Serikat, yang sedang heboh berbulan-bulan karena seorang anggota Kongres AS bernama George Santos.
Santos dilantik menjadi anggota Kongres pada 3 Januari 2023 setelah menang dalam Pemilihan House of Representatives (DPR AS) tahun 2022 dari daerah pemilihan Long Island, New York City.
Pada Desember 2022, beberapa minggu setelah kemenangan Santos di Pemilu DPR, media bergengsi The New York Times mempertanyakan siapa sebenarnya George Santos melalui liputan investigasinya. Dalam waktu singkat, berbagai media massa AS terpicu untuk melakukan liputan investigatif yang akhirnya membanjiri ruang publik AS.
Nama Santos langsung menjadi buah bibir publik ”Negeri Paman Sam” ini. Bukan hanya penduduk Long Island sebagai daerah perwakilan Santos yang mempersoalkan, rakyat AS dari seluruh penjuru negeri pun demikian. Bukan hanya para pemilih partai Demokrat, melainkan bahkan juga pendukung partai Republik sebagai partai asal Santos.
Pasalnya, George Santos disinyalir melakukan kebohongan secara masif selama masa kampanyenya. Ia memberikan informasi yang berbeda-beda tentang dirinya dan latar belakangnya. Ia mengaku sebagai orang Yahudi. Namun, terbukti kedua orangtua dan kakek-neneknya terlahir di Brasil. Melalui akun Twitter-nya, ia juga menyatakan ibunya menjadi korban insiden 11 September karena saat itu bekerja sebagai investor perempuan di gedung World Trade Center, sementara terbukti pada saat itu ibunya masih tinggal di Brasil sebagai ibu rumah tangga.
Baca juga: Oase Gus Mus
Santos juga berbohong mengenai latar belakang pendidikannya. Ia mengaku mendapatkan beasiswa olahraga di Baruch College, mendapatkan gelar sarjana dari New York University, dan sempat diterima di Harvard Business School. Semua lembaga pendidikan ini menolak pernyataan Santos.
Dalam hal pekerjaan, Santos mengaku pernah bekerja di Citigroup dan Goldman Sachs, tetapi kedua firma investasi terkemuka ini menyatakan tak menemukan catatan pernah mempekerjakan Santos. Ia justru terdaftar sebagai karyawan perusahaan bernama Harbor City Capital yang disuspensi oleh US Security and Exchange Commission karena menjalankan skema ponzi (money game). Saking banyaknya kebohongan Santos, CNN bahkan menyebut Santos The Serial Fabulist (tukang dongeng berantai).
Menariknya, bahkan dengan kehebohan yang sangat publik ini, George Santos tetap dilantik sebagai anggota Kongres AS pada awal Januari 2023. Walaupun ditentang oleh para anggota Kongres dari Partai Demokrat dan juga oleh sebagian anggota Kongres dari Partai Republik, Santos tetap menjalankan perannya sebagai anggota Kongres dengan aman.
Bagaimanapun, Santos menjadi anggota Kongres AS karena ia mengantongi suara dukungan dari para pemilih di distrik ketiga New York. Suara dukungan yang memenangkannya tetap sah karena Santos tidak memalsukan dukungan tersebut, terlepas dari tindakan memalsukan kredensial pribadinya.
Di sinilah demokrasi menemukan tantangannya. Semangat fundamental Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat berangkat dari harapan agar tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam mengelola sebuah negara. Dalam skala negara besar, semangat ini dijalankan oleh para wakil rakyat, yang dipilih secara terbuka oleh rakyat itu sendiri.
Idealnya, rakyat memiliki kearifan mengenai urusan kehidupan berbangsa bernegara yang diharapkannya, semisal tetek bengek negara yang dikelola secara adil sehingga rakyat menjadi makmur sentosa. Ini menjadi prasyarat untuk dapat memilih wakil rakyat yang paling tepat. Realitasnya, betulkah rakyat memiliki kearifan tersebut?
Baca juga: Haji ramah lansia tantangan baru
Sejatinya, ini bukan pertanyaan kontemporer. Walter Lippman telah mengangkat isu ini pada 1922, yang memunculkan dialog panjang dan terbuka dengan John Dewey, seorang pejuang demokrasi. Lippman meyakini bahwa rakyat tidak akan mungkin sampai pada pemahaman yang cukup mengenai pengelolaan hidup bersama dan secara langsung membangun kebijakan publik untuk kepentingan bersama.
Dalam bukunya Public Opinion (1922), Lippman membahas kesenjangan antara konsep dasar demokrasi dan kecenderungan dasar perilaku manusia yang membuat demokrasi sulit untuk diwujudkan secara ideal. Sebagian besar warga negara tidak memiliki pemahaman tentang konsep perwakilan dan juga tentang pengelolaan hidup bersama sebagai sebuah bangsa. Menurut dia, memberikan pengetahuan kewargaan saja tidak cukup untuk membantu rakyat membuat keputusan yang bijak.
Saga George Santos barangkali menjadi contoh konkret dan mudah bagaimana rakyat pemilih AS dapat dijebak dengan kebohongan yang masif tanpa menyadarinya. Sampai saat ini, Santos dengan sangat yakin menyatakan tidak akan mundur dari posisi anggota Kongres AS karena ia telah mendapatkan mandat resmi. Ini menunjukkan titik kelemahan lain dari demokrasi, yaitu ketika demokrasi direduksi hanya dengan suara dukungan sehingga banyak area abu-abu terhadap apa yang disebut sebagai pelanggaran.
Para wakil rakyat yang dituduh melakukan pelanggaran paling jauh hanya diproses melalui Komite Etik, yang tentunya sangat dipengaruhi oleh kekuatan partai politiknya. Dalam kasus Santos, dukungan dari pimpinan Partai Republik di Kongres sampai saat ini menjadi payung aman. Satu-satunya peluang penindakan terhadap Santos adalah proses hukum dari Pengadilan Federal AS yang terkait dengan 13 kasus dana kampanye dan manipulasi data keuangan yang dilaporkan Santos.
Di tahun politik Indonesia, saya jadi bertanya-tanya: apakah rakyat kita memiliki kearifan yang diperlukan untuk memilih wakil rakyat yang tepat? Akankah kita selamat dari kasus-kasus semacam George Santos ini? Sulit dibayangkan, bukan?