Semua perundingan gencatan senjata dan perdamaian gagal, pertama, karena tak terlihat manfaat langsung bagi para pihak. Perundingan ini justru dimulai dari tuntutan pengorbanan dari setiap pihak.
Oleh
FAHM ALFANSI P PANE
·4 menit baca
Proposal perdamaian Rusia-Ukraina seharusnya diapresiasi meski belum tentu semua poin bisa dilaksanakan. Apalagi, perang Rusia-Ukraina semakin brutal dan makin berisiko menghancurkan warga sipil.
Kehancuran bagi warga sipil itu bukan hanya hilangnya nyawa dan tempat tinggal akibat terkena bom dan rudal, melainkan juga berupa penghancuran kota-kota, seperti Bakhmut, dan karena penghancuran infrastruktur vital, seperti pembangkit listrik, pipa gas bawah laut, hingga Bendungan Kakhovka seperti belum lama ini terjadi.
Hancurnya bendungan ini berakibat pada banjirnya kota-kota, ketiadaan suplai air bagi PLTA, irigasi, perikanan, industri, dan pendinginan PLTN Zaporizhzhia.
Gencatan senjata dan koridor kemanusiaan sudah lama diupayakan, baik oleh kedua negara maupun atas mediasi negara lain dan institusi internasional. Bahkan, empat hari setelah Rusia memulai serangan ke wilayah Ukraina pada 22 Februari 2022, kedua pihak bertemu di Belarus.
Selanjutnya dilakukan beberapa kali perundingan, termasuk di Antalya dan Istanbul dengan mediasi Turki. Namun, semua gagal dan perang berlanjut.
Satu-satunya perundingan yang berhasil adalah kesepakatan ekspor gandum dan pupuk melalui Laut Hitam, yang ditandatangani Rusia dan Ukraina 22 Juli 2022, atas mediasi Turki dan PBB. Black Sea Grain Initiative ini sukses karena ada kompensasi saling menguntungkan para pihak.
Ukraina dapat mengekspor gandum. Rusia juga bisa ekspor gandum dan pupuk meski beberapa kali Rusia memprotes pengenaan sanksi Barat yang menyulitkan dalam sistem pembayaran, pengapalan, dan asuransi angkutan. Turki dan banyak anggota PBB dapat manfaat karena pasokan makanan dan pertanian terjaga.
Penyebab kegagalan
Semua perundingan gencatan senjata dan perdamaian gagal, pertama, karena tak terlihat manfaat langsung bagi para pihak. Perundingan ini justru dimulai dari tuntutan pengorbanan dari setiap pihak. Misalnya, Ukraina menuntut Rusia keluar dari seluruh wilayah, termasuk Crimea yang diambil alih sejak 2014. Rusia menuntut Ukraina mengubah konstitusinya untuk tak bergabung NATO, padahal NATO telah membantu Ukraina melawan Rusia.
Kedua, perang lebih dilirik untuk menyelesaikan konflik karena ada bantuan atau manfaat langsung bagi pihak bertahan dan yang lebih lemah, yakni Ukraina. Menurut Kiel Institute for the World Economy, dari 24 Januari 2022 hingga 24 Februari 2023, komitmen bantuan militer terbesar datang dari Amerika Serikat, yakni 43,2 miliar euro, Inggris 6,5 miliar euro, Jerman 4,2 miliar euro.
Namun, tak semua komitmen itu terealisasi. Dari janji bantuan finansial 30,3 miliar euro, Uni Eropa baru mencairkan 11,1 miliar euro dan AS mencairkan 13,2 miliar euro.
Menurut Council on Foreign Relations (CFR), bantuan AS untuk Ukraina masih jauh lebih besar dibandingkan total bantuan AS bagi Afghanistan, Israel, Jordania, Mesir, Etiopia, dan Irak.
Ketiga, risiko maksimal berlanjutnya perang hanya diterima oleh Ukraina dan Rusia, serta masyarakat sekitar Eropa Timur. Negara maju yang membantu pendanaan dan militer hanya menerima risiko terbatas pada rantai pasok makanan dan produk perkebunan, industri, dan defisit anggaran. Sepanjang Rusia tak menggelar senjata nuklir, risiko terbatas itu menjadi insentif untuk menolak proposal perdamaian.
Rusia menuntut Ukraina mengubah konstitusinya untuk tak bergabung NATO, padahal NATO telah membantu Ukraina melawan Rusia.
Saling menguntungkan
Karena itu, proposal perdamaian perlu dirancang untuk dapat memberi manfaat bagi para pihak, seperti kesepakatan gandum Laut Hitam. Misalnya, tawaran pada Rusia untuk menarik pasukan dan gencatan senjata dengan kompensasi pengurangan sanksi ekonomi.
Yurisprudensinya datang dari kasus Li Shangfu, mantan direktur lembaga China Equipment Development Department (EDD) yang tahun 2018 mendapat sanksi AS (CAATSA) karena terlibat dalam pembelian pesawat tempur Sukhoi-35 dan sistem rudal S-400 dari Rusia. Nyatanya, Li Shangfu jadi Menteri Pertahanan China dan diundang jadi salah satu pembicara Dialog Shangri-La di Singapura, awal Juni 2023.
Kompensasi lain, misalnya, pengalihan sebagian bantuan militer Barat bagi rekonstruksi Ukraina. Transportasi sebagian gas alam Rusia juga bisa diserahkan kembali ke Ukraina. Tuntutan Rusia agar Ukraina tak bergabung NATO bisa dipertimbangkan dengan kompensasi Rusia mempersilakan Ukraina bergabung ke Uni Eropa.
Pelajaran penting datang dari Revolusi Kemerdekaan RI 1945-1949. Indonesia berjuang mengusir penjajah Belanda, baik dengan senjata maupun perundingan perdamaian, seperti Perjanjian Linggarjati, Renville, dan Roem-Royen.
Bahkan, perjuangan dilengkapi dengan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, yang sekaligus menjadi pengakuan kedaulatan Indonesia meski saat itu menyisakan Papua yang baru digabungkan tahun 1963.