Penghasilan Aktif dan Penghasilan Pasif, Apa Bedanya?
Dari pandemi di masa lalu kita belajar bahwa untuk bisa bertahan di masa sulit, maka pengelolaan keuangan di masa produktif harus dijalankan dengan baik.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·3 menit baca
Tiga tahun sudah berjalan sejak dunia pertama kali berkenalan dengan pandemi ini. Meskipun keadaan berangsur pulih, tidak bisa dimungkiri bahwa masih banyak rumah tangga yang tertatih untuk mengembalikan kekuatan keuangan. Bahkan, untuk sebagian rumah tangga, saat ini mengalami kehilangan penghasilan akibat terkena lay-off atau pemutusan hubungan kerja. Dari situasi ini, kita perlu mengambil pelajaran bahwa tidak ada hal yang pasti, termasuk menjadi karyawan sekalipun. Itu sebabnya, penting sekali bagi setiap karyawan di usia produktif untuk menjaga keamanan finansial masing-masing.
Secara deskripsi, keamanan finansial adalah kondisi saat penghasilan aktif sebuah rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar setiap bulannya. Setelah itu, rumah tangga akan berusaha untuk mencapai tahap merdeka finansial, yaitu kondisi saat penghasilan pasif sebuah rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar setiap bulannya.
Sebagai contoh, sebuah rumah tangga memiliki pengeluaran untuk hidup rutin sejumlah Rp 7 juta per bulan, lalu cicilan rumah sejumlah Rp 3 juta per bulan, dan pengeluaran untuk hiburan sejumlah Rp 2 juta per bulan. Dengan demikian, kebutuhan hidup dasar rumah tangga adalah Rp 10 juta per bulan yang terdiri dari hidup rutin dan cicilan saja. Maka, untuk memperoleh keamanan finansial, diharapkan rumah tangga memiliki penghasilan aktif minimal sejumlah Rp 10 juta per bulan.
Oleh karena itu, perencana keuangan seperti saya akan menyarankan untuk mengumpulkan dana darurat mencapai Rp 120 juta atau 12 kali pengeluaran rutin bulanan. Harapannya, saat terjadi kondisi pandemi seperti pengurangan pemasukan rumah tangga, maka setidaknya ada ”bantalan” keuangan yang dapat membantu selama satu tahun ke depan.
Berikutnya, untuk menjaga kestabilan keuangan hingga bisa mencapai kemerdekaan finansial, maka setiap rumah tangga perlu mengevaluasi sumber pemasukan saat ini. Penghasilan aktif adalah semua pemasukan yang berasal dari melakukan tugas dengan imbalan uang. Jadi aktivitas ini bisa termasuk gaji, komisi, dan honor atas pekerjaan, bahkan keuntungan dagang yang dilakukan secara harian. Sementara penghasilan pasif diperoleh dari suatu aset aktif yang dapat berupa keuntungan investasi, hasil sewa atas properti, royalti dari suatu karya yang dibuat, dan seterusnya.
Kestabilan keuangan akan dapat terbentuk apabila sebuah rumah tangga tidak menggantungkan pemasukan hanya dari satu sumber saja. Lalu bagaimana cara sebuah rumah tangga dapat memperoleh penghasilan pasif? Secara umum, penghasilan pasif akan dapat diperoleh apabila rumah tangga berhasil menghimpun aset aktif. Untuk menghimpun aset aktif, maka seorang karyawan menyisihkan sebagian dari penghasilan aktif di masa kini untuk masa depan.
Penghasilan aktif dapat diperoleh dari empat cara ini. Pertama, bekerja penuh waktu di sebuah perusahaan, instansi, institusi, dan usaha. Hasil dari kerja adalah gaji bulanan dan penghasilan lain yang mungkin diterima. Kedua, mencari pekerjaan sampingan. Lazim dilakukan oleh kaum milenial masa kini, menambah pekerjaan di akhir pekan dan setelah jam kerja dengan tujuan mendapatkan tambahan penghasilan. Hasilnya tidak menentu, tetapi bisa sangat membantu keuangan saat terjadi guncangan. Ketiga, penghasilan dari talenta yang dimiliki. Contoh pekerjaannya adalah menjadi pengajar yoga, pembawa acara lepasan, dan lainnya. Keempat, mengikuti atau membangun suatu usaha, yang dari hasilnya akan memperoleh keuntungan.
Dari penghasilan aktif yang diperoleh, maka penting bagi setiap rumah tangga untuk mengatur ulang anggaran bulanan dan tahunan. Anggaran bulanan adalah pengeluaran rutin termasuk cicilan, sedangkan anggaran tahunan adalah pengeluaran tahunan seperti sewa kontrakan, pembayaran pajak kendaraan, dan lainnya. Saat berhasil menambah keran pemasukan, maka sangat disarankan agar dialokasikan juga untuk menambah dana darurat, pembelian proteksi terutama kesehatan, dan tentu saja membangun aset aktif.
Pahami bahwa aset aktif ini akan berbeda dengan aset investasi yang memang telah memiliki peruntukan khusus, seperti dana pendidikan anak. Salah satu contoh aset aktif yang memberikan penghasilan pasif adalah instrumen Surat Berharga Negara Ritel seperti Sukuk Tabungan. Aset aktif dapat diperoleh dengan dana minim yaitu Rp 1 juta, tetapi memberikan kepastian penghasilan bulanan. Sedikit informasi, saat ini Pemerintah RI sedang membuka penawaran Sukuk Tabungan seri terbaru yang dapat dibeli oleh setiap warga negara Indonesia yang memiliki KTP.
Dari pandemi di masa lalu kita belajar bahwa untuk bisa bertahan di masa sulit, maka pengelolaan keuangan di masa produktif harus dijalankan dengan baik. Saat ini yang dapat dilakukan adalah memiliki niat untuk mewujudkan keuangan yang lebih sehat, dimulai dari menambah keran sumber penghasilan. Niat yang baik akan menentukan cara dan tujuan Anda dalam bersikap. Niatkan yang terbaik, maka saya yakin di akhir tahun 2023 Anda akan memiliki keuangan yang lebih tertata dan baik. Live a beautiful life!