Sebenarnya, untuk memperkenalkan tabungan kepada anak, sekolah dapat bekerja sama dengan perbankan setempat. Sudah banyak bank yang membuka produk-produk tabungan anak.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
Peribahasa menabung pangkal kaya sudah sering didengungkan. Sejak duduk di sekolah dasar, anak-anak sudah ditekankan pentingnya menabung. Sebagai perwujudan, anak-anak SD juga gurunya diajak menabung di sekolah, baik dengan cara yang paling sederhana, menabung di guru wali kelas maupun cara yang agak lebih canggih, menabung di koperasi sekolah.
Ada banyak juga murid dan guru yang sudah merasakan manfaat menabung di sekolah. Guru wali kelas yang amanah biasanya membagikan tabungan siswa bersamaan dengan penerimaan rapor. Ada guru yang meminta sedikit ”imbalan” dengan memotong beberapa rupiah dari uang tabungan tersebut, ada yang sepenuhnya memang dikembalikan. Untuk guru wali kelas jenis terakhir, pada akhir tahun ajaran biasanya malahan mendapatkan buah tangan dari orang tua berupa kue atau buah-buahan.
Belakangan terdengar kabar bahwa ada satu atau dua kasus yang mencuat, tabungan siswa dan guru tidak dapat ditarik kembali. Uang tabungan yang sedianya akan digunakan untuk membiayai sekolah atau untuk berjalan-jalan di akhir tahun lenyap.
Pengelolaan uang tabungan tampaknya menjadi akar permasalahannya. Tidak ada catatan dan pengawasan atas keluar masuknya uang tabungan siswa dan guru di sekolah atau koperasi sekolah. Pengelolaannya pun bukan orang profesional yang memiliki kemampuan untuk mengelola uang dalam jangka panjang. Uang tabungan malah digunakan untuk keperluan pribadi selama bertahun-tahun menandakan tidak ada pengawasan ketat dari pengelolaan simpanan di sekolah ini.
Mungkin kasus peminjaman uang tabungan di Pangandaran adalah hanya pucuk gunung es kisah pengelolaan tabungan di sekolah. Bisa saja praktik yang sudah dilakukan di kalangan sekolah selama bertahun-tahun ini masih menyimpan banyak persoalan di sekolah lain. Memang, tidak semua tabungan di sekolah bermasalah, ada pula tabungan yang benar-benar dikelola dengan baik dan amanah.
Simpanan pelajar
Sebenarnya, untuk memperkenalkan tabungan kepada anak, sekolah dapat bekerja sama dengan perbankan setempat. Sudah banyak bank yang membuka produk-produk tabungan anak. Selain memiliki produk tabungan, bank juga sangat bersedia menjemput bola. Sekolah tinggal mengatur kapan bank datang ke sekolah. Di kota besar, bank siap dengan mobil keliling yang dapat dijadwalkan untuk berkunjung ke sekolah.
Gerakan Simpanan Pelajar (Simpel) merupakan salah satu sarana untuk memperkenalkan siswa dengan dunia perbankan. Siswa dapat pengalaman bagaimana mengisi borang untuk membuka rekening, menyampaikan berkas, hingga menyetorkan uangnya ke rekening atas namanya sendiri.
Menyimpan uang pada lembaga keuangan resmi yang dijamin pemerintah dikelola secara pruden dan profesional tentu lebih aman ketimbang menitipkan uang kepada guru di sekolah.
Sosialisasi gerakan Simpel ini tentu harus didukung banyak pihak, tidak hanya perbankan tetapi juga sekolah. Bank-bank BUMN yang memiliki jaringan hingga ke kota-kota kecil dapat memanfaatkan momen kisruh tabungan sekolah ini untuk lebih aktif jemput bola ke sekolah-sekolah. Produk-produk tabungan syariah juga dapat diperkenalkan ke anak mulai dini.
Sekolah, orangtua siswa, juga perbankan sebaiknya bersama-sama memperkenalkan manfaat menabung yang sesungguhnya kepada siswa sehingga semua mendapatkan manfaat.